Gadis itu tengah berjalan santai menuju kelasnya. Melewati tiap lorong dengan santai seperti biasanya dengan earphone yang setia berada di kepalanya memperdengarkan music yang disukainya. Tiba - tiba sebuah tangan tanpa permisi bertengger di bahunya. Tidak ada rasa terkejut, karena hal itu sudah terlalu biasa. Hanya ada satu orang yang berani merangkulnya seperti ini. Dia hanya mendelik, memberikan sorot tajam matanya pada si pria yang seenak jidat merangkulnya tanpa permisi itu. Sementara si Pria hanya nyengir bodoh tanpa rasa bersalah.
"Ayolah.... Sofie Jangan tatap aku seperti itu. Matamu bisa keluar nanti." Gadis yang dipanggil sofie itu mengalihkan pandangannya kembali ke jalan.
"Terkadang aku masih bingung dengan Tante." Gadis itu menatap Si Pria dengan tatapan bertanya. "Aku hanya bingung kenapa dia bisa memilih nama Sofie sebagai namamu. Nama sofie itu terlalu halus untuk mu yang keras seperti ini. Wajahmu saja kaku begitu. Aku bisa menghitung berapa kali kau tersenyum dalam sebulan." Ucap Si Pria menerawang.
"Bisakah kau membicarakan hal yang berguna di pagi hari?" Ucap Sofie memutar bola matanya malas. Sementara si pria kembali terkekeh tanpa rasa bersalah.
"Hei.... Seva kemarilah sebentar!" tiba – tiba suara seseorang dari kejauhan mengintrupsi dua insan itu.
"Ah si kutu kupret itu menggangu saja. Aku pergi dulu ya... jangan kangen my little ice girl." Seva nama pria itu, langsung pergi menuju orang yang memanggilnya tadi, Sofie hanya memutar bola matanya malas. Sebutan apa itu tadi.
Sedetik kemudian sudut bibirnya sedikit terangkat menimbulkan senyum tipis di wajah manis gadis itu. Tipis terlampau tipis hingga seseorang yang melihatnya tidak akan sadar jika gadis yang dikenal dengan perangainya yang sangat dingin itu mengukir sedikit senyum untuk seseorang yang tanpa sadar telah mengisi hatinya sejak awal dia memasuki sekolah ini, sejak awal ketika seseorang itu mulai mendekatinya karena tertantang untuk mendekati seorang gadis es yang ternyata dapat melelehkan hati gadis itu tanpa sadar.
Sofie melanjutkan jalannya memasuki kelasnya dengan label terpampang di atas menunjukkan kelas XI IPS 2. Sambil menjawab beberapa sapaan temannya dengan seadanya, Sofie berjalan menuju bangkunya yang ada di pojok belakang kelas dekat jendela.
Sofie tidak pernah mendengarkan musik di earphone nya dengan volume full, karena itulah dia tetap bisa mendengarkan apa yang teman sekelasnya tengah perbincangkan. Seperti saat ini, sepertinya mereka tengah sibuk membicarakan murid baru yang katanya akan datang hari ini. Banyak temannya yang berharap agar si murid baru itu akan tinggal di kelas mereka. Bel masuk sudah akan berbunyi beberapa menit lagi namun Sofie masih belum melihat tanda – tanda Seva akan masuk ke kelas. Sebenarnya kemana anak itu.
Mungkin umur Seva akan panjang. Baru saja Sofie memikirkan anak itu dan kini dia sudah masuk ke kelasnya dan berjalan menuju ke bangkunya tepat di sebelah Sofie karena mereka memang teman sebangku.
"hai..."Ucap Seva sembari meletakkan tasnya dan mengambil buku yang akan digunakan untuk jam pelajaran pertama.
"Darimana saja kau?" Tanya Sofie sembari melirik Seva singkat.
"Aku diminta menge-cek ruang olahraga oleh Pak Subono bersama Erik tadi. Kenapa? Pasti kangen ya? Ya ya..." Sahut Seva Ke–ge er-an sambil terkikik senang. "GR" ucap Sofie singkat dan kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Beberapa menit telah berlalu bel masuk telah berbunyi nyaring. Semua siswa bersiap menerima pelajaran yang akan diajarkan oleh gurunya pagi ini. Begitupun dengan kelas Sofie.
Namun nampaknya berbeda dengan hari – hari biasanya. Kini guru yang masuk di kelas Sofie tidak sendirian. Ada seorang gadis cantik yang mengikutinya dari belakang. Bisa diyakini bahwa dia adalah murid baru yang diperbincangkan sedari tadi di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Douleur Exquise (END)
Short StoryRead if you interested "Maafkan aku yang sudah menjatuhkan hatiku padamu walau aku tahu itu salah. Aku hanya tidak bisa menahan rasa ini." °•|•° "Jadi kau memanfaatkanku hanya untuk membalaskan dendammu? Heh.. ternyata a...