#Together? That's Not For Us *2

40 19 3
                                    

Seperti yang Akira rencanakan di awal masuk sekolah tadi pagi, pulangnya dia benar – benar memutuskan untuk berjalan kaki.

Cuaca sore hari ini cukup cerah sehingga terlihat begitu mendukung untuk jalan kaki. Matanya memandang sekeliling melihat – lihat lingkungan baru yang mulai kini akan lebih sering ditemuinya.

Pikirannya tiba – tiba tertuju pada sosok pemuda yang baru ditemuinya di sekolah tadi. Merasa tidak habis pikir dengan kelakuan pemuda itu yang begitu kurang ajar menurutnya.

FLASHBACK

KRINGGG

bel pertanda jam istirahat sudah berdering. Banyak siswa mulai berhamburan keluar dari kelasnya menuju kantin. Begitupun Akira yang sudah bersiap menuju ke kantin bersama Ayla.

Namun tanpa diduga, seseorang menarik tangan Akira kencang. Tanpa bisa melawan karena terlalu terkejut, akhirnya Akira pasrah mengikuti pemuda yang seingatnya bernama Arka itu.

Atap sekolah ternyata menjadi tujuan dari Arka menarik paksa tangan Akira dari kelas mereka. Sesampainya di tempat sepi itu Arka menyentak tangan Akira agar berdiri di depannya.

Akira mengelus pergelangan tangannya yang sedikit pegal. Sementara Arka menatap intens Akira.

"Akira." Pemuda itu berucap dengan nada yang sedikit bergetar. Akira mendengar namanya dipanggil otomatis mendongak untuk menatap pemuda di hadapannya itu.

"Kau Akira?" Akira mengernyit heran. Untuk apa pemuda itu menanyakan hal yang tidak berguna menurut Akira. Akira bisa melihat sedikit rasa berharap dari wajah pemuda di hadapannya saat mengucapkan kalimat itu.

"Ya, Aku Akira. Kau menarikku kesini hanya untuk menanyakan tentang itu?" Akira menatap pemuda itu dengan tatapan tidak percaya.

"Aku Arka. Arka Hendra Ardijaya. Apa kau lupa?" Akira mengerutkan dahinya bingung.

"Kau baru saja memperkenalkan dirimu padaku. Apa yang bisa aku lupakan?" Akira berucap datar. Ada – ada saja pemuda ini –Batinnya tidak percaya.

"Kau benar – benar lupa padaku? Aku Arka. Kita bersahabat sejak kecil dulu.." ucap Arka dan melirih di akhir kalimatnya.

"Maaf saja Arka. Tapi aku benar – benar tidak mengenalmu. Apa kau mau membodohiku?" Ucap Akira jengah menanggapi laki – laki di hadapannya kini.

"Heh." Akira kembali mengernyitkan alisnya bingung. Arka kini tertawa remeh di depannya.

"Begitu cepat kau melupakanku? Kenapa? KENAPA?" Akira sedikit tersentak ketika Arka tiba – tiba membentak dirinya. Akira benar – benar tidak habis pikir dengan kelakuan pemuda itu.

"Apa – apaan kau?" Ucap Akira jengah.

"Sudahlah. Seharusnya aku memang tidak mengganggumu lagi." Akira mengernyit bingung dengan perkataan Arka.

"7 tahun lalu. Ketika kau memutuskan untuk lebih memilih pergi meninggalkanku dan memutuskan persahabatan kita, seharusnya aku juga bisa melupakanmu." Akira bergeming mencoba menelaah maksud dari apa yang Arka ucapkan.

"Tapi tahukah kau Akira? Aku mengatakan bahwa aku akan membencimu. Tapi sampai kini aku tidak bisa melakukan hal itu. Aku mencoba untuk menunggu. Berharap agar kau kembali. Berharap agar aku bisa kembali melihatmu dari balkon kamarku. Namun nyatanya kau memang bertekad untuk meninggalkanku bahkan disaat kau sudah berjanji akan selalu ada bersamaku." Akira benar – benar merasa terjebak dalam situasi yang sangat – sangat tidak dimengertinya. Dia sama sekali tidak tahu apa yang diucapkan oleh Arka yang membuat laki – laki dihadapannya terlihat begitu kecewa.

La Douleur Exquise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang