"Ayna,exel" panggil pak jaya kepada ku.
Aku yang tengah menulis di buku jurnal ku menatap ke arah exel yang kebetulan sedang berada di samping kanan ku.memberi kode lewat tatapan mata,kami pun memutuskan untuk berjalan ke arah panggilan.
Oh iya,ngomong-ngomong soal luka di kaki,sekarang luka itu sudah mulai membaik saat pak jaya–pria paruh baya yang menolong kami– menyembuhkan luka ku dengan ramuan yang di racik nya sendiri.
Tiba di ruang tengah,aku dan exel bertanya secara serempak kepada pak jaya maksud dari memanggil kami kesini.
Pak jaya tersenyum hangat dan menyondorkan sebuah keranjang kosong dan beberapa lembar mata uang rupiah?
Aku mengerutkan kening "ini buat apa pak?" pak jaya kembali tersenyum hangat dan menjelaskan maksud nya.
"Kamu dan exel bisa ke pasar tidak? Bapak sedang ada urusan dengan kompeni Belanda pagi ini" pinta pak jaya kepada kami,tapi tunggu–
"Bukan nya bapak menyuruh kami untuk diam di rumah aja,nanti bakalan ada yang tahu identitas kami bagaimana?" nah,exel bertanya lebih dulu kepada pak jaya.
"Owh soal itu,kalian bisa menyamar dengan pakaian orang sini,dan juga pasar nya ada di seberang desa nak.bukan yang berada di dalam desa,bapak juga tidak mau menanggung resiko" jelas pak jaya yang membuat kami paham.
Aku dan exel saling berpandangan kembali dan memutuskan untuk berganti pakaian.
"Eh tapi pak,di sini kan tidak ada pakaian wanita?" aku yang teringat hal sepenting itu langsung bertanya kepada pak jaya.
Pak jaya lagi-lagi tersenyum hangat dan berjalan ke arah kamar nya,meninggalkan aku dan exel yang di landa kebingungan.
Beberapa menit kemudian,pak jaya keluar dari kamar nya dengan membawa pakaian berwana putih.dan langsung memberikan nya kepada ku.
"Ini baju apaan pak?" bodoh! Kenapa exel dan pak jaya tertawa?
Melihat exel yang tertawa terpingkal-pingkal dan juga pak jaya yang terkekeh atas pertanyaan ku,membuat ku merutuki diri sendiri."hey,kalian kenapa?"
Pak jaya yang melihat raut kebingungan ku lantas menjawab "itu kebaya nak,apa kamu tidak tahu?"
"Kebaya?" beo ku,jujur.aku hanya oernah melihat baju ini waktu acara pernikahan budeh ku,tapi aku sendiri tidak tau nama nya apa.
Exel yang masih tertawa mulai meredakan tawa nya dan menatap aneh diri ku.aku yang di tatap seperti itu mengangkat sebelah alis ku.
"Makanya neng,jangan pakai baju yang kekinian terus.masa kebaya doang gak tahu,dasar bodoh" what! Sembarangan ini anak.
Aku mencubit pinggang exel kencang,memberi peringatan agar tidak memaki ku di depan orang tua.
"Jangan ngatain gue sialan" aku berdesis di telinga exel,masa bodo dengan tata krama.
"Awww,iya nana...udah anjir,sakit nih pinggang gue" setelah itu,aku pun menghentikan aksi cubitan ku.dan menatap tak enak ke arah pak jaya.
"Maaf pak" pak jaya tersenyum dan kembali menyondorkan baju itu kepada ku,lalu aku menerima nya dan pamit untuk memakai baju yang di berikab pak jaya.
10 menit kemudian,aku pun keluar dari kamar yang aku dan exel tempati tadi malam–jangan berpikiran yang enggak-enggak loh,aku dan exel hanya satu ruangan dan kasur nya pun terpisah– kalau kata pak jaya,dari pada tidur di luar dan jika kompeni Belanda tiba-tiba datang,bisa tamat riwayat kami.jadi aku dan exel pun dengan setengah hati menerima nya.toh,aku tidak tertarik dengan manusia berjenis exel.
KAMU SEDANG MEMBACA
perjalanan waktu
Historical Fictionkembali ke zaman penjajahan?? sepertinya memang begitu.Ayna,gadis cantik yang terkenal bodoh dalam pelajaran sejarah harus rela menghadapi takdir nya untuk berwisata di zaman kolonial. Bertahan hidup di tempat yang penuh akan gencatan senjata bukanl...