Perkemahan musim Panas part 2

801 93 57
                                    

Happy Reading

***

Aku duduk di kursi panjang dekat api unggun sambil memainkan botol kosong. Saat itu semua orang sudah berada di tenda masing-masing untuk beristirahat, sedangkan aku yang tidak bisa tidur ini hanya sendiri menatap nyala api unggun yang mungkin sebentar lagi juga akan ikut padam terlarut dalam kegelapan malam.

"Udah malam, masuk!"

Aku melihat ke depan dan disana ada Dimas yang sedang bersandar di pohon besar.  Entah sejak kapan dia disana.

"Lo. Se—sejak kapan lo disana."

Dimas berjalan mendekat. "Lo ngapain disini malam-malam?" tanyanya.

Aku memalingkan wajah. "Ya terserahlah,  lagi pula ini gak ada urusannya sama lo."

Dimas melepaskan jaket. "Disini dingin, nanti lo sakit!." ia menyelimuti tubuhku.

Aku menatap heran. "Lo ke sambet  apaan sih,  tiba-tiba baik gini."

"Enggak, apaan sih gitu aja udah kegeeran."

"Udah, lo balik ke tenda sekarang. Lo gak maukan kesambet sama setan." sambungnya menakutiku.

***

"Apaan setan.  Zaman sekarang masih percaya yang kayak gitu."

"Kuno banget sih."

Nadia...

Langkah kakiku terhenti.

Nad..diaaaa..

Aku mencari sumber suara yang memanggilku.
Saat aku melihat ke belakang disana tidak ada siapa-siapa pun.

"Enggak nad positif thinking, cuman perasaan kamu aja." gumam ku memberanikan diri.

Nadiaa... Nad.... Nadiaaaa.

Aku memejamkan mata. "Aish, gila kok mangkin dekat sih." kaki dan tanganku gemetaran.

"Nad." teriaknya. 

"Ya Tuhan, tolong  selamatkan hamba dari makhluk berbahaya ini, hamba enggak mau mati disini. Kunti atau apa semacamnya  tolong pergi jauh-jauh. Aku gak banyak isi cuman tulang,  jadi kalau dimakan dijamin gak enak. " ucapku sambil terduduk di tanah dengan tangan menutup telinga.

Saat panjang lebar aku bicara, aku tidak mendengar  suara yang memanggilku lagi. Tetapi saat aku ingin membuka mata, tiba-tiba ada yang menyentuh pundak ku.

"Ahhh—," teriakku.

"Pliss pergi! Lo jadi setan kecentilan banget sih pakek acara nyentuh-nyentuh segala." ucapku dengan perasaan bercampur antara kesal dan takut.

"Hey, Nad lo ngapain sih." ucap Lalak.

Aku membuka mata. "Lalak." gumamku.

"Kalian berdua?"

"Ya, emang kenapa kita berdua?" tanya Ina heran.

"Aku kirain setan tau gak." ucapku yang sedikit malu pada mereka.

"Yaelah, cantik-cantik gini malahan dibilang setan." sahut Lalak

"Kalian ngapain sih, buat orang jantungan aja?"

Lalak mengeluarkan amplop dari kantong bajunya. "Nih, buat lo nad." menyerahkan amplop itu padaku.

Aku mengerutkan kening. "Surat apaan ini Lak?" tanyaku.

Ikhlaskan Aku Pergi [END] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang