A/N: Ini aku tulis disela-sela liburan, tanpa edit dan semoga saja kalian para pembaca terhibur dan mau memberikan vote dan commentnya.
Warning: typo bertebaran, dipersilahkan kritik dan sarannya.
"Manusia emang ada dua jenis, tapi kalau ketemu yang namanya perempuan ribet bin manja bin cengeng dan bin bin lainnya, kelar idup lo."
-Nebula-
Secangkir expresso hangat menemani senin pagi seorang pria yang terlihat santai menikmati waktu luangnya sebelum kepalanya meledak akibat progress auditing menjelang akhir tahun. Pria itu adalah Nebula Orion. Panggil saja Nebula asal jangan Ebul, Ula apalagi Ori. Kesannya seperti barang-barang yang dijual katanya ori padahal tiruan. Sekedar informasi, padahal dia Ori punya loh kalau kalian mau tau.
Di usianya yang menjelang kepala tiga ini ada beberapa hal yang disukai seorang Nebula, Kalau ada yang tanya tiga hal yang disukai Nebula adalah; Tidur, expresso hangat dan yang terakhir tentu saja teleskop kesayangannya.
"Eh kambing!, gue cariin dari tadi ternyata lo disini leha-leha sambil ngopi-ngopi?"
Raungan yang sangat merusak mood Nebula pagi itu disebabkan oleh sang bawahan slash best friendnya, Robin. Namanya boleh Robin, tapi kelakuan jauh dari tokoh heroik itu. Mulutnya menyaingi nyinyiran ibu-ibu tetangga dan rempongnya melebihi ibu muda hamil.
Nebula hanya bisa memutarkan bola matanya seraya mendengus. "Berisik Bambang!, pagi-pagi udah ngerusak mood aja lo!" kesal Nebula.
"Ya lagian tuh ya, ga lupa kan lo kalo pagi ini ada rapat sama direktur bahas audit perusahanan? Lah ini setengah jam lagi mulai malah leha-leha." sewot Robin. Mengingat agenda penting yang terlupa itu, Nebula hanya bisa mengumpat. Sial, gimana caranya lah dia bisa lupa.
"Eh by the way nih ya, udah denger belum kalau HRD udah ngerekrut anggota baru. Katanya sih buat ngisi manager creative di kantor?." Tanya Robin yang hanya dijawab dengan rasa tidak antusiasnya seorang Nebula.
"Katanya sih cewe, kalau cewenya cantik lo mau gebet gak?." Goda Robin dengan nada usilnya. Kepala Nebula rasanya mau pecah dengar cerepetannya Robin yang sangat memekakkan telinganya.
"Berisik lo ah, ayo balik keatas." Paksa Nebula, dia sudah tidak kuat kalau lebih lama lagi mendengar suara cempreng Robin yang bikin gendang telinganya mau pecah.
Denyut kepala yang dialami Nebula akhir-akhir ini terasa menyiksa, sudah hampir dua hari dia tidak tidur. Porsi kafeinnya meningkat drastis guna meningkatkan fokusnya.
Rasanya ia rindu sekali untuk merebahkan badannya yang kaku di kasurnya yang nyaman.
Tapi apa daya, tugasnya sebagai kepala auditing di salah satu perusahaan yang bonafit di wilayah Setiabudi ini memaksanya untuk tetap terjaga.
Dalam hati Nebula yang terdalam, pokoknya selesai tugasnya ia akan hibernasi!.
Antrian lift menyambut kedatangan Nebula dan Robin selepas dari kafe favorit penghuni gedung ini. Kantor mereka terletak di lantai 17 hingga lantai 19 gedung tersebut.
Sepertinya akan memakan waktu sekitar lima belas menit mereka untuk kembali keatas, sedangkan waktu rapat dimulai tinggal lima menit lagi.
Great!, ini semua gara-gara ocehan gosip Robin yang sangat tidak bermutu itu. Kalau sampai mereka telat, ini semua salah Robin pokoknya.
"Mas! Tunggu jangan ditutup dulu liftnya!" seru seorang wanita yang terlihat tergesa-gesa berlari di lobi menuju lift saat mereka hampir menutup pintu lift. "Terima kasih mas." Ucap wanita itu setengah terengah setelah berhasil memasuki lift.
Mata Nebula menyelidiki penampilan wanita itu, tubuhnya tinggi semampai. Dengan lekuk tubuh indah yang proporsional di tempat yang pas.
Wajahnya juga bisa dikategorikan cantik. Cantik sekali malah. Indra penciumannya menangkap wangi bunga lili yang menguar dari wanita tersebut.
Nebula bukannya mesum, ia tahu mana wanita yang menarik dan mana yang tidak. Dia lelaki normal dengan kadar hormon yang sama dengan para pria yang berdarah panas diluar sana.
Dan ia masih menyukai jenis manusia yang terlihat manis dan patut dilindungi oleh kaumnya, hanya saja kalau bisa dibilang, Nebula sangat tidak menyukai pembawaan para wanita.
Pertama, mereka itu berisik. Dengan rengekan manja yang tidak malu dengan umur mereka yang sudah jauh dari anak-anak tersebut. Dan yang kedua, mereka itu... Apa ya, terkesan manipulatif. Walaupun Nebula tahu tidak semua wanita seperti itu.
Meskipun tidak menampik kalau dirinya sendiri sadar akan wajahnya yang mudah menarik perhatian kaum hawa disekitarnya. Hanya saja rasanya sulit untuk percaya pada seorang wanita.
"Maaf, kalau boleh tau. Mbaknya mau kelantai mana?." Tanya Robin membuyarkan penilaian Nebula. "Oh maaf, saya mau ke lantai 17." Saut wanita itu dengan senyuman ramah.
"Kalau boleh tahu, mbaknya kerja di D.A entrepreneur juga?" lanjut Robin. Nebula hanya bisa mendengus mendengar pertanyaan yang diajukan Robin seperti petugas sensus itu.
Alamat si mbaknya ini jadi target kebelangan si Robin selanjutnya, hal yang sangat disayangkan Nebula akan karma buruk yang menimpa si mbak. Sepertinya dia bisa mencium bau-bau patah hati yang akan datang dalam waktu dekat. Ia paham betul tabiat sahabatnya ini.
"Iya mas, masnya juga? Kalau gitu salam kenal nama saya Andromeda, panggil aja Andra." Jawab Andra ramah. "Kenalin nama saya Robin, panggil aja Aa,akang atau mas juga boleh." Ucap Robin genit.
Hmm Andromeda ya... nama yang menarik, baru kali ini sepanjang umur hidup Nebula menemukan seorang wanita memiliki nama yang mengingatkannya pada salah satu galaksi terdekat dengan galaksi Bima Sakti tersebut.
Salah satu galaksi terindah yang pernah ditemui, dengan warnanya yang mencolok menarik perhatian. Nama yang cocok untuk seorang wanita seperti Andra. Dan Nebula hanya berharap namanya secantik penampilan dan tingkah lakunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GALAXIAS
Literatura KobiecaMeet the Andromeda, the charming beauty. Then here it comes The Nebula, the enchanting mysterious. The liaison of the galaxy. "From the start, I knew you was the real form of disaster. but no matter how hard I dodge it, You always to pull me back a...