Bab 2-Teori Bulan & Pintu

435 77 12
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Sudah seminggu Ashilla mendekam di pesantren yang dikelola oleh sang ayah. Ia cukup bosan, hingga terkadang mengganggu kegiatan belajar mengajar di sana. Bukan hanya satu atau dua orang guru, melainkan sudah ada sembilan korban. Sejak saat itu, Ustaz Rifki dibuat bingung dengan keluhan para guru. Ashilla sungguh biang kerok sejati.

Jannah adalah salah satu korban Ashilla. Untung saja, Ashilla mengacau pada saat jam praktik perkenalan bahasa inggris. Jika sebelumnya mereka semua menggunakan bahasa Inggris, kini, mereka kembali menggunakan bahasa Indonesia. Jannah sedikit khawatir, para siswinya gagal dalam ujian praktik nanti.

"Jadi, kamu suka sama si A tapi si A udah punya yang lain?"

Lihat, Ashilla memulai ajang curhat di kelas bahasa inggris! Sungguh, luar biasa. Jannah hanya bisa bersandar di tembok dekat papan tulis, menunggu Ashilla menyelesaikan 'ajarannya'.

Siswi itu gelagapan. "Teman saya, Kak Shilla!"

Ashilla mengangguk sedangkan Jannah mengusap wajah kasar. Jika Ashilla sudah berkunjung, maka jangan harap kelas akan tenang.

"Bu Jannah guru bahasa inggris, 'kan?'

Jannah mengangguk.

Ashilla menunjuk siswi tersebut menggunakan spidol. "Kamu maju!"

Siswi itu tampak ketakutan.

"Mau maju atau saya yang majuin?" Jannah menghela napas lega. Untung saja Ashilla tidak menggunakan kosakata gaul di kelasnya. Bisa gawat kalau ada anak yang mengikuti tingkah gadis itu, satu saja sudah buat pusing.

Siswi itu maju.

"Ikuti instruksi saya, kamu tulis yang saya ucapkan di papan tulis." Ashilla menyerahkan spidol ke tangan siswi itu, dan menyuruhnya mendekati papan tulis.

"Bulan."

Dia pun menulis 'Bulan'.

"Pintu."

Dia juga menulis 'Pintu'.

Ashilla beralih menatap para siswi yang lain. "Ini saran saya bagi kalian yang mencoba mendekati santri di pesantren. Saya pamit, terima kasih!"

Tidak hanya siswi yang ditunjuk Ashilla yang merasa bingung, yang lainnya pun sama, termasuk Jannah. Sampai ada salah satu anak pintar yang duduk di depan mengartikan maksud Ashilla.

"Bulan bahasa Inggrisnya moon, pintu bahasa Inggrisnya door."

Spidol itu jatuh ke lantai.

"MUNDUR?!"

Jannah segera berlari ke ambang pintu, menoleh ke arah Ashilla pergi dan tersenyum tipis. "Dasar, bocah itu!"

 "Dasar, bocah itu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Klandestin || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang