21: Painful

177 38 6
                                    


***
Abi

Kata orang semakin lo serius sama satu hubungan, maka akan banyak juga rintangan nya. Dan gue merasakan itu juga setelah lamaran empat bulan lalu. Waktu gue sama dia gak ada sama sekali. Abil sibuk banget sama kerjaan nya dan saat dia ada waktu, gue yang gak bisa. Dalam satu minggu itu, cuma dua kali kita ketemu secara langsung dan itu pun masih sibuk dengan kerjaan.

Sekarang aja gue batal ketemu karena mendadak banget harus cari bahan untuk pesanan baju dan gue juga harus cek beberapa perusahaan Papa karena Bang Niel lagi gak di Indonesia. Dia lagi izin liburan ke Jepang walau kenyataan nya bukan liburan tapi, mau ajak pacar nya pulang  ke Indonesia buat tiga bulan ini karena kata nya dia pengen Kak Wika hadir di pernikahan gue nanti.

"Pak, ini ada berkas-"

"Tunggu sebentar ya, saya pusing banget." Sela gue, sebelum si sekertaris menyimpan lagi berkas-berkas yang sedari tadi belum selesai gue periksa. "Simpan aja di situ, nanti saya baca."

"Baik, Pak." Ucap nya, lalu meletakan berkas itu di meja. "Saya permisi."

Gue menghela nafas melihat berkas yang numpuk kayak gini. Bisa-bisa gila gue kalau Bang Niel gak pulang secepat nya. Mau minta bantuan Papa tapi, udah pensiun dan kata nya gak mau lagi ikut campur urusan kantor kalau gak penting-penting banget.

"Bi, aku tungguin kamu dari tadi," ucap Abil, yang tiba-tiba masuk ke ruangan.

Gue menunjuk semua berkas di meja dan dia cuma menghela nafas melihat nya.

"Semangat ya."

"Kamu udah makan siang?" Tanya gue, dia menggeleng sambil mendudukkan diri nya di sofa. "Kalau gitu, kita makan di kafeteria bawah." Ajak gue, sambil bangkit dan menggandeng tangan nya.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Abil.

"Kamu aja yang pilih, aku makan semuanya kok."

"Kacian banget pacar aku," Ucap gue dengan nada yang di buat-buat seperti anak kecil.

"Nyari duit susah banget," keluh gue.

"Maka nya jangan buang-buang duit apa lagi cuma buat baju," sindir Abil.

Dia tahu betul kalau gue bisa mengeluarkan banyak uang untuk baju-baju gue yang sebenarnya cuma di pajang di lemari karena yang gue pake selalu itu-itu aja.

"Kamu beli minuman nya gih, aku pesen makanan dulu." Ucap Abil.

Kita berpisah untuk melakukan tugas masing-masing, kembali dengan makanan dan minuman di tangan masing-masing.

"Duduk di sana aja yuk," Ajak nya dan gue cuma nurut aja.

"Minum dulu biar lambung kamu gak kaget." Ucap nya.

Lagi-lagi gue nurut banget sama ucapan nya karena memang betul. Kebetulan tadi pagi gue gak sempat makan dan cuma minum teh buatan Mama.

"Aku udah siapin tempat buat resepsi sama akad nanti," ucap nya sambil menunjuk kan foto nya.

"Luas banget, berarti kita tinggal ukur baju aja?"

"Iya. Kira-kira kapan kamu gak sibuk?" Tanya Abil, dengan mulut penuh.

Gue menyeka sedikit bumbu di sudut bibir nya dengan ibu jari gue. "Aku bakalan luangin waktu kok, kamu bisa nya kapan?" Tanya gue.

"Minggu depan kayak nya aku gak sibuk.

DEMMAND [END]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang