Part 2 -First Sight, Maybe?-

969 26 0
                                    

Hai! Aku kembali lagi dari tempat peristirahatanku (?) By the way, anyway, busway (?) cerita ini membosankan yaaa? Readersnya dikiiiit banget. Tapi gak apa2lah! Yg penting saya tetep berkarya. Yeeeaaayyyy! :D *abaikan*

Okay, let’s check it out!

 yg disebelah itu fotonya Selena yaa!

            “Selena Margareth, aku tak akan melepasmu”, bisik pemuda tersebut tepat di telinganya. Lalu Selena merasakan hembusan nafas tersebut di lehernya. Selena mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah pria tersebut. Saat itulah, ia melihat sepasang mata yang begitu indah. Cokelat keemasan. “Aku sudah menunggumu, Elen”. Selena memejamkan matanya, saat ia merasakan bibir pemuda tersebut berada di keningnya.

            Selena terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran di tubuhnya. Nafasnya terengah-engah seolah habis berlari jauh. Matanya pun menatap nyalang pada langit-langit kamar. Setelah ia bisa menormalkan nafasnya, ia duduk bersandar di ranjang queen size-nya lalu memutuskan untuk meminum air mineral yang selalu ia sediakan saat akan tidur. Setelah ia minum, ia baru bisa berpikir dengan jernih. Mimpi itu... terasa sangat nyata.

            Selena mencoba mengingat-ingat kembali saat ia pulang sekolah tadi. Tadi ia memang pulang sekolah sendirian melewati jalan tersebut, tapi keadaan jalan tersebut tidak sepi. Karena juga banyak murid sekolah lain melewatinya untuk mempersingkat waktu menuju rumah. Selena mulai pusing memikirkan hal itu, jadi ia memutuskan untuk kembali tidur. Dan juga berharap ia akan mendapatkan mimpi indah, bukan mimpi yang terlihat begitu misterius.

.

My Sweet Vampire

.

            Lelaki tersebut duduk di atas pohon yang cukup besar di hutan tersebut. Matanya memang memandang langit malam, tapi telinganya selalu siaga mendengar hal-hal yang dirasanya mencurigakan. Panca inderanya memang sangat sensitif dibanding manusia biasa. Mungkin jika dalam radius 50 meter, ia masih bisa mendengar suara sekecil apapun. Entah itu suara angin yang berhembus, gemericik air, dengungan lebah, ataupun suara jangkrik yang selalu meramaikan malam-malamnya.

            Terkadang ia memang merasa bahwa dirinya hebat dibanding makhluk lainnya, tapi ia juga sadar bahwa kehidupannyalah yang paling menyedihkan. Tak bisa merasakan kebahagiaan yang bertahan lama, kebahagiaan sejati yang memang ditakdirkan untuk dirinya, kebahagiaan yang pasti dimiliki oleh manusia biasa. Yang ia rasakan hanya kebahagiaan semu, yang dapat ditebak akhirnya. Jika bukan ia yang terluka, maka orang yang disayanginya itulah yang terluka.

            “Alv!”, panggil James dari bawah pohon. “Daritadi liatin langit mulu. Emang bagusnya apa sih?” James ikut memandang langit dengan ekspresi penasaran.

            “Menurutmu apa?” Alv melirik James yang saat itu sedang menatapnya dengan kesal.

            “Ya elah! Aku kan nanya, kalo aku udah tau ngapain juga pake nanya!” James memainkan daun-daun kering yang berada di bawah pohon itu dengan jemari yang bergerak melingkar dengan beraturan, hingga menimbulkan angin puting beliung kecil.

            Alv terkekeh saat mendengar gerutuan sahabatnya itu. “Kau tau, saat memandang langit.. aku merasa bahwa aku hanya makhluk kecil yang tidak berdaya. Dan aku menikmati itu...” James mengalihkan pandangannya menuju Alv, menunggu kelanjutan jawaban Alv tadi. “Layaknya manusia biasa”, gumam Alv dengan pandangan menerawang.

            James menyadari bahwa Alv saat itu sedang mengingat masa lalunya yang begitu pahit. Ia pun segera ikut menaiki pohon tersebut dengan sekali lompatan, lalu duduk di sebelah sahabatnya itu. Menepuk pundaknya dengan tenang. “Key, seandainya kau disini.. kau pasti bisa membaca pikiran sahabat kita ini”, batin James penuh harap.

My Sweet VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang