***
Abi
Minggu-minggu pertama gue sama Abil gak satu sekolah itu, rasanya aneh. Dan ini adalah minggu ke delapan dia pindah. Gak ada alesan buat gue pergi ke kantin terus beli air mineral buat gue anter ke kelasnya. Sebenarnya agak lebay juga tapi, rasanya kehidupan sekolah gue mati rasa. Gak seru lagi.
"Jangan langsung balik abis ini langsung lapang futsal, lo ikut ya?"
Beruntung gue punya manusia satu ini. Gak kebayang kalau Deas gak ada dan kayaknya gue bakalan berubah jadi si kutu buku yang setiap hari datang ke perpustakaan, walau mungkin niatnya berbeda. Niat mereka belajar, kalau gue nyari tenang aja buat bisa tidur dan gak masuk kelas.
"Gimana nanti takutnya gue ada acara dadakan," jawab gue.
Kebetulan banget bel bunyi gak lama setelah gue ngobrol sebentar sama Deas dan gue pasti langsung cabut buat keluar. Sebenarnya gue buru-buru banget hari ini, karena gue mau ketemu Abil dan jemput dia sekalian ajak dia jalan atau mungkin makan di luar tapi sayangnya rencana gue gagal.
"Abi!"
Suara nenek lampir yang akhir-akhir ini gue sering dengar.
"Gue cabut duluan ya," pamit gue sama anak-anak.
Tanpa peduli sama teriakkan anak-anak, gue langsung lari gitu aja ke parkiran dan bawa motor udah kayak orang gila supaya bisa cepat pergi dari sekitar sekolah.
***
Beruntung banget sekolah Abil baru bubaran. Gak lama gue lihat dia baru keluar dan menghampiri gue. Asem banget mukanya begitu ketemu gue, belum lagi bibirnya yang kayaknya kekunci dan gak ngomong apapun.
"Pulang yuk?" Ajak gue, dia cuma manggut dan naik ke Vespa gue.
"Kamu gak di jemput?" Tanya gue setengah berteriak karena mungkin aja suara gue gak kedengar kalau lagi di jalan.
"Nggak." Jawabnya singkat, padat, dan jelas.
"Gak pulang bareng Zisan?" Tanya gue lagi karena, setahu gue Zisan juga masuk ke sekolah ini.
"Zisan sama pacarnya."
Cuek banget sih, Bil.
Setelah itu, cuma ada suara-suara motor dan mobil yang gue dengar. Dia gak ngomong apapun, bahkan saat kita sampai di rumahnya. Dia cuma lepas helm dan bilang, "Makasih, lain kali jangan bolos bimbel."
Gue menahan pergelangan tangannya sebelum dia benar-benar pergi.
"Sebenernya kita ini kenapa sih?" Tanya gue, karena hampir dua bulan dia dingin banget dan selama dua bulan itu juga gue gak tahu kita kenapa, "aku gak ngerti kenapa kita kayak gini Bil, aku gak bisa benerin semuanya kalau kamu gak ngomong apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMMAND [END]
FanfictionKetika Abil memutuskan untuk mengakhiri hubungan nya karena merasa tidak pantas hingga masa lalu Abi yang kembali. Mereka yang berjuang dengan sepenuh hati dan rasa tulus, bisakah berakhir bahagia? Rank #1 taelisa 2020