Welcome back!
Vote, Comment, and Share!Enjoy it!
Happy reading!
.
.
.
.
.
.Rinai berjalan terburu-buru sambil membawa tumpukan buku tebal yang sedikit menutupi pandangannya membuatnya sedikit kesusahan.
Bruk!
"Aduh!"
Rinai langsung terburu-buru mengumpulkan buku-buku tebal itu dibantu oleh sepasang tangan besar seseorang.
"Lain kali, hati-hati. Sini gue bantu."
Rinai mengerjapkan matanya, "Kak Earth?"
"Iya, ini gue. Ini buku mau dibawa ke mana?"
"Oh, perpustakaan."
Earth mengambil alih semua buku-buku itu, "Yuk gue bantu."
"Eh, masa aku nggak bawa satupun." lrotes Rinai merasa tidak enak.
"Nggak papa, temenin gue aja." Rinai mengangguk. Toh, Earth juga kelihatan tak keberatan membantunya.
"Ngomong-ngomong, gue agak aneh dipanggil kak. Gue nggak biasa." celetuk Earth.
Rinai nampak berpikir, "Gimana kalau aku panggil Phi?"
Earth mengerutkan keningnya bingung, "Kok?"
"Hehe, aku suka sama drama Thailand."
"Biasanya cewek lebih suka Drakor." sahut Earth
Rinai menggeleng, "Aku malah nggak suka. Lebih suka drama Thai, konfliknya mendalam banget. Nggak kayak sinetron ecek-ecek."
Earth manggut-manggut saja, "Oh, Adek gue juga suka."
"Wah, beneran? Jadi pengin ketemu." sahut Rinai antusias.
"Kapan-kapan gue ajak main ke rumah."
Rinai membantu Earth menata buku itu pada rak, "Thanks ya Phi, udah mau bantu."
Earth mengangguk, "Gue suka dipanggil Phi sama Lo." ujar Earth jujur.
"Dari dulu aku tuh pengin punya sosok yang mau kupanggil Phi."
"Lo boleh panggil gue kapan aja. Btw, minta id Line dong biar bisa kabar-kabaran kalau mau ketemu Adek gue."
Rinai mengangguk, lalu mengetikkan id Linenya di ponsel canggih milik Earth.
"Duluan ya, Phi." Rinai melambaikan tangannya lalu berjalan menuju kelasnya.
"Manis, kelakuannya natural dan nggak dibuat-buat." gumam Earth sambil menyunggingkan senyum kecilnya.
°•°•°•°•°
"Rin?"
Rinai mengerjap tak percaya.
Seorang Langit memanggilnya lebih dulu?
Apa dunia sudah hampir berakhir?
"Rin?"
"Ah-eh, ya?" Rinai gelagapan saat Langit melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Kata Rain, Lo mau ke tempatnya kak Lintas?"
"Oh, iya. Mau ngasih draft buat diedit."
Langit ber-oh ria, "Gue juga."
Rinai menampilkan wajah setolol mungkin, "Hah?"
Langit hanya geleng-geleng kepala karena Rinai tidak fokus, "Gue juga mau ke tempatnya kak Lintas."
Rinai mengangguk paham, "Oh. Mau bahas balapan, ya?" tanya Rinai yang diangguki oleh Langit.

KAMU SEDANG MEMBACA
PEKAT
Fiksyen RemajaJadwal update bakal menyusul. Harus follow akun ini biar bisa baca semua karyaku dengan part yang lengkap. Juga harus Follow akun Instagram aku di @daystar_69 ____________________________ Kisah tentang Sang Hujan dengan Sang Langit, dengan Sang Bumi...