***
Abil
Gue selalu berharap kalau hari yang akan datang selalu baik-baik aja dan selalu ada kabar baik yang gue terima. Tapi, tadi pagi gue di buat pusing banget karena dapat kabar kalau Abi kecelakaan dan motornya rusak parah. Gue pikir kecelakaannya terjadi sehabis dia pulang dari rumah gue tapi, bukan. Dia pulang bawa mobil gue dan kecelakaan ini, saat dia bawa motor. Motor siapa? Hampir setengah jam gue coba telpon HP teman-temannya Abi tapi, gak ada satu pun yang angkat telpon dari gue.
"Kak, lo santai aja dulu gue yakin dia gak apa-apa."
Zisan mencoba membuat gue tenang tapi, gak bisa. Udah hampir satu jam dan rumah sakit maupun Polisi gak ada yang telpon gue lagi atau sekedar kasih kepastian yang jelas. Sampai beberapa menit kemudian Abi menelpon gue.
"Halo Bil, ini aku."
Rasanya gue pengen nangis terus meluk dia. Ada rasa sesal di diri gue karena minta dia buat pulang terus saat itu.
"Kamu denger aku kan? Aku disini baik-baik aja, cuma sikut, lutut, sama tangan aja yang luka tapi itu juga dikit, dikittt... banget. Kamu jangan khawatir, Mama sama Papa aku udah ada disini."
Kadang saat situasi kayak gini justru rasa bersalah di diri gue jadi semakin besar. Walau gue tahu ini bukan karena gue tapi, gue kesal aja sama diri gue sendiri udah suruh dia pulang.
"Besok aku istirahat dulu, mobil kamu ada di rumah..."
Pengen banget untuk gak nangis tapi emang dasar Abil, sensitifnya kelewatan parah. Cuma begini nangis, mana harus tahan suara isakan.
"Bye, Abil."
Dan saat itu gue udah gak kuat buat tahan suara nangis gue. Zisan aja sampai diam seribu bahasa lihat kakaknya yang cengeng abis. Dia cuma nepuk-nepuk punggung gue dan bilang, "semuanya bakalan baik-baik aja." Dan gue tahu itu tulus tapi, sayangnya perasaan gue makin menjadi dan sedih banget waktu dengar itu.
"Goblok udahan ah, nangisnya."
Gue memukul lengan Zisan yang gedenya udah kayak talas. Ini anak gak bisa banget lihat kakaknya sedih kayak gini. Bisa-bisanya suruh gue berhenti di saat gue lagi sedih-sedihnya kayak gini.
"Bang Abi cuma kecelakaan bukan mati," celetuknya.
"Heh! Lo pikir anak ayam! Mati-mati, meninggal tahu!"
Bodo amat sama keadaan muka yang kayaknya jelek banget pas nangis sambil ngomong begini.
"Ya, yaudah... Mending lo siap-siap jenguk dia ke rumah sakit, gue anter lo."
Tanpa lama-lama gue ambil tas selempang gue dan tarik Zisan ke mobil.
"Gak bisa santai banget," kesalnya sebelum mobil kita melaju di jalan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMMAND [END]
FanfictionKetika Abil memutuskan untuk mengakhiri hubungan nya karena merasa tidak pantas hingga masa lalu Abi yang kembali. Mereka yang berjuang dengan sepenuh hati dan rasa tulus, bisakah berakhir bahagia? Rank #1 taelisa 2020