"Kadang, rasa bersalah sama gak mau tanggung jawab itu beda tipis" - Author
Andra
"Kalau begitu saran saya, lebih baik kamu beri ketegasan saja dari pada menyeret orang lain didrama kamu yang lainnya, belum tentu orang itu mau berkontribusi, seperti saya misalnya."
Kata-kata itu terus mengusikku, Gila saja. Ini sudah lebih dari seminggu dari pertemuan kita berdua. Memang sih aku yang ajak "putus" duluan, tapi kan harusnya dia mengerti dong posisiku saat itu terdesak?, Kalau tidak terdesak juga aku nggak akan seret dia kok.
Jengkel
Marah
Malu
Merasa bersalah
Sebut saja semua, itu semua perasaanku saat ini. Kenapa sih dia?, Baru kali ini aku ketemu sama laki-laki yang sepertinya nggak suka aku dari pertama kali bertemu.
Tatapan matanya saat pertama kali kita ketemu saat dilift waktu itu seperti menaruh dendam. Aneh banget nggak sih?, Ketemu saja belum pernah sudah ditatap sinis, sama laki-laki pula.
Lamunanku buyar saat seorang pramusaji membawa sushi pesananku. Saking hanyut dalam lamunan, aku sampai tidak sadar makanan kesukaanku datang.
Hari ini seharusnya aku bisa bersenang-senang dengan Emma teman lamaku selama kuliah di Melbourne, kami berencana temu kangen setelah tidak bertemu hampir tiga tahun. Emma, sahabatku yang satu itu sudah berkeluarga sekarang dan menetap di Singapura bersama suami dan seorang anaknya. Dan kali ini, ia sedang berlibur di Jakarta. Tetapi gara-gara pria yang bernama Nebula itu moodku sedikit anjlok.
Emma:"Beb, gue udah di Grand Indonesia nih, lo masih di Sushi Tei kan?"
Ponselku bergetar diatas meja, dan segera aku membalas pesan Emma
Aku:"Masih lah beb" Aku:*send a picture*
Emma:"Okayy, wait for me!"
Tidak sampai sepuluh menit kemudian, sapaan heboh khas Emma menyerangku.
"Hai beb, long time no see. Makin cantik aja lo sekarang. As always ya our princess" ujar Emma yang hanya kutanggapi dengan kekehan kecil.
"Halo juga beb, eh ini siapa? anak lo Em? siapa namanya sayang?" sapaku ramah kepada sosok pria kecil yang berumur berkisar dua tahun dengan mata bulatnya yang menggemaskan.
"Namaku Eros tante." sahut Emma dengan nada bicara seolah-olah dirinya adalah Eros
"Eros as if a god of war in the ancient greek?." aku bertanya dengan nada mengejek, "Iya nih beb, gue pas hamil dia bener-bener lagi maniak sama mitologi Yunani banget nih. Sampai Diaz bosen banget dengerin ocehan gue tentang Zeus lah, Hera lah ini lah itu lah." kekehnya
"By the way, gimana nih kabar princess kita yang satu ini? sudah ada pawangnya belum?." goda Emma
Pertanyaan Emma membuatku terhenyak sebentar. Memang sih, aku belum punya gandengan tapi seminggu yang lalu aku masih punya gandengan kok. Walaupun cuma delapan belas jam sih. Tapi itu tetap dihitung gak ya?.
"Belum nih, belum ketemu yang cocok." jawabku netral.
Well, selama dua jam berbincang dengan Emma dan ditemani oleh celotehan lucu Eros membuat suasana hatiku sedikit membaik. Tapi masih tersisa perasaan tidak nyaman dihatiku. Apa lebih baik aku bertanya saja ke Emma bagaimana pendapatnya, ya?
"Um.. Em, gue mau mau tanya deh dari sudut pandang lo, jadi gue punya teman dan dia itu baru aja "putus" sama pacar bohongannya. Nah, pas diputusin si pacar bohongannya ini marah ke temen gue. Dan sekarang teman gue ini agak merasa bersalah sih sama ini cowok, enaknya buat minta maaf gimana ya Em? Padahal teman gue ini udah jelasin maksudnya dia dan udah minta maaf juga." Ucapku.
"Tunggu deh, ini teman lo cewe apa cowok." Tanya Emma.
"Cewek, jadi gimana Em?."
"Hmm.. maksudnya dia bawa-bawa itu cowok buat jadi "pacar" bohongannya itu apa Ndra?"
"Kemarin sih gue tanya, dia tuh lagi diposisi terdesak gitu. Si temen gue ini ketemu sama mantan pacarnya yang masih ngejar-ngejar dia, padahal si sang mantan ini dulunya selingkuh dari temen gue. So, she had enough of him yaudah dia seret ini cowok random buat diakui jadi pacar barunya temen gue soalnya dia yang paling deket dan yang paling good looking dari si mantan ini. Tapi besoknya setelah dirasa teman gue udah nggak perlu lagi si cowok buat melindungi si mantan. She tells him everything and say sorry for the way she acted yesterday dan minta "putus" dari si cowok random." Jabarku.
"Well, kalau menurut gue masih logis sih kalau si cowok ini marah ke temen lo. There's three point alasan kenapa dia marah sama teman lo ini. First, he's outsider on your friends issues. Second, he has to play pretend like her boyfriend so suddenly. Third, he must felt like a scum after your friend "dump" him setelah masalah kalian selesai. Dan itu melukai egonya dia sebagai laki-laki. Padahal si cowok ini udah diseret kemasalah yang seharusnya dia gak terlibat dan dia "dipaksa" untuk memerankan sebuah karakter yang sebenernya bukan dia dan ini nggak ada untungnya buat dia. Yang untung cuman teman lo aja kan berarti? But he wasn't. Menurut gue sih itu yang bikin dia marah walaupun dia tau alasannya dan teman lo udah minta maaf juga." Jelas Emma panjang lebar.
Setelah mendengar penjelasan Emma, perasaan jengkelku menguap begitu saja. Namun, perasaan bersalah justru semakin membesar. Seburuk itu ya tingkahku kemarin hanya demi melindungi diri sendiri?.
"Terus menurut lo gimana biar teman gue bisa berbaikan dengan si cowok random ini?." Cecarku.
"Kok lo yang semangat sih? Ya, apalagi selain perkataan maaf lagi with a lot of sincere on it. Gue tau lo banget Ndra, pasti lo pas ngomong itu dengan nada dan ekspresi yang monoton aja ke dia. Thank me later, dan jangan kaget gue tau dari mana. I've known you since eternaly. Lo bohong aja gue tau." Ucap Emma dengan kekehan menyebalkannya.
Dan aku hanya bisa tersenyum malu mendengarnya. Sekarang misiku adalah bagaimana caranya agar bisa mendapatkan maaf dari seorang Nebula?
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAXIAS
ChickLitMeet the Andromeda, the charming beauty. Then here it comes The Nebula, the enchanting mysterious. The liaison of the galaxy. "From the start, I knew you was the real form of disaster. but no matter how hard I dodge it, You always to pull me back a...