EPISODE 1

19 2 0
                                    

Waktu pun sudah menunjukkan pukul 4:32 pagi. Sudah saatnya bagi Alina, untuk pulang dari club malam tempat ia bekerja.

"Alina, aku duluan ya!?" pamit salah satu teman kerja wanitanya dari kejauhan.

"Hati-hati sayang!" balas Alina yang sejak tadi hanya duduk di salah satu kursi bartender.

"Sabyan, segelas lagi dong, hehe ..." pinta Alina sambil menyodorkan gelasnya.

"Kau sudah terlihat mabuk sayang, pulanglah." ucapan nasehat dari Sabyan yang bekerja sebagai Bartender.

"Tenanglah, aku akan baik-baik saja. Lagi pula jika tak mabuk, aku takkan bisa tidur saat pulang nanti." ucap manja Alina dengan wajah yang cemberut.

"Huuuh ... seperti biasanya, kau selalu saja seperti itu." Sambil menyiramkan minuman ke gelas Alina.

"Hehe ... sipirti biisinyi, kii silili siji sipirti iti." ucap Alina yang menirukan perkataan Sabyan dengan cara mengejek.

"Haha ... cepatlah, aku juga ingin pulang. Pacarku akan menjemputku sebentar lagi." kata Sabyan.

"Hilih, bicit." balas Alina yang masih mengejek.

Waktu pun semakin berputar, hingga menunjukkan pukul 5:22. Tibalah saatnya, untuk club tersebut harus benar-benar tutup. Perlahan, Alina dan para wanita penghibur yang tersisa, keluar dari club tersebut untuk pulang kerumah masing-masing.

Alina dan mereka saling berpamitan satu sama lain dengan cara berpelukan. Dan pada akhirnya, para wanita itu pun pergi dengan kekasih mereka begitu saja, dan meninggalkan Alina yang kini harus berjalan kaki sendirian. Alina tidak memiliki kekasih seperti teman-temannya.

Bukannya Alina tidak menarik, melainkan ia tidak mau menjadi lebih hancur lagi. Sudah cukuplah baginya, untuk menjadi sebagai wanita penghibur. Alina tidak mau berbuat lebih jauh lagi. Alina hanya mau mengejar uang, bukan cinta yang berdasarkan hawa nafsu. Lagi pula, Alina suka untuk berjalan kaki.

Rumahnya cukup dekat dengan club tempat ia bekerja. Beruntunglah bagi Alina, karena bisa menempuh rumahnya dengan hanya berjalan kaki. Sesekali, Alina bersenandung untuk menghibur dirinya selama perjalanan pulang.

Terlihat, kesunyian masih menunjukkan hak di sepanjang kota. Hanya lampu-lampu jalanlah yang damai menemani langkah Alina, si gadis yatim piatu tanpa pasangan hidup.

Gerimis pun, perlahan turun untuk menunggu fajar yang akan tiba sebentar lagi.

"Ya ampun, hujan lagi." ujar Alina sambil melindungi kepalanya menggunakan tas kecilnya.

Perlahan, terdengarlah suara sirine dari empat mobil Polisi yang melaju cepat dari kejauhan!

"NIU NIU NIU NIU NIU!" melaju cepat seperti sedang terburu-terburu.

Alina hanya berjalan, tanpa melirik mobil-mobil Polisi yang tengah beradu kecepatan itu. Tiba-tiba, mobil-mobil itu mendadak berhenti dengan bunyi rem yang begitu menusuk di telinga Alina. Alina pun kaget dan menoleh ke arah mereka!

"Apa yang terjadi?" gumam Alina dalam hati.

Seketika, ke empat mobil itu mundur dengan cepat menuju trotoar yang di lalui Alina. Alina semakin bingung dan ketakutan menerima keadaan tersebut. Hal itu membuat Alina perlahan mundur, untuk menjaga jarak diantara mobil-mobil Polisi yang tengah mendekatinya.

Perlahan, dua Polisi pun turun dari mobil dan berjalan menuju Alina. Alina hanya terdiam sambil menatap mereka yang sedang datang padanya. Alina terbujur kaku karena ketakutan. Dia belum pernah berurusan dengan Polisi selama hidupnya.

"Selamat pagi, nyonya?" tegur salah satu polisi.

"S ... elamat pagi, pak. Ada apa ini?" tanya Alina dengan nada yang canggung.

"Apakah kau berasal dari sekitar sini, nyonya?" tanya Polisi yang tadi.

"Iya pak. Aku baru saja pulang dari pekerjaanku. Dan sekarang, aku sedang menuju untuk pulang." kata Alina untuk menjelaskan semuanya.

"Tenanglah, kami hanya ingin bertanya." ucap Polisi itu, sambil merogoh sakunya untuk mengeluarkan sesuatu.

"Apa kau pernah melihat orang ini?" Sambil menunjukkan sebuah poster buronan.

Alina pun menatap lama poster itu untuk mencernanya. Akan tetapi, Alina tidak mengetahui siapa orang tersebut.

"Tidak pak, aku belum pernah melihatnya." jawab Alina yang perlahan memalingkan wajahnya dari poster tersebut, dan kembali menatap Polisi.

"Apa kau tadi melihat, ada orang yang tengah berjalan di sekitar sini? tanya polisi kembali.

"Tidak pak. Sejak tadi, aku tidak melihat siapapun." jawab Alina.

"Baiklah, Terima kasih atas waktunya.
Simpanlah poster ini untuk berjaga-jaga, jika kau melihatnya. Dan jangan lupa, hubungi kami." ucap Polisi sambil memberikan secarik kertas yang bertuliskan nomor pribadi.

Alina memegang dan menatap kertas tersebut dengan kebingungan.

"Kenapa dia memberikan nomor pribadi, ketimbang nomor kantor Polisi?" gumam batin Alina, yang perlahan kembali menatap Polisi tersebut.

Seketika, Polisi tersebut memainkan sebelah matanya, dan kembali untuk menuju ke dalam mobil.

"Eh?" Alina yang kaget dengan tingkah Polisi tersebut.

Sirine dari mobil-mobil itu pun, kembali berbunyi dan seketika, para Polisi menancap gas untuk pergi.

"Huuh ... kota ini semakin menakutkan saja." ujar Alina yang kembali melakukan perjalanan untuk pulang.

-BERSAMBUNG-

PENJAHATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang