***
Abil
Hari ini ada acara kelulusan bagi kakak senior di sekolah gue. Awalnya gue gak berniat buat masuk tapi, ada seseorang yang harus gue temui. Dia kakak kelas gue saat masih di SMP, dulu kita dekat tapi semenjak masuk SMA jadi jarang ketemu dan kebetulan banget gue pindah ke sekolah yang sama dengan dia.
"Selamat ya," ucap gue sambil memeluknya.
"Makasih."
"Curang lo, masa lulus duluan."
"Lo yang kelamaan. Eh, hari minggu kemarin gue denger cowok lo sama anak-anak sekolahnya ngadain pesta kelulusan mereka, lo ikut?" Gue menggeleng karena gue gak tahu apapun dan buat apa juga gue tahu, "gue kira ikut."
"Kenapa?" Tanya gue karena dia memasang wajah kecewa begitu gue menggelengkan kepala.
"Gue mau buat juga, tapi gue bingung soal biayanya. Gue harus siapin dulu jadi gue butuh patokan buat itu, tadinya gue mau nanya lo siapa tahu aja pacar lo cerita."
"Sorry tapi gue gak tahu."
"Rana!"
Kita memutar bola mata malas begitu mendengar teriakan yang udah bosan banget gue dengar semenjak pindah sekolah. Siapa lagi kalau bukan Teyo, sang pangeran impian Rana. Cewek di hadapan gue yang bernama lengkap Arana Larastia ini adalah perempuan tangguh yang mau-maunya di suruh nunggu sama si Teyo. Kalau dari tampang sih, cakep gak malu-maluin tapi, mentang-mentang cakep jadi seenaknya nyuruh cewek secakep Rana nunggu.
"Kenapa?"
"Katanya lo mau adain pesta?"
"Iya, kenapa?"
"Gue boleh bantu?"
"Apa sih, yang nggak buat kamu," ejek gue karena bentar lagi mereka pasti asik berdua dan lupa kalau gue ada disini.
"Loh? Ada Abil. Kamu dari kapan disini?"
"Seribu tahun yang lalu Mas Teyo yang ganteng."
"Gue orang Bandung ya, masa di panggil Mas."
Gue memutar bola mata malas, gak bisa banget ini orang gue ajak bercanda.
"Kalau gitu Abil, pergi dulu A Asep."
"Kok Asep?"
"Kan orang sunda, jadi itu yang cocok." Ucap gue dan berlalu pergi, malas kalau harus berdebat cuma gara-gara nama panggilan doang.
"Abil!"
Gue menengok begitu seseorang memanggil nama gue dan ternyata Kak Ara. Dia kakak kelas gue juga tapi, jangan pikir dia perempuan karena nama panggilannya mencerminkan banget jenis gendernya. Dia ini cowok, namanya Bagaskara tapi karena kepanjangan makanya gue dan Runa selalu panggil dia Ara. Cuma kita sama keluarganya yang manggil dia kayak gitu, katanya.
"Iya, kenapa?" Tanya gue.
"Aku tunggu kamu di ITB ya."
Setiap perkataan yang dia ucap itu, selalu buat gue tersenyum. Entah karena terdengar aneh, atau lucu di telinga gue.
"Aku mau masuk IKJ," timpal gue.
"Kok kesana?" Tanya dia dengan wajah bingung dan gak terima banget sama jawaban gue barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMMAND [END]
Fiksi PenggemarKetika Abil memutuskan untuk mengakhiri hubungan nya karena merasa tidak pantas hingga masa lalu Abi yang kembali. Mereka yang berjuang dengan sepenuh hati dan rasa tulus, bisakah berakhir bahagia? Rank #1 taelisa 2020