Part 2 [Motor Sport]

46 8 2
                                    

Heiyyy I'm come back with the new story. Maaf banget buat kalian yang ngerasa aku PHPin karena nggak lanjut up BBF, ZALAIVA-SHEAN dan TCV. Maaf karena aku lagi kena WB.
Tapi aku datang bawa Pekat yang bakalan nemenin kalian setiap hari.

Enjoy it!

Happy reading!
.
.
.
.
.
.

Rinai menggigit ballpoint miliknya dengan gusar. Lima menit lagi, pengumuman pemenang lomba menulis novel tingkat nasional diumumkan secara online melalui website lomba.

"Duh gue dugun-dugun banget, Ray." Rinai meremas kuat pundak Rain membuat si empunya meringis.

"Kalo Lo nggak jauhin tangan Lo dari pundak gue sekarang, gue pergi nongkrong." ancam Rain membuat Rinai langsung melepasnya.

Sebagai gantinya, Rinai malah menggigiti bantal milik Rain, karena sekarang mereka sedang berada di dalam kamar milik Rain sambil menatap layar laptop gusar.

Ting!

"Ah, itu!"

Mata Rinai langsung menjelajah mencari namanya, "Ih, kok nama gue nggak ada!"

Rain merengkuh tubuh Rinai yang tak bisa diam, ia mencari nama adik kembarnya dengan seksama.

"Aduh Ray sakit! MAMA PAPA RAY JITAKIN KEPALA RINAI KERAS! SAKIT!"

Rain hanya mendengus sambil menutup telinganya yang bisa kapan saja tuli ketika mendengar teriakan maut Rinai yang melebihi toa masjid.

"Lo pake nama pena dudul. Di sini, ini nama Lo. Lo juara dua, nih. Rintik Rindu Itukan nama pena Lo, sekaligus nama akun Wattpad Lo? Mau sampai kapanpun Lo cari nama Rinai Hujan kagak bakalan ada di sini, bege."

Rinai langsung melek. Benar, ia juara dua.

Rain menutup kedua telinganya dengan bantal lalu memejamkan mata.
Satu....

Dua....

Ti—

"MAMA PAPA RINAI JUARA DUA. NOVEL RINAI MENANG! HIYAAAAAA RINAI SENENG! YUHUUUU! YES JUARA DUA!"

Rain hanya menatap malas Rinai yang sedang meloncat-loncat di atas ranjangnya persis seperti anak kecil.

Rain meringis melihat tempat tidur kesayangannya itu sudah acak-acakan.

Dan pelakunya malah sudah berlari turun menuju kamar orang tuanya.

Poor you, Rain Abigail.

°•°•°•°•°

Ternyata, kehidupan seorang Langit tak sesempurna yang kalian kira. Langit hanyalah manusia biasa yang tak sempurna, dan kadang salah. Eh?! Malah nyanyi.😂

Langit mendengus ketika suara sang Papa menginterupsi langkahnya.
"Dari mana, kamu?"

"Basecamp."

"Kamu nggak tahu aturan, ya? Ada gitu sekolahan yang mulangin muridnya jam satu malam?"

Lagi-lagi Langit mendengus tak suka, "Anda bukan Ayah saya, Anda hanya suami bunda saya."

Rio—Papa tiri Langit—geram mendengar penuturan anak dari istrinya.

Langit hanya mengangkat bahunya acuh, lalu kembali mengayunkan kakinya menuju kamar.

Sesampainya di kamar, Langit membuang tasnya sembarangan, lalu membanting tubuhnya di atas ranjang empuk kesayangannya tanpa berniat untuk mandi ataupun sekedar ganti baju.

PEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang