Seorang pemuda berjalan santai sepanjang koridor kelas 11 di sekolahnya. Tangannya dimasukan ke saku, disertai senyuman manis yang selalu terukir di bibirnya, juga kerlingan mata yang seringkali menggoda setiap siswi.
"Halo, Kak Alvin."
Pemuda yang disapa Alvin itu tersenyum dan mengangguk. Gadis yang menyapanya kemudian melanjutkan langkah berlawanan arah. Sementara itu tiba-tiba Alvin mendadak terdiam di tempat, dengan tatapan lurus. Lalu bibirnya bergerak menggumamkan hitungan.
"Satu ...."
Ia berbalik badan.
"Dua ...."
Fokus memperhatikan gadis tadi.
"Tiga."
BRUGH
"Aduh!!!"
Tepat sesuai hitungan. Gadis tadi terjatuh di depan kelasnya.
Alvin tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala, bisa-bisanya ada yang jatuh karena kesandung kaki sendiri. Ia lalu melanjutkan langkahnya lagi dengan santai. Berhenti di kelas 11 IPA 2, kelas sederhana yang dipenuhi dengan manusia-manusia banyak tingkah.
"Selamat pagi kawan-kawan!"
Ralat, sebenarnya ... hanya Alvin yang banyak tingkah.
Pemuda bernama lengkap Alvin Reynanda itu memasuki kelas sambil berteriak dan berputar-putar seperti penari balet. Imej kalem diluar kelas mendadak sirna begitu saja saat memasuki sarangnya. Alvin yang dikagumi dan dipuja-puja siswi di sekolahnya, berubah signifikan jadi Alvin anak pecicilan yang sering dihujat teman sekelasnya.
Tolong selalu ingat pepatah; Don't judge a books by it's cover, karena memang yang terlihat seringkali hanya kamuflase semata.
"Oy, gue nyapa kalian, dijawab dong, atau gue harus menghibur kalian dulu biar lebih bersemangat?" tawarnya dengan ceria.
Namun, bukannya mendapat persetujuan, Alvin malah langsung di serang dengan lemparan buntalan kertas.
"Jangan ngerusak pagi gue yang indah ini, Alvin!"
"Awas kalo lo nyanyi!"
"Vin, kalo lo ngedance kayak kemarin, gue janji bakal iket lo di tiang bendera!"
Penolakan sudah jelas diserukan teman-temannya. Tapi, namanya juga Alvin, tiada hari tanpa membuat teman-temannya kesal. Entahlah, Alvin selalu senang jika membuat mereka naik darah.
"Kalo gitu gue mau nari balet, gimana?"
Teman-temannya serempak melotot saat Alvin merentangkan tangan. Mereka langsung menunduk atau menutupi wajah dengan buku. Walau, untung saja tarian Alvin tak terjadi ketika seseorang dengan cepat menempeleng kepala Alvin dengan buku catatan.
"Gak usah banyak tingkah. Mending sini bagi jawaban PR kemarin," ucap pemuda berwajah tegas yang merupakan sahabat Alvin dari SMP, Dani Mahesa namanya.
"Yaelah, Dan, ganggu aja luh."
"Elu yang ganggu pe'a! Ayo, cepet, keburu Bu Ani datang!" kata Dani, segera mengapit leher Alvin dan menariknya ke kursi mereka.
Sebenarnya bukan hanya untuk menyalin PR Alvin, tujuan aslinya tentu saja karena ia pun tak mau melihat tingkah random sahabatnya tersebut. Seperti biasa, dia selalu menjadi pahlawan untuk kelasnya.
"Nih!" Alvin melempar buku PR matematikanya pada Dani. "Nyontek mulu kerjaan lo."
Untung saja, dibalik sifat random Alvin, pemuda itu mempunyai kelebihan yang lebih banyak. Bukan hanya muka ganteng yang membuat banyak cewek kesemsem, tapi juga punya otak encer yang menciptakan segudang prestasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKSIDE
Misteri / ThrillerKesalahan yang dibuat orang tuanya di masa lalu menjadi penderitaan bagi Alvin di masa depan. Sisi gelap yang selama ini ditutupi akhirnya terbongkar. Alvin benci hidupnya kini. Setiap langkah yang dia pijak terasa sangat berat. Bahaya mengancam dan...