Chapter XXI : A Travel to The Past

216 38 32
                                    

Kekagetannya bertambah berkali-kali lipat saat ini
“Nenek Anda?” orang yang dipanggil Araya memandang padanya dan membuat Araya semakin tidak percaya. Ia melihat orang yang sudah tiada ada didepan matanya.

Araya langsung menghampiri Nenek Anda dan memeluknya “Nenek Anda, Araya kangen Nenek” ujar Araya terisak menangis dalam pelukannya Nenek yang disayanginya selain Nenek Hilda.
Nenek Miranda yang kebingungan karena ada seorang remaja yang memeluknya. Saat Miranda membalas pelukan Araya, kemudian ia melihat putaran-putaran rekaman cepat didalam pikirannya.

“Araya? Benarkah kamu Araya? Kenapa kamu ada disini?” tanya Nenek Anda kebingungan dan menatap pada remaja pria cantik didepannya
“Ceritanya sangat panjang, Nek. Ayo kita masuk kedalam, nanti Araya ceritakan” ajak Araya pada Miranda
“Jangan, Araya” ucapnya menghentikan Araya dengan memegang lengannya
“Ikut saja dengan Nenek” ajak Nenek Miranda dan menuntun Araya menuju kereta kudanya yang terparkir dipekarangan rumah Araya.
“Mari kita pulang, Pak Kusir” ucap Miranda
“Baik Nyonya Besar” ujar sang kusir pada majikannya.

===============================

===============================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Picture of Araya Verkhizeun]

Dokvaar biru itu memasuki pelataran halaman Mansion keluarga bangsawan Volksveer yang megah. Nenek Miranda dan Araya segera turun dan bergegas kedalam.

[✓COMPLETE] Araya and The Magical CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang