NAZIA [DUA]

134 67 125
                                    

Tasya Zindianika Putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasya Zindianika Putri

-----


Tasya dan Nanda masih didalam kelas. Jujur saja Nanda tidak berani membuka suara. Takut mengganggu pikiran Tasya dan memancing emosinya.

Dengan hati-hati Nanda mengambil ponsel miliknya yang sedari tadi disimpan diatas meja. Seperti takut membangunkan macan tidur.

Tasya menghela nafas kasar. Membuat Nanda yang sedari tadi bersikap hati-hati terpelonjat kaget. Hampir saja hpnya terjatuh.

Menyadari itu Tasya menatap Nanda malas. "Lo kenapa sih?" ucapnya terdengar belum sesantai biasanya.

"Gapapa." jawab Nanda cepat nyengir terpaksa.

Tasya menatap ke arah lain. Kini Nanda bisa bernapas lega.

"Nanda," suara Tasya kembali mengagetkan Nanda. Kali ini benar-benar kaget sampai hpnya terjatuh ke lantai.

"Lo kenapa sih!" kesal Tasya. Moodnya sudah hancur dan Nanda malah bikin Tasya tambah kesal.

"Gue kaget aja Ca." jawab Nanda kemudian mengambil hpnya. Untung saja layarnya tidak pecah.

"Lebay banget!"

Nanda nyengir. "Lo mau ngomong apa?" ucap Nanda bersikap santai. Meski sejujurnya takut pertanyaan Tasya tidak bisa dia jawab.

"Menurut lo kalau Nazia dan Ricky saling suka gue harus gimana?" tanya Tasya menatap Nanda serius.

"Bisa gak muka lo jangan kayak gitu. Sumpah gue takut liatnya." jawab Nanda ngeri.

"Jawab aja Nanda," kesal Tasya.

"Ya gue gatau. Itu mah cuma hati lo yang bisa jawab." Nanda mencari aman. Takut salah ngomong bisa-bisa masalahnya bakalan bertambah.

"Lagian juga emangnya Ricky tau perasaan lo?" tanya Nanda spontan. Yang saat itu juga mendapatkan tatapan intens dari Tasya.

Benar juga. Selama ini Tasya belum pernah ngomong langsung sama Ricky soal perasaannya. Ricky hanya tau dari orang-orang sekitar karena tingkah Tasya terlihat sangat jelas bahwa dia menyukai Ricky.

Jadi, apa ini salahnya karena dia tidak gerak cepat untuk menunjukkan kalau dia suka sama Ricky? Haruskah Tasya mengungkapkannya sekarang sebelum Nazia dan Ricky terlalu jauh?

Tapi Tasya percaya pada Nazia, dia tidak mungkin akan setega itu mendekati Ricky. Lagipula Nazia tau kan selama ini Tasya menyukai pria bernama Ricky itu.

Lalu dengan pesan itu apa artinya? Mungkinkah Ricky hanya menjadi perantara temannya untuk menanyakan hal itu pada Nazia? Ah iya, sepertinya itu.

Tasya bangkit dari duduknya. Dia percaya pada Nazia, meski masih ada sedikit ragu setidaknya pikiran positif ini mampu membuat hati dan otaknya tenang.

"Mau kemana?" tanya Nanda menatap Tasya.

"Pulang, lo mau nginep di sini?" jawab Tasya. Nanda celingukan, sepertinya sekolah sudah mulai sepi. Yang ada hanya anggota osis dan guru-guru yang sedang membersihkan halaman sekolah bekas acara Graduation tadi.

Nanda ikut berdiri. Mereka berjalan beriringan sambil sesekali bersenandung bersama. Obrolan demi obrolan mengisi keheningan diantara keduanya. Sampai dimana gerbang sekolah memisahkan dua gadis ini.

"Gue duluan, lo hati-hati Nda." Tasya berbalik ke arah kanan, rumah mereka tidak searah. Nanda searah dengan Nazia.

"Bye caca!" teriak Nanda melambaikan tangannya. Lalu berjalan kaki untuk pulang. Rumahnya sangat dekat dengan sekolah. Hanya butuh waktu 5 menit.

Sambil mendengarkan musik lewat aerphonenya Nanda berjalan santai. Membiarkan anak rambut yang tidak ikut terikat tertiup angin.

Tentu Nanda masih memperhatikan jalan. Sesekali bertegur sapa dengan teman sekolahnya jika berpapasan. Nanda terlihat ramah pada semua orang, hanya saja memang kelakuannya sedikit absrud sama seperti Nazia.

Sampai dipertigaan Nanda berhenti. Menunggu lampu merah. Dia mengedarkan pandangannya melihat sekeliling dan tatapannya berhenti pada satu titik.

Kedai ice cream.

Nanda memperjelas penglihatannya. Apa itu Nazia? Tapi siapa pria yang sedang bersamanya? Tunggu. Nanda sedikit familiar dengan orang itu.

Iya, itu Ricky. Apa yang mereka lakukan berdua di kedai ice cream? Kalau Tasya tahu tentang ini bagaimana? Nanda harus bicara pada Nazia soal ini.

"Lo beneran mau ambil dia, Zi?" ucapnya lirih.

Lampu merah menyala. Nanda segera menyebrang. Besok Nazia harus menjelaskan kejadian tadi padanya.

----

Ricky sampai di rumah temannya. Dia sengaja tidak langsung pulang karena memang janjian untuk bermain games dirumah temannya.

Nama dia Rama. Masih satu sekolah cuma beda kelas. Bukan anggota Barbarians juga karena mereka kenal lewat game.

Mobile legend.

Ricky langsung menuju kamar Rama. Rumahnya sering sekali sepi. Orang tua Rama sibuk bekerja, jadi dia dirumah hanya berdua dengan pembantunya.

"Baru pulang lo? Perasaan dari tadi sekolah udah pada bubar." ucap Rama tanpa mengalihkan pandangannya. Masih fokus pada gamenya.

"Ketemu gebetan dulu," jawab Ricky menaikan satu alisnya sambil tersenyum.

Rama menoleh sekilas. "Halah, palingan gebetan lo tante-tante." Rama terkekeh.

"Kata siapa?" Ricky membaringkan tubuhnya. Hari ini lumayan melelahkan, penampilannya tadi menguras energi Ricky.

"Dewi, Sinta, Rini itu apa?"

"Tante-tante,"

"Mereka siapa lo?"

"Mantan gebetan gue."

"Jadi?"

Ricky tersadar.

"Sialan!" umpatnya melempar bantal ke arah Rama. Wajahnya berubah jadi kesal.

Rama tertawa sangat keras. Kali ini berhasil membuat Ricky mengakui bahwa selera dia juga tante-tante.

"Jadi gimana, cewe yang lo maksud Tasya?" ucap Rama setelah tawanya reda.

Ricky menggeleng. Rama menautkan kedua alisnya.

"Nazia," mengucapkan nama itu Ricky tersenyum. Membayangkan wajah cantik Nazia dengan rambut terurainya.

Rama membelalakan matanya. Apa dia tidak salah dengar?

"Nazia temennya Tasya?" ucapnya memastikan. Ricky mengangguk masih tersenyum.

"Lo GILA, KY!!!"

----

Rama Zimsadi Dillo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rama Zimsadi Dillo

Happy reading.

Nazia's Story (Incorrect Relationship)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang