30. Pergi Untuk kembali

674 58 28
                                    

SEBENARNYA AKU UDAH NIAT BUAT EPILOG. TAPI ENTAH KENAPA, AKU BELUM SREK GITU, KARENA MASIH BANYAK KEBENARAN YANG BELUM TERUNGAKAP.

JADI AKU PUTUSKAN MASIH ADA BEBERAPA PART UNTUK MENUJU EPILOG.

JADI, KEMAREN ITU BUKAN PRANK 'TAMAT'. TAPI MEMANG UDAH TAMAT, TAPI AUTHOR BERUBAH PIKIR LAGI. NGERTI NGAK? KALAU NGAK NGERTI, NGERTIIN AJA. AUTHOR EMANG LABIL.

***

Flashback On

"ARGGH!"

Bruk.

Bunyi menggelegar yang dihasilkan dari dua buah benda yang saling hertubrukan terjadi begitu saja. Sangat cepat, dan tak bisa dihindari.

Chaca menghirup nafasnya putus-putus. Kepalanya sangat pusing. Darah keluar banyak dari kening juga hidungnya. Tatapannya mengabur, semua terlihat berwarna abu-abu.

"Andre..."Hanya itu yang dapat ia ucapkan. Setelahnya, Ia merasa ditarik kasar oleh seseorang. Ia tak bisa melihat siapa sang pelaku penarikannya. Yang jelas ia bersyukur, setelah ia rasa menjauh dari tempat itu, mobil meledak menyebabkan semakin banyak korban.

"Chaca? Chaca? Lo denger guee?"Itu suara Ricis. Chaca yakin itu.

"Ri--Ri--Cis?"Bisik Chaca, ia sudah tak bisa berbicara dengan lancar. Rasanya, nafasnya sudah diujung, ajal sudah akan menghampirinya.

"Bertahan Cha! Jangan coba-coba tutup mata lo!"Ricis berteriak tepat di depan telinga Chaca, tangannya menampar pelan pipi Chaca.

Chat Terkekeh Miris."Ngak usah nangis Cis. Gue gak papa."

"Jangan kayak orang pasrah begitu! Lo harus kuat!"Ricis menyeret Chaca. Otaknya benar-benar ngeblank akibat kekhawitaran yang berlebihan.

"Saa--Sakit Cis.."Eluh Chaca.

"Lo tenang Cha, Kita udah dapetin bantuan!"Dan setelahnya, Chaca tak bisa merasakan apa-apa. tatapannya mengabur, lalu semuanya berubah menjadi hitam. Dia...Pingsan.

***

Cahaya Sang rembulan masuk lewat celah-celah Jendela dengan tirai putih transparan.

Suara jangkrik di malam hari menambah Suasana mencekam di ruangan sebesar 3x4 itu.

Chaca mengerjapkan matanya. Netranya menangkap langit-langit kamar yang dihiasi dengan bintang-bintang plastik 'Glow in the dark'.

"Ricis?"Suaranya terdengar serak. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan itu.

"Lo dimana cis? Aaw--"Chaca memegang kepalanya yang terasa sangat sakit.

"Kamu udah bangun?"Suara itu datang dari balik pintu berwarna cokelat. Samar-samar chaca melihat seseorang menghampiri tempat tidurnya.

Ceklek.

Lampu menyala membuat Chaca menutup matanya sejenak karena terasa sangat silau

"Kamu ngak papa? Ada yang sakit?"Setelah terbiasa, Chaca membuka matanya, untuk mengetahui siapa yang berbicara dengannya.

"Wi--Wildan?"Chaca refleks mendudukan dirinya. Ia memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

"Kaget?"Wildan tersenyum ke arah Chaca. Ia mengambil tempat di sebelah Chaca.

"Ini rumah lo?"Wildan mengangguk."Kenapa gue bisa ada disini? Kenapa gue gak di rumah sakit?"

"Ricis nitip kamu disini"

"Ricis?"Tanya Chaca tak percaya.

"Iyaa."

"Jadi dia datang nyelamatin gue?"Wildan mengangguk.

"Lebih tepatnya saya dan dia yang menyelamatkan kamu."Wildan mengusap rambutnya.

"Sekarang Ricis dimana?"

Wildan menggeleng."Saya tidak tahu. Tadi dia izin pergi. Besok baru balik."

Chaca melotot seketika."kenapa lo biarin? Lo percaya dia bakalan balik? Kalau dia ngak balik gimana?!"Tanya Chat beruntutan.

"Itu hak dia. Saya ataupun kamu bukan siapa-siapa dia. Tapi, Saya percaya dia akan kembali. Untuk sahabatnya."Jawab wildan percaya, Ia menepuk-nepuk bahu Chaca, Meyakinkan.

Chaca menggeleng-gelengkan kepalanya."Semoga..."Gumamnya.

Flashback off.

Pagi ini, Ricis akan pergi menuju makam-nya. Atau lebih tepatnya...makam anaknya?

Kemarin, sesudah menolong Chaca, Dia merasakan sakit yang teramat sangat dibagian bawah perut. Buru-buru, ia ke rumah sakit untuk mengecek, dan menitip Chaca kepada Wildan.

Dan setelah sampai di rumah sakit, kabar yang sangat ia benci kembali dikumandangkan oleh sang dokter. Ia keguguran.

Saat mendengar itu, ia langsung pingsan. Ia baru bangun di pagi harinya, dan mendapat kabar dari dokter kalau anaknya yang belum berbentuk janin sempurna sudah dikuburkan.

Hingga disinilah dia. Di balik pohon dekat pemakaman Anaknya, sambil menyaksikan kehancuran Atta. Mendengar tangisan Atta.

Ricis tersenyum miris. "Kamu baik-baik ya ta?"

Beberapa menit kemudian, Atika datang, menyerahkan surat yang Ricis yakin bertulis tangankan, tangannya, Surat yang Ia tulis ketika ia akan pergi, meninggalkan Atta untuk atika. Dari tempatnya Ricis juga bisa mendengar atika meminta Atta untuk menikahinya yang di iya-kan oleh Atta.


Ricis mengehela nafasnya. Atta menganggapnya sudah pergi.

Pergi menyusul anak-anak mereka.

Jika seperti ini, Ricis akan mengikhlaskan semuanya.

Mengikhlaskan kedua anaknya.

Juga mengikhlaskan suaminya bersama sahabatnya.

Mungkin, kisahnya sudah berakhir sampai disini.

***

TBC

Targetnya sama sekali belom nyampe:V.
Tapi kagak papa da, soalnya gue dah lama ngak Update.

Say hi untuk New Readers!

part kni pendek banget, setaralah sama vote coment kalian.

Jadi selanjutnya...

50 vote and 100 coment?

Kutunggu! Kuhadiahkan ntar 2k Kata😊

pernikahan tanpa cinta [Atta Ricis]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang