Secara perlahan mata itu terbuka mengerjap - erjap menyesuaikan cahaya. Setelah mendapat kesadaran penuh Luna menyusuri ruangan tempatnya berada kini. Satu kesimpulan yang dapat dia tarik setelah meneliti seluruh ruangan adalah dia tidak tahu dimana sekarang dirinya berada.
Luna merasa dejavu dengan keadaan ini tubuhnya terikat di sebuah kursi. Namun bedanya kini dia bisa memberontak dan bisa berteriak. Tidak ada siapapun kecuali dirinya disana. Ruangan itu benar - benar kosong hanya ada dirinya dan satu lagi kursi kosong di depannya.
Sedetik kemudian ingatannya kembali pada kejadian sebelum dirinya jatuh pingsan.
Laki - laki itu. Luna melihatnya dengan sangat jelas mustahil dia salah lihat. Tapi jika itu memang benar kenapa pemuda itu melakukannya. Kenapa pemuda itu melakukan hal ini pada dirinya.
Kriettt
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. Seberkas cahaya memasuki ruangan remang itu melalui celah dari pintu yang terbuka. Seorang pemuda terlihat memasuki ruangan itu. Berjalan dengan santai dengan raut wajah datarnya.
Luna kenal pemuda itu namun Luna tidak kenal dengan sorot mata itu. Cara pemuda itu memandangnya terasa asing.
"Sudah sadar?" Kalimat pertama yang terucap dari bilah bibir Zean ketika dia sudah duduk di hadapan Luna.
Luna tidak menjawab. Dirinya sibuk menatap Zean dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak suka." Ucapnya datar.
"Kenapa?" Satu kata berhasil keluar dari bibir tipis Luna dengan suara yang sedikit bergetar. Zean mengangkat satu alisnya mendengar kata yang diucapkan Luna.
"Kenapa kau melakukan ini?" Luna kembali memperjelas ucapannya. Menghasilkan senyum miring dari Zean.
"Jika kubilang karena uang apa kau akan percaya?" Luna menggeleng lalu tersenyum tipis.
"Jika karena uang kau tidak akan menunggu begitu lama." Mendengar itu entah kenapa Zean tersenyum puas.
"Hehh.. seperti yang ku tahu. Kau cukup pintar."
"Lalu kenapa?" Luna kembali bertanya karena pertanyaannya tadi tidak mendapat jawaban yang pasti.
"Kau ingin mendengar sebuah cerita?" Bukannya menjawab Zean malah balik bertanya.
"Jika itu menjawab pertanyaanku, akan aku dengarkan."
"10 tahun yang lalu, seorang anak kecil berumur 7 tahun terpaksa harus hidup di panti asuhan karena ayah dan ibunya meninggal. Namanya adalah Joshua Dawson." Dahi Luna nampak berkerut ketika telinganya mendengar nama yang nampak tidak asing baginya.
"Kau mengenalnya?" Zean tersenyum mengejek melihat ekspresi Luna.
"Kau tahu kenapa Ayah dan Ibunya meninggal? Keduanya meninggal karena bunuh diri. Ingin tahu kenapa?" Luna terdiam tidak ingin menjawab satupun pertanyaan yang dilontarkan oleh Zean.
"Sebenarnya mereka adalah keluarga yang kaya dan harmonis dulunya. Namun setelah bekerja sama dengan suatu perusahaan entah kenapa semakin hari perusahaan keluarga itu semakin mengalami penurunan drastis. Hingga puncaknya Sang Ayah dituduh melakukan penipuan yang tentu saja bukan dia pelakunya. Sang Ayah dijebloskan ke penjara dan meninggalkan seorang istri dan putra semata wayangnya tanpa harta sedikitpun. Kau tahu bagaimana rasanya dijadikan bahan gunjingan oleh orang orang?" Luna tetap bergeming membiarkan Zean melanjutkan ceritanya.
"Karena tidak kuat akhirnya sang ayah memilih bunuh diri di dalam penjara dan tak lama kemudian sang Ibu pun memilih bunuh diri karena depresi ditinggalkan oleh suaminya. Dia bahkan melupakan bahwa dirinya masih memiliki anak yang masih berusia 7 tahun saat itu. Tanpa tahu apa - apa Joshua kecil harus terpaksa tinggal di panti asuhan. Selama di panti asuhan dia selalu di ejek oleh teman - temannya yang lain karena dia anak penipu. Bahkan dia tidak mengerti mengapa dia dikatakan anak seorang penipu. Hari - harinya di panti asuhan dipenuhi dengan cacian dan makian oleh orang disekitarnya. Hingga ketika dia beranjak remaja, dia memilih keluar dari panti itu dan memulai hidupnya sendiri dengan terus mengingat nama yang sangat ingin dia hancurkan karena telah menghancurkan keluarga dan hidupnya. Kau tahu siapa nama itu?" Luna menunggu dengan cemas nama yang akan terlontar dari mulut Zean.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Douleur Exquise (END)
Short StoryRead if you interested "Maafkan aku yang sudah menjatuhkan hatiku padamu walau aku tahu itu salah. Aku hanya tidak bisa menahan rasa ini." °•|•° "Jadi kau memanfaatkanku hanya untuk membalaskan dendammu? Heh.. ternyata a...