Bab 4-Olah TKP

375 59 26
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Bangunan yang menjadi saksi bisu kejadian dua hari lalu itu kini tengah dihuni oleh sepasang anak manusia, siapa lagi jika bukan Sagar dan Ashilla. Padahal ruangan itu sudah disterilkan dan digaris kuning oleh pihak kepolisian, namun karena Ashilla yang bebal akan rasa takut dengan enteng ia malah menyalahi aturan.

"Ngapain Ustaz di sini?" Gadis itu tersentak ketika mendapati Sagar berada tepat di belakangnya, mungkin hanya sekitar lima langkah saja.

Sagar menoleh sejenak. "Tumben kamu panggil saya Ustaz."

Ashilla merotasi matanya. "Suka-sukalah!"

Gadis itu maju, berdiri tepat di bawah tempat kejadian perkara. Bahkan Sagar yang penasaran saja tidak berani melewati garis polisi, tapi gadis itu? Benar-benar pembuat onar!

"Ashilla, kamu jangan ke sana!" cegah Sagar, ia tak ingin anak dari gurunya itu terlibat masalah besar.

Ashilla tidak menghiraukan penuturan Sagar. Tangannya bergerak  untuk menutup kilau cahaya dari ventilasi, agar lebih jelas melihat kayu yang menjadi tempat bunuh diri.

"Ini aneh."

"Aneh?"

"Iya. Coba deh, dipikir. Tinggi gadis itu gak sampe dua meter, sedangkan jarak atap sama lantai sekitar lima hingga tujuh meter, kemungkinan."

"Bisa aja dia naik kursi." Sagar membungkuk untuk melewati garis polisi, lalu meraih ujung kemeja Ashilla agar gadis itu segera keluar dari sana.

Ashilla berdecak tak suka. "Lo ganggu konsentrasi gue!"

"Maaf, tapi kamu tidak boleh melewati pembatas." Sagar menunjuk ke arah garis kuning yang terbentang di hadapan mereka.

Ashilla melirik jemari Sagar yang masih betah di ujung kemeja miliknya. "Ekhem! Ceramah aja tentang larangan bukan mahrom, tapi sendirinya keasyikkan pegang-pegang."

Sagar mengikuti arah pandang Ashilla, ia pun segera melepas jarinya. "Astagfirullah! Maaf Ashilla."

Ashilla hanya meresponsnya dengan lirikan mata malas. Lelaki di depannya itu hanya menggangu saja. Sungguh sangat kurang kerjaan sekali.

"Keluar Ashilla. Pihak kepolisian akan mengadakan penyelidikan, bahaya!" Dengan tanpa persetujuan Sagar menarik ujung kerudung yang Ashilla kenakan, persis seperti ia tengah menggeret anak kucing.

"Lo!" Netra Ashilla menatap tajam bak elang yang siap menerkam, ia sangat tersinggung dengan tingkah laku Sagar yang begitu tak manusiawi.

"Maaf Ashilla kita bukan mahrom, tidak baik jika terlibat kontak fisik," cetus Sagar setelah menghempas jauh tangannya.

Gadis muda itu berdecih pelan lantas berujar, "Ya tapi gak gitu juga kali. Lo kira gue ini najis muqoladoh yang haram untuk lo pegang apa?"

Sagar terkekeh pelan. "Najis bisa disucikan dengan air dan tanah, tapi kalau aku memegang perempuan yang bukan mahrom Allah akan menusuk kepalaku dengan pasak besi di akhirat nanti," terangnya yang dihadiahi putaran bola mata malas.

"Ceramah aja terusssss, pengang kuping gue," ketus Ashilla sebal.

"Bukan cer---"

"Berisik!" potong Ashilla cepat dan segera melipir ke arah pojok ruangan, ia melihat sebuah kursi kayu yang sudah sedikit renyot. Meniliknya dengan saksama dan tanpa ragu gadis itu pun menduduki bangku tersebut.

"Kamu yah benar-benar, Ashilla! Bagaimana kalau kursi itu ada sangkut pautnya dengan kejadian gantung diri dua hari lalu. Kamu bisa jadi tersangka nanti," tutur Sagar, kepala lelaki itu menggeleng beberapa kali. Ia tak habis pikir dengan tingkah polah gadis yang berada di depannya.

Klandestin || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang