1.1 | Riskest

1.7K 249 8
                                    

"kamu sama Kak Taeyong masuk duluan aja, nanti aku bantu bawa barang-barang sama Jaemin" titah Jaehyun dengan tegas, dibalas anggukan mantap dari Areum.

Taeyong memang memaksa ingin pulang dari rumah sakit setelah perawatan selama sepuluh hari, tidak lebih, karena katanya ia tidak suka. Taeyong tidak suka melihat Areum kesusahan mencari posisi tidur yang nyaman, Taeyong juga tidak suka Areum repot mengurus kebutuhannya di rumah sakit. Intinya, semuanya tentang istrinya.

"Ah....akhirnya, yang ditunggu-tunggu pulang juga" ucap Minho sontak setelah Taeyong dan Areum baru beberapa langkah masuk ke rumah megah itu.

"Annyeonghaseyo, Ayah Lee" Areum mendadak langsung menunduk hormat, begitu juga Taeyong. Setidaknya, mereka cukup sadar siapa mereka disini, tidak lebih dari sekedar debu yang hampir dicampakkan setiap saat.

Taemin ikut berdiri dari sofa, "Areum-sshi, kau boleh pergi ke kamar Taeyong duluan. Kami ada urusan dengan suamimu ini"

Areum mengernyit heran, "Taemin Oppa, masalah Kak Taeyong masalahku juga. Jadi, aku mau disini"

Greb!

Areum menoleh pada Taeyong yang tiba-tiba saja menggenggam tangannya, kepala lelaki itu menggeleng, kemudian mengisyaratkan untuk mengikuti instruksi Taemin tadi. "Kak..." Taeyong mengangguk saat paham jika Areum akan mengelak, mencoba bilang bahwa ia akan baik-baik saja.

Areum akhirnya menurut, karena semenjak Areum menjalin hubungan dengan Taeyong, begitu sulit baginya untuk membantah perintah Taeyong. Sekalipun itu bertentangan dengan keinginannya, karena Taeyong adalah pria yang spesial. Kini, pria spesial itu sudah berganti menjadi seorang pendamping hidupnya.

Areum berjalan perlahan mengikuti salah satu maid yang menunjukkan jalan dimana kamar Taeyong berada. Sesekali Areum masih menoleh pada Taeyong, tidak disangka saat Taeyong juga masih menatapnya dengan tajam, terus berusaha meyakinkan bahwa hari ini ia tidak akan kembali masuk rumah sakit.

Plak!

Taeyong limbung kala tamparan keras itu tepat mengenai pipinya, biasanya ia tidak begini, tapi ia mengerti jika kakinya tidak lagi bisa terus menahan beban tubuhnya. Apa karena ia tidak pulang selama sepuluh hari ia harus kembali mendapatkan pernyataan yang bahkan tak pernah ia lakukan?

"Mobil di luar itu, dipesan atas nama dirimu, sudah dibayar lunas. Taeil juga bilang kamu jual semua saham kamu buat beli mobil, memangnya sudah tidak punya uang? Atau kau mau menjatuhkan pamor keluargamu? Kau ini maunya apasih?!"

Prang!

Taeyong menunduk, menambah aliran darah di dahinya. Minho habis melemparkan sebuah vas bunga ke kepala Taeyong hingga pecahannya hancur, dan bunga-bunga yang menghiasinya berceceran dimana-mana. Minho mengatur nafasnya sebentar, rasanya amarah sudah sepenuhnya mengusai.

"Bisanya cuman bisa menyusahkan, kalo kamu saya buang dari keluarga ini kamu juga cuman tinggal seperti orang miskin di luar sana. Areum tidak akan mau menikah dengan gembel seperti itu, sekarang apa bedanya kau dengan pengangguran? Kau lebih menyusahkan!"

Bugh!

Bugh!

Minho menendang tubuh Taeyong kasar, sudah tidak bisa lagi menahan kemarahannya, "ini karena aku tidak mau namaku jelek di mata keluarga Areum, maka aku masih menerimamu disini. Tapi jangan harap Areum akan selamanya setia pada orang sepertimu"

Taeyong menunduk, hanya berkutat pada sunyi yang memeluknya. Laki-laki itu merasa tidak lagi punya alibi yang tepat untuk melawan ayah atau kakaknya, karena apapun yang ia katakan, hanya akan dianggap angin lalu bagi keduanya. Posisinya masih bersimpuh di lantai, membuatnya semakin rendah di mata kakak dan ayahnya sendiri.

Trust || Lee Taeyong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang