EPISODE 2

19 1 0
                                    

Tibalah, Alina di depan rumahnya. Perlahan, Alina mendekat ke depan pintu sambil merogoh kunci dari tasnya.

"KLIK." pintu pun terbuka. Alina pun masuk dan tak lupa mengunci kembali pintunya.

"Uuh ... lapar." ujar Alina sambil melempar tasnya begitu saja ke arah sofa.

Alina pun pergi menuju dapur untuk memasak sesuatu. Perlahan dan sabar dalam memasak, makanan pun siap untuk di santap.

"Hoaaaams ... setelah ini, aku harus tidur." Sambil berjalan membawa makananya ke ruangan lain untuk menonton tv. Tv pun di nyalakan untuk menghiburnya dalam menikmati makanan.

"Akhirnya, polisi berhasil mengungkap kasus kematian Profesor Pedro Maulana yang tewas, empat bulan yang lalu. Kini, pelaku di ketahui sedang bersembunyi di kota West side ..." ucap pembawa berita di tv.

"Huuh ... kenapa harus di kota tempat ku tinggal." keluh Alina sambil menyantap makanannya.

" ... dan sedang dalam pengejaran polisi. Di harapkan bagi para penduduk untuk berhati-hati dan segera melaporkannya. Berikut, kami akan menampilkan foto wajah tersangka.

Wajah tersangka, persis dengan poster yang di berikan Polisi kepada Alina tadi.
Alina hanya sedikit kaget melihat itu, dan kembali menikmati makanannya, sambil lanjut menonton.

"Tak hanya itu, tersangka juga telah di ketahui sebagai biang dari terbunuhnya empat ketua mafia di italia ..."

"Bagaimana caranya dia bisa sampai ke negaraku? Apakah penjagaan di bandara atau pelabuhan sudah longgar?" keluh heran Alina yang masih melihat berita itu di tv.

" ...Tiga ketua kartel di meksiko, 32 anggota yakuza, 21 polisi dan 10 FBI di amerika serikat, 112 tentara somalia ...." ucap pembawa berita yang belum juga berhenti mengatakan rekor muri si tersangka.

Seketika, mata alina terbuka lebar dan perlahan mulai ketakutan. Alina tak percaya, bahwa orang itu bisa berada dan masih bergerak bebas di kotanya.

"Huuuh ... kenapa harus seperti ini? Bagaimana, jika aku bertemu dengannya sewaktu pulang nanti?" tanya Alina pada dirinya sendiri.

"Aku tidak mungkin membunuhmu." suara misterius dari arah belakang Alina.

Karena kaget, Alina pun melepaskan piringnya begitu saja, sembari berdiri sigap agar menoleh ke arah belakang. Alina melihat, ada orang yang tengah berdiri di ruangan dapur.

"Si ... apa kau ... keluar dari rumahku!" bentak Alina sambil menunjuk orang itu.

"Ku mohon, berhentilah untuk ... " terpotong oleh Alina yang melemparkan sebuah remot tv ke arahnya.

"Keluar kau! Keluar! Maling! Maling!" teriak Alina sambil berlari ke arah pintu keluar. Akan tetapi, di saat Alina menarik gagang pintunya, pintu tersebut tidak terbuka karena terkunci. Alina lupa akan hal itu.

"Hi.. hi!" seru Alina yang berusaha menarik-narik pintu agar terbuka.

Betapa bodohnya Alina, di saat dirinya merasa panik. Pikiran Alina sudah kacau akibat ketakutan. Dia sudah lupa, dimana kuncinya berada.

Perlahan, orang itu berjalan ke arah Alina sambil menggenggam sebuah pistol. Alina yang melihat itu, semakin terintimidasi oleh ketakutannya sendiri.

"Hei, tenanglah!" bentak orang itu.

"Tolong! Tolong!" sambil menarik, menggedor-gedor dan menendang pintunya sendiri.

Orang itu semakin dekat, hingga wajahnya pun semakin jelas di mata Alina. Seketika itu pula, kepala Alina menjadi pusing, karena wajah orang tersebut, mirip dengan penjahat yang sedang viral. Alina pun, pingsan.

☆☆☆☆☆

Setengah jam kemudian,

"Eerrh ... " lirih Alina yang perlahan membuka mata.

Alina langsung bangun dengan cepat. Ia masih mengingat kejadian tadi. Akan tetapi, Alina terbangun di atas ranjang. Ia pun beranjak dari ranjang dan mendekati meja yang tak jauh darinya, untuk membuka laci-laci demi mencari alat tajam.

Hanya pensil alislah yang terlihat paling tajam dari benda-benda lainnya. Alina pun memegang pensil itu dan mengendap-mengendap ke arah pintu kamarnya, untuk mengintip keluar. Rasa was-wasnya akan buronan tadi, membuat Alina gemetar saat memegang pensil.

Tak ada siapapun, saat Alina mengintip ke ruangan lain. Alina ingin sekali menuju dapur untuk mengambil pisau. Akan tetapi, ia takut.

"Huuuh ... huuh .... " nafas Alina yang tak beraturan.

"Hei?" tegur suara si buronan yang lagi-lagi, berasal dari arah belakang.

"Aaaaa!" jeritan Alina yang langsung membalikkan badannya, agar menusuk buronan itu dengan pensil.

Namun, buronan itu menghindar cepat sambil memundurkan langkahnya, agar menjaga jarak dari Alina.

"Buronan! Buronan!" teriak Alina sambil berlari ke arah dapur untuk mencari pisau.

-BERSAMBUNG-

PENJAHATKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang