19. Pregnan (2)

820 55 14
                                    

SEBENERNYA BELUM MAU LANJUT. TAPI ADA SATU KOMENTAR YANG MENGKRITIK PEMERAN. DAN AKU TIBA-TIBA SEMANGAT NULIS, SOALNYA BARU KALI INI ADA KOMEN TAPI ISINYA NGAK CUMA 'NEXT' DOANG.

LOVE YOU BUAT KAMU YANG NGAK CUMAN KOMEN NEXT DOANG.

COBA KALIAN KEK GITU. PASTI KU BOOMPAR LAH😁.

***

Ricis mengerjapkan matanya. Netranya menangkap Cahaya yang begitu menyilaukan, matanya belum terbiasa.

"Halo Bundaa..."Ricis menoleh mendapati seorang anak kecil yang wajahnya tidak terlalu jelas. Entah kenapa, Hati Ricis menghangat mendengar anak itu memanggilnya 'Bunda'.

"Halo sayang. Nama kamu Siapa?"Anak itu menggeleng.

"Belum punya nama"Jawab anak itu.

"Loh? Kok bisa?"Heran Ricis.

"Aku belum sempat lihat dunia Bunda. Aku udah disini. sama Tuhan" Air mata Ricis mengalir tanpa disadari.

"Orang tua kamu mana sayang?"Anak itu menunjuk Ricis membuat Ricis mengernyit.

"Aku?"Ricis menunjuk dirinya membuat anak itu mengangguk.

"Iya...Bunda ibu aku."Ricis mengelus rambut anak itu. Tidak keberatan ketika anak itu menganggap.

"Bunda...Aku pamit ya, Bunda yang bahagia di dunia. Jangan sedih-sedih karena aku udah gak ada. Aku datang dari Allah. Dan akan kembali ke Allah. Dan sekarang waktuku untuk kembali. Makasih untuk 8 minggu udah kampung aku di perut bunda.
Meskipun bunda belum tau kehadiranku, aku udah pergi"Anak itu mengelus perut Ricis sebentar.

"Maafin ayah juga ya bunda. Suatu saat dia pasti akan sadar. Jangan kebanyakan sedih ya Bunda. Jangan menangis mendengar kabar kehilangan aku, anak Bunda."

"Aku pergi dulu Bunda. Assalamu'alaikum, Aku sayang Bunda."

***

"Arggghhh!"Ricis berteriak saat tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya.

"Kak Ricis ngak papa?"Ricis menoleh, mendapati Fatim berjalan ke arahnya dengan rau wajah khawatir membuat Ricis tersenyum.

"Kenapa kakak bisabada di sini?"Ricis mengedarkan pandangan. Di sofa ia mendapat keberadaan Saaih, juga Thoriq. Dan di lantai ada sohwa yang sedang tertidur beralaskan kasur lipat.

"Kakak tadi pingsan. Dan kakak...kegu--"

"Kak icis udah bangun? Aku panggil dokter ya?"Ucapan Fatim terpotong akibat Saaih yang sengaja menyelannya.

"Ngak usah. Kakak ngak papa. Cuman perut bawagbsedikit sakit. Tapi kasih bisa kakak toleransi."Ricis menggelengkan kepalanya.

"Kalau gitu panggil dokter aja kak."Ucap Fatim, tetapi Ricis kembali menggeleng.

"Kalian tidur aja. Kakak ngak papa kok"Saaih dan Fatim menggeleng, lalu dengan segera kembali berbaring dan memejamkan mata.

Setelah Saaih dan Fatim kembali tidur, Ricis mengedarkan pandangannya. Mencari seseorang yang sangat ia butuhkan.

"Kamu ngak ada ta?"Ricic berbicara Lirih, kepalanya di tundukkan. Isakan kecil keluar dari mulutnya.

"Aku se-enggak berharga itu ya ta?"Ricis menahan isakannya. Takut-takut kalau yang lain terbangun.

***

"Halo ayah"Atta menoleh ke sumber suara, Ia mendapati seorang anak kecil dengan wajah yang samar-samar.

"Hey? Kamu siapa? Orang tuamu kemana?"Tanya Atta membuat anak itu menggeleng tangannya menunjuk ke arah Atta, membuat Atta mengernyit.

"Om bukan ayah kamu. Om belum punya anak"Atta mengelus rambut Anak itu.

"Ngak. Ayah itu orang tua aku. Papa aku."Atta diam saja mendengar penuturan anak itu, tangannya terus mengelus rambut panjang anak itu.

"Ayah...Kenapa niglnggalin bunda? Kasian bunda, dia sakit, dan ayah menghianatinya"Atta mengernyit bingung.

"Maksud kamu apa sayang?"Tanya Atta lembut, di jawab gelengan dari anak itu.

"Coba ayah pikirkan, apa yang salah dari ayah. Tolong cepat-cepat sadar yah. Sebelum bunda pergi dari kehidupan ayah."anak itu berlinangan air mata membuat Atta tak tega melihatnya.

"Hey! Jangan nangis..."Sahut Atta. Tangannya mengusap pipi anak itu.

"Tolong pikirin kesalahan ayah ke Bunda. Aku sayang Ayah, sekalipun ayah udah jahat sama bunda ."Anak itu tersenyum lembut.

"Aku pamit ya Yah? Assalamualaikum. Aku akan selalu sayang Ayah"Anak itu melanda ke arah Atta, lalu perlahan ia menghilang di telan cahaya putih yang sangat menyilaukan.

***
Atta terbangun dari tidurnya. matanya mengerjap saat tak sengaja melihat ke arah jendela. Menatap matahari yang menampilkan cahayanya.

Atta menoleh ke samping, mendapati wanitanya yang tertidur pulas dengan keadaan tubuh yang polos.

Atta seketika merasa bersalah ketika melihat wajah wanita itu. Ia tiba-tiba mengingat istrinya. Istrinya yang telah ia khianati.

"Aughh"erang perempuan di samping Atta.

"Morning ta!"Perempuan itubmengecup sekilas bibir Atta. Sedangkan Atta hanya menganggukan kepalanya.

Ting.

Perhatian mereka berdua seketika teralihkan ke hape Atta yang tiba-tiba berbunyi tanda nontifikasi telepon masuk. Di sana tertera nama 'Ummi' yang membuat atta segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum mi."

"Waalaikumsalam. Kamu ke mana aja? Istri kamu di rumah sakit kamu malah keluyuran! Untung keluarga Ricis belum dateng! Ngak enak banget ummi!"

"Maksud ummi?"

"Ricis masuk rumah sakit. Masih belum jelas? Cepat kamu ke RS Husada. Masa dia sakit suaminya ngak ada! kalau gitu udah dulu. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

"Kenapa ta?"Tanya perempuan di samping Atta saat telepon sudah mati.

"Aku harus pulang. Dicariin sama ummi. Nanti aku hubungin lagi."Atta dengan segera memakai bajunya dengan rapi lalu berlalu cepat meninggalkan wanitanya.

"Apa aku salah mencintai kamu meskipun kamu udah punya Ricis?"Lirih perempuan itu saat Atta sudah  tidak terlihat oleh netranya. Matanya mengeluarkan air mata.

"Maafin aku cis. Aku udah jahat sama kamu. Aku mau ninggalin Atta tapi aku cinta sama dia. Maaf aku gak bisa. Maaf, hiks"ucap perempuan itu sambil terisak.

***
TBC

TOLONG HARGAI PERASAAN AUTHOR YANG CAPEK NULIS DAN CARI IDE. EH...KALIAN MALAH JADI PEMBACA GELAP, ALIAS BACA TAPI GAK VOTE.

Rabu, 3 juni 2020
Tertanda, Gabb

pernikahan tanpa cinta [Atta Ricis]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang