Exel pov
Saat ini aku tengah berada di rumah pak maganta,beliau merupakan guru sekaligus paman bagi ku.Hubungan papa dan pak maganta bisa di bilang baik,untuk ukuran saudara tiri.Lagi pun,aku sangat senang bila bersama nya.
Selalu ada ke cocokan antara kami.sebagai contoh,di bidang pelajaran.pak maganta sangat menyukai sains dan sejarah.begitupun aku.pernah suatu saat,ketika aku di suruh milih oleh papa ingin masuk di jurusan apa saat SMA,dan di situ aku frustasi hingga ngamuk-ngamuk dengan papa,kalau aku ingin masuk kedua-dua nya.
Tapi ketololan itu berhenti,ketika pak maganta memberi cerita mengenai perjalanan hidup nya sewaktu remaja.Beliau memberi aku waktu untuk bergikir matang-matang dan juga membuka hati ku untuk melihat apa yang sebenarnya aku inginkan.
Aku memilih jurusan IPA,dan meninggalkan keinginan ku untuk memperdalam pelajaran sejarah.sulit memang,tapi aku tahu jika hal itu adalah awal mula kesuksesan ku.
Setelah itu,aku memperdalam pelajaran sains,mengenai bumi dan isi nya.bersama pak maganta, aku tidak pernah sekali pun kesulitan memahami sesuatu.
Setiap sore selepas pulang sekolah–biasanya hari senin dan kamis– aku berkunjung ke rumah pak maganta untuk menambah wawasan seputar sains dan antek-antek nya.pak maganta juga tidak pernah sekalipun mengeluh kepada ku,beliau nampak bersemangat dan asik saat tengah mengajariku.
Papa dan mama pun tidak keberatan saat tahu,jika anak semata wayang nya selalu merepotkan pak maganta. Mereka berdua malah menyuruh ku untuk belajar selalu di rumah pak maganta.kata mama sih,biar aku tidak kelayapan di luar sana.
Huh,kalian tahu kan- jika remaja zaman ini tidak pernah merindukan rumah dan orang tua nya.
"Oh exel,kemarilah...paman mu tengah di lab sekarang" bi salsa mengampiri ku dengan tersenyum hangat sepertia biasanya.
Bibi salsa,atau kerap di sapa sa' oleh ibu ku adalah istri paman yang bekerja di museum kota tua.pekerjaan nya memang tidak terlalu berat,hanya menjaga dan melihat-lihat keadaan barang-barang antik di sana.berhubung bi salsa belum mempunyai anak,beliau nampak happy-happy saja.
Aku membalas senyuman bi salsa dengan cengiran lebar seperti biasanya.lalu menjawab pertanyaan bi salsa dengan sopan.
Walaupun sudah sering kemari,aku masih mempertahankan etika sopan santun kepada orang yang lebih tua dari ku.itu sudah kewajiban yang di latih sejak aku masih kecil.
"Iya bi" aku terdiam beberapa saat, "bi sa',boleh aku ke lab paman?" lanjut ku bertanya dengan ragu.
Mendapat respon yang menyenangkan,berupa anggukan kepala dan seulas senyuman.aku bangkit dari sofa dan berjalan ke ruangan yang di bilang 'lab' oleh bi salsa.
Laboraturium pak maganta terletak di sebelah dapur rumah nya.jika biasa nya lab berada di ruang bawah tanah,maka berbeda dengan lab milik pak maganta. Beliau merancang sendiri rumah nya ingin di bentuk seperti apa,dan ruangan apa saja yang nanti nya akan di gunakan.
Melewati dapur,aku kini berhadapab dengan pintu kayu yang menjulang tinggi.berbeda dengan pintu-pintu lain nya,ruangan ini sudah menjelaskan apa yang terdapat di dalam sana.
Dengan ragu dan bimbang,aku membuka engsel pintu dan mulai membuka pintu nya dengan pelan dan hati-hati.
Berjalan senyap dengan kaki yang menjinjit-jinjit,aku tiba di dalam ruangan besar ini dengan mata berbinar senang.
"Astaga,surga nya sains" aku berdecak kagum sambil mengamati barang-barang canggih di sini.
Oh iya,aku belum menjelaskan pekerjaan pak maganta dengan jelas.pak maganta atau paman,bekerja sebagai guru Biologi dan kimia di sekolah elit yang terletak tidak jauh dari sekolah ku berada.dan pak maganta pernah bilang,jika diri nya sangat menyukai hal-hal baru dan suka menciptakan barang-barang modern seperti yang terdapat di kantung putih milik doraemon.
KAMU SEDANG MEMBACA
perjalanan waktu
Historical Fictionkembali ke zaman penjajahan?? sepertinya memang begitu.Ayna,gadis cantik yang terkenal bodoh dalam pelajaran sejarah harus rela menghadapi takdir nya untuk berwisata di zaman kolonial. Bertahan hidup di tempat yang penuh akan gencatan senjata bukanl...