EPISODE 4

21 1 2
                                    

Alina, yang masih berada dalam posisi mengangkat tangan sambil menekuk dua lutut, seketika menoleh ke kesana-kemari demi mencari asal suara tangisan tersebut.

"Oeek ... oeeek ... oeek!"

"Dari mana asal suara bayi itu?"

"Hei?" tegur si buronan yang masih saja menodongkan senjata ke arah Alina.

"Hei?" tegur si buronan yang masih saja menodongkan senjata ke arah Alina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alina hanya terdiam sambil kembali memandangnya.

"Apa kau dengar itu? Kini, kau sudah mengerti bukan?" tanya buronan.

"A ... apa m ... maksudmu?" tanya balik Alina dengan terbata-terbata.

"Itulah alasanku hingga masuk ke rumahmu. Aku sedang membawa bayi. Dua bayi." ungkap si buronan.

"Du .. dua?" Alina yang kaget mendengarnya.

"Ku mohon padamu. Aku hanya ingin bersembunyi sebentar. Jika kau mau, aku akan membayarmu. Sebagai gantinya, kau hanya perlu menutup mulutmu." jelas si buronan yang lalu menurunkan todongannya.

Seketika, iman Alina menjadi goyah.

"Membayar?

Apakah aku harus menerimanya?

Bagaimana jika dia membunuhku?"

Dan siapa bayi-bayi itu?"

Alina memikirkan hal itu cukup lama.

"Kau setuju?" tawar si buronan sambil merogoh sakunya.

"Berap ... maksudku, siapa bayi-bayi itu?" tanya Alina.

"Berdirilah." perintah si buronan.

Alina hanya mengikuti perintah buronan begitu saja. Seketika, si buronan pun melemparkan uang yang berjumlah 10 juta, dalam keadaan yang masih terikat rapih ke arah Alina.

Alina yang menangkap uang itu, hanya mampu terdiam sembari menatap si buronan. Potongan-potongan Kertas, yang selalu di perebutkan umat manusia demi kehidupan, di dapatkannya dengan cara hanya menutup mulut saja!

"Jika kau setia, aku akan memberikan lebih dari ini." rayu si buronan sambil merogoh sakunya kembali.

Ya, si buronan kembali melemparkan 10 juta lagi pada Alina. Ia tak segan-segan membayar berapa pun, demi mengunci bibir Alina yang belum juga berucap sejak tadi.

"Aku akan melihat mereka sebentar. Jadi, ku mohon mengertilah." harap si buronan yang lalu berjalan keluar dari kamar.

"B ... aik." balas canggung Alina yang perlahan menatap uang-uang itu di tangannya.

"Apa yang harus ku lakukan?

Uang-uang ini datang saja padaku, tanpa harus menjual tubuh.

Bahkan, ini lebih dari cukup.

Tapi ... uh ..."

Alina hanya termenung, memikirkan jalan yang diambilnya sekarang. Ia bingung di antara dua dosa yang harus di pilihnya. Apakah ia harus setia, kepada si pembunuh yang akan memberinya imbalan, atau diam-diam menelepon polisi, dan kembali menjadi wanita penghibur.

PENJAHATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang