Kami sampai di depan pintu, kilauan cahaya warna-warni mulai menyalip lewat celah pintu yang terbuka sedikit. Aku yakin didalamnya sedang ada pesta besar-besaran. Dan benar saja, kemeriahan memenuhi seisi ruangan besar dengan musik disc jockey yang melengking nyaring memenuhi langit-langit rumah, berdansa, meneguk minuman warna-warni dalam cangkir berbentuk bola lampu pijar, semua terlihat bahagia dengan pesta ini. Baru kali ini juga aku menghadiri pesta istimewa di rumah yang semewah ini. di kampung pesta paling meriah yang pernah ku datangi adalah ma'pasilaga tedong dan tomangrara tongkonan, dan juga pesta hari kebesaran di rumahnya Pak Rul sekali dalam setahun. Tapi tidak di iringi oleh musik seperti ini, paling pengiring kemeriahannya adalah teriakan aihihiiii yang bersaut-sautan dari orang-orang yang menyaksikan pesta itu. Yah berbeda 180o dengan pesta di rumah Pak Tom ini.
"Udah balik Pa". Sahut seorang perempuan cantik datang menghampiri kami, tinggi, putih dengan rambut panjang yang terurai sempurna. Luar biasa ciptaan Tuhan, kataku dalam hati.
"Halo Fit, lihat Papa datang dengan siapa" sambil menengok ke arah Pak Muklis..
"Paman Can" tanpa perintah langsung memeluk Pak Muklis, ah lagi-lagi aku tidak mengerti semua sandiwara ini, penonton yang baik tetaplah penonton yang baik. Aku hanya terdiam menyaksikan, berharap pelukan itu bisa juga ku rasakan, ah dasar otak kotor.
"Paman Can apa kabar?, kenapa tidak pernah datang menemui Fitri paman?".
Lagi dan lagi air mata kembali bercucuran, Pak Muklis juga demikian. Dari situ aku tahu nama gadis itu, Fitri. Pak Muklis tidak bicara apa-apa, tampaknya Pak muklis dan si gadis cantik bernama Fitri ini sudah sangat akrab bahkan lebih dari sekedar akrab. Buktinya saja mereka berpelukan dengan tangisan. Aku saja belum pernah memeluk Ibu sebelum Ibu meninggal, Bapak apalagi, nenek juga.
Kami dijamu istimewa di atas meja panjang berlapis kain putih dengan menu yang bahkan tidak bisa ku hitung banyaknya. Yang ku tahu hanya satu, Ayam. Selebihnya sangat asing kulihat, sayurnya saja berbentuk gazebo sekolah sampai ada juga yang berbentuk pesawat UFO, ah entahlah tanpa diperintah kami langsung melahapnya. Apalagi saya, tanpa rasa malu sedikitpun semua jenis daging dimeja itu sudah ada dipiringku, sudah seperti Gunung Sesean menjulang tinggi menutupi piring. Pak Tom dan Fitri hanya tertawa melihatku. Semua terasa begitu nikmat. Kapan lagi bisa menikmati hal seperti ini. benar kata Pak Muklis, dibalik semua yang kita hadapi akan selalu ada hikmahnya. Yah mungkin saja ini adalah hikmah dibalik musibah yang kualami tempo hari. Seandainya aku tidak kena musibah, aku pasti tidak akan bersama-sama Pak Muklis hari ini, bertemu dengan Pak Tom, dan juga menikmati pesta malam ini. Semua sudah di atur oleh-Nya. Ikuti saja alurnya. Kata guru sekolah mingguku dulu.
Selesai dengan jamuan makanan, aku yang sudah tidak kuat berdiri kekenyangan sudah seperti terkapar di meja makan. Sungguh ini adalah momen langka dalam hidupku. Pak Tom beranjak dari kursinya dan bergabung dengan tamu-tamu yang ramai berdatangan, Pak Muklis juga ikut membaur. Kini tinggal aku dan Fitri di meja makan. Aku tahu, Fitri anak Pak Tom pasti ingin beranjak dari meja ini karena banyak tamu undangan yang harus dilayani lagi, tapi mungkin tidak enak denganku yang duduk sendirian, apalagi aku datang bersama dengan ayahnya.
"Kamu pasti orang Toraja yah?" tanyanya sembari menuang minuman berwarna merah ke gelasnya.
"Ia.. tahu dari mana?" aku juga ikut-ikutan menuang minuman berwarna merah itu kegelasku.
"Logat kamu..." sambil meneguk minuman berwarnanya itu.
Nah itulah uniknya orang Toraja, dimana-mana, orang lain gampang mengenalnya hanya dari logat bahasa saja, itu akan sangat kentara kalau itu orang Toraja.
"Maksudnya logat aku?" Aku pura-pura tidak mengerti, tatkala hanya ada Aku dan dia, kenapa tidak bercanda gurau, jarang kesempatan ini ada. Otak kotorku berpikir pintar kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPASANG MATA NEGERI
Teen Fiction*** "Tentang seorang kakak yang rela berkelana di Bumi Nusantara demi mewujudkan impian dari adiknya yang buta dan lumpuh. Cerita ini diangkat dari sebuah Kisah Nyata yang akan membuat para pembaca seakan ikut berkisah dan merasakan apa y...