Sembilan

181 19 7
                                    

Aku tak menyangka wanita ini juga siluman, dia mencekik, mengangkat tubuhku ke atas. Aku tak bisa berbuat apa-apa, kejadiannya begitu cepat. Aku hanya bisa meronta dengan kedua tangan berusaha melepas cekikan tangannya, lalu kedua kaki berusaha menendang sekuat tenaga. Wajahnya mendekat ke arah leher, dia mengendus seperti anjing yang menemukan makanan, bau anyir tercipta dari tubuhnya.
   Suara langkah kaki terdengar masuk ke dalam kamar, benar saja, Randa datang lalu melemparkan bambu yang telah ia raut tadi hingga menembus punggung wanita siluman ini.
Dia melepas cengkraman tangan lalu melemparku ke samping. Kembali dia menyerang Randa, dengan memanjangkan tangannya. Hari ini, aku melihat pertempuran siluman dan manusia.
  Randa, seakan mengerti, dia berlari ke arah luar lalu disusul wanita itu, aku di sini berusaha menormalkan detak jantung dan napasku, rasa sakit semakin terasa akibat benturan tadi.
  Entah apa yang terjadi luar sana, aku tak bisa bergerak karena menahan sakit yang kembali terasa menyucuk seluruh tubuh.
   Entah apa pula yang terjadi dengan diriku, seluruh tubuh terasa seperti ada yang merayap, mulai dari kaki, lalu naik ke paha. Aku melihatnya, di dalam kulit ada yang merayap sebesar jari kelingking, dia membelah menjadi dua, tiga dan lebih banyak lagi.
  Rasa gatal, nyeri kembali terasa, aku ingin sesuatu yang bisa mengeluarkan mahluk dalam tubuhku, sebuah gunting terlihat tergeletak di atas meja, dengan perlahan kuambil,  lalu melesakannya ke perut bagian tengah.
Harusnya gunting itu telah menembus perut, tapi sayangnya tidak. Randa, cepat datang lalu merebutnya dari tanganku.
  Kulihat wajahnya tampak marah, dia membanting gunting itu entah ke mana. "Apa kamu gila hah?" Nada suara Randa meninggi, membuatku takut seketika. Dia tidak pernah semarah ini.
Aku tak bisa bicara, rasanya mulutku terkunci rapat untuk mengatakan sesuatu.  Aku kembali merasakan sesuatu yang merayap melewati pahaku, dia merayap masuk hingga ke bagian paling intim tubuh.
  Rasa sakit semakin mendera, aku mencengkram tangan Randa kuat, ingin bicara tapi tak bisa.
"Putri, kamu kenapa?" Wajah Randa terkejut melihatku yang menegang seperti ini.
Aku memberi isyarat pada Randa, lewat gerakan mata, tapi dia tak kunjung paham. Aku tak kuat lagi, sesuatu yang merayap itu terasa semakin banyak, hingga ke bagian perut, dan menyebar ke seluruh tubuh.
   Wajah Randa tampak pucat, dia melepaskan tanganku lalu membaringkannya. Aku tahu dia melihat sesuatu, karena hewan itu terasa merayap ke wajah. Aku dapat menyaksikan hewan itu merayap di dalam kulitku, dia seperti kelabang.
     Perut terasa begitu nyeri, Randa malah diam saja bukan membantuku. Aku tak sanggup lagi untuk bergerak, kurasakan perut terasa menggembung, dan lama kelamaan membesar seperti seorang yang hamil sembilan bulan.
  Di dalam perut, kurasakan seperti ada yang ingin keluar, bahkan nyerinya pun tak tertandingi. Aku menatap Randa, meminta bantuan padanya, dia segera bangkit lalu meninggalkanku seorang diri.
Beberapa saat kemudian, Randa datang dengan wanita siluman itu. Bukan, maksudku dengan wanita tua itu. Dia mendekat lalu berusaha menekukkan kedua kakiku hingga kembali mengangkang di depannya. Sedangkan Randa, dia memangku kepalaku ke pahanya.
"Bersabarlah, Putri, semua akan segera berakhir." Randa mengelus pucuk kepalaku dengan intens, kulihat ujung matanya berair.

#Gimana? Masih berasa horor???
Yuhu, yang mau list versi novelnya siapa? Kalau kau bisa di komentar yah😍😍😘

Siapa Nasabnya? (Randa dan Putri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang