Part 6 [Lo Suka Sama Gue?]

49 9 0
                                        

WARNING!!

PART AGAK PANJANG DARI PART-PART SEBELUMNYA!

Welcome back!
Vote, Comment, and Share!

Enjoy it!

Happy reading!
.
.
.
.
.
Rupanya, Rinai sedang berada dalam mode gabutnya. Hari ini adalah hari Minggu, dan level kegabutannya berada pada puncak tertinggi. Yang Rinai lakukan hanyalah tidur tengkurap sambil mengerjakan tugas yang seharusnya sekelompok dengan Langit.

Suara pintu diketuk terdengar. "Ada apa, Ma?"

"Dek, ada teman kamu di bawah. Cepet turun, ya?"

Rinai sibuk menebak-nebak siapa yang bertamu di rumahnya. "Iya, Ma."

"Phi Rin!"

"Phi Earth? Nong Prilda?"

"Hai, kita ganggu nggak, nih?"

"Enggak, kok. Kebetulan aku lagi gabut banget gaada temen."

°•°•°•°•°

Bulan memperhatikan Rinai yang terlihat seperti mayat hidup dengan seksama.

"Gue perhatiin, Lo kok kaya manekin berjalan."

Rain hanya menoleh lesu ke arah Bulan. "Nggak tahu cuma perasaan gue atau apa, tapi Langit jauhin gue."

Bulan menghela napas pelan, "Gue kan udah bilang, resiko suka sama Langit ya gitu."

Brakk!

Refleks, Rinai dan Bulan menoleh ke arah Dav yang menjatuhkan bukunya. Dav berjalan ke arah mereka, "Sejak kapan?"

Rinai tampak menghitung. "Empat tahun, atau mungkin lebih?" sahut Rinai lirih dengan nada tak yakin di akhir kalimatnya.

Dav menghela napas, terjawab sudah pertanyaannya tentang perhatian-perhatian yang selama ini Rinai berikan untuk Langit.

Bulan menatap tajam Dav yang hanya diam mematung. "Lo nggak bakal bilangin, kan?

Dav menggeleng, "Gue dukung Lo, Rin. Gue bakal maju kalau dia berani nyakitin Lo."

°•°•°•°•°

"Rinai, GAWAT!!!"

Tak hanya Rinai, seisi kelas XI IPA 2 menoleh ke arah Mega yang membuka pintu kelas dengan keras.
Rinai dan Bulan berjalan panik ke arah Mega. "Ada apa, kak?"

Mega tampak mengatur napasnya yang memburu, "Ray berantem sama Langit di taman belakang!"

Tanpa ba-bi-bu lagi, Rinai menarik Bulan dan Mega menuju taman belakang.

Benar saja, di sana Rain dan Langit sedang berbaku hantam di tengah kerumunan siswa-siswi SMA Radhavat.

"BANG RAY UDAH, BANG!" Rinai memeluk tubuh Rain yang hendak memukul Langit lagi.

Mega meraih pundak Rain dengan lembut, "Lo urusin Langit aja, biar Ray sama gue."

Rinai mengangguk, menghampiri Langit yang masih tersungkur di tanah sambil mengusap darah di sudut bibirnya.

Rinai memapah Langit menuju UKS. "Gue minta maaf atas nama Ray."

Langit hanya diam menatap Rinai yang mengobati lukanya dengan lembut dan telaten.

"Lang, Lo pasti badmood banget ya? Sampai cuekin gue segitunya?"

Langit hanya diam memandang Rinai yang sedang mengobati luka di sudut bibirnya.

PEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang