Kami berlari menyusuri rumah demi rumah yang mungkin di tahun ku sudah di hancurkan dan di buat perumahan yang lebih elit.sebenarnya aku cukup terkejut dengan pernyataan yang terlontar dari mulut pria yang baru ku jumpai tadi.tapi,aku tidak memusingkan hal itu.aku malah sangat bersyukur jika ternyata masih ada manusia se zaman dengan ku.
"Kita istirahat di sini dulu" ucap nya sambil terengah-engah.
Aku hanya menurut saja.lagi pula,aku akan kemana jika tidak bersama pemuda ini? Kecuali kalau ia macam-macam kepada ku,maka aku tidak akan segan-segan melemparkan nya ke markas Prajurit Belanda.
"Siapa nama lu?" aku mendongak untuk menatap nya yang lebih tinggi dari ku.
Sebelum menjawab aku menyuruh nya untuk duduk terlebih dahulu,baru kemudian menjawab pertanyaan.
"Ayna"
Dia menganggukan kepala nya dan menatap langit biru yang cerah.Beda dengan suasana hati ku yang sangat kacau.
"Oh iya,nama gue exel" exel? Aku mengingat nama nya di dalam hati.
Area yang kami tempati saat ini sangat sepih,bahkan sedari tadi kami di sini,tidak ada seorang pun yang melintas.Entah itu orang-orang Pribumi maupun Belanda.memang sih,mana mau mereka ke taman di belakang perumahan untuk sekadar santai-santai manjah.lebih baik waktu senggang mereka di habiskan untuk memikirkan taktik apa yang sekira nya dapat menghancurkan lawan.
Itu lebih bermutu.
Ku sisiri taman ini dengan mata yang terkatup-katup lemah.Raga dan jiwa ku benar-benar di jungkir balikan oleh kenyataan pahit.aku,gadis yang hanya tau cara tiduran di kasur yang benar.sekarang harus rela menghadapi petualangan di negeri sendiri.Berjuang demi mencapai arah pulang ke rumah.
Taman di tahun 1940 tidak beda jauh dengan taman-taman di dunia ku sekarang.Hanya saja lampu taman yang kelihatan sudah tua dan hampir rubuh itulah perbedaan nya.Di taman ini juga terdapat pohon besar yang cukup rindang untuk kami tempati sementara.setidak nya,sebagai tempat teduh dari sengatan matahari yang memancarkan panas nya cahaya.
"Bisa lu ceritain,awal mula kejadian ini?" aku mengerjap saat suara berat exel mengagetkan ku dari kantuk yang sudah tidak dapat tertolong.
Aku yang masih berusaha untuk mengendalikan kedua mata ku agar tidak terpejam,menjawab pertanyaan exel dengan lemas.Di mulai dari kronologi aku memfoto-foto barang yang berada di museum,hingga akhirnya aku menemukan tombol merah sialan itu.Tentu nya ada bagian,dimana cerita aku yang di hukum oleh bu nia.
"Jadi...tombol itu yang membuat lu terdampar di tahun ini" ia mengangguk paham sambil kebingungan.ketara sekali dari dahi nya yang berlipat-lipat.
"Ya" sahut ku "tapi,gua sendiri masih aneh.kenapa itu tombol bisa nganterin gua ke tempat ini.macam magic" lanjut ku dengan nada heran
Exel terkekeh sesaat dan kemudian menutup mulut nya rapat-rapat saat aku mendelik tajam ke arah nya.
"Emang sih,dari kronologis masalah lu,cerita gue masih lebih baik dan juga lebih seru" exel berujar sombong dengan aksen angkuh yang terselip di setiap perkataan nya.
Aku mencibir perkataan nya barusan dan memilih memejamkan kembali mata ku rapat.tapi tidak sampai tertidur.persetan dengan asal mula exel.aku sama sekali tidak memusingkan nya.
"Kalau gue gini–" aku mendengar exel yang tengah mendesah kesal saat sesuatu menganggu acara cerita nya.
"Dasar nyamuk,gak kenal situasi kalau mau nemplok" gerutu exel dengan pelan,tapi cukup terdengar oleh kuping ku.
"Oke lah lanjut"
'Dorr'
'Dorr'
'Dorr'Aku terkesiap dan langsung bangkit sambil menatap ke sekitar dengan tajam dan ngeri.suara tembakan demi tembakan mulai menyatu ke dalam benak ku dan memuncul kan peringatan bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
perjalanan waktu
Historical Fictionkembali ke zaman penjajahan?? sepertinya memang begitu.Ayna,gadis cantik yang terkenal bodoh dalam pelajaran sejarah harus rela menghadapi takdir nya untuk berwisata di zaman kolonial. Bertahan hidup di tempat yang penuh akan gencatan senjata bukanl...