NAZIA [LIMA]

63 23 105
                                    

Ricky Putra Bimawijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ricky Putra Bimawijaya

---

"Hahaha," suara tawa menarik perhatian Nazia. Dengan segera Nazia mengalihkan pandangannya pada kedua gadis yang baru datang itu.

Nanda dan Tasya.

Nanda seperti biasa terlihat biasa saja. Dan Tasya, kelihatannya baik-baik saja tidak ada yang buruk.

Nazia masih menatap mereka sampai mereka berdiri di bangkunya masing-masing.

"Zi,  lo tau gak? Si Nanda gosipin si Sholeh padahal tu anaknya ada di belakang dia." ucap Tasya sambil sesekali tertawa.

"Lo sih kenapa gak ngasih tau gue." jawab Nanda. Merasa malu juga.

"Hahha, untung torek," balas Tasya tertawa dan Nanda ikut tertawa.

Nazia hanya tersenyum canggung.

Sekana sadar Tasya berhenti tertawa menatap Nazia.

"Gue gapapa Zi," ucap Tasya duduk disebelah Nazia sambil tersenyum.

Nanda ikut duduk, posisi mereka menghadap Nanda yang duduk dibekalang mereka.

"Tapi gue bisa jelasin, Ca." ucap Nazia. Dia tidak ingin terus menerus merasa tidak enak. Apalagi canggung seperti sekarang.

Ah, Tasya sama sekali tidak canggung dia biasa saja. Hanya Nazia saja.

"Gak perlu, kalau lo emang mau dia kita bisa saingan secara sehat. Dan gue janji kalau dia milih lo gue gak bakal ganggu hubungan kalian dan tetep jadi sahabat lo." jawaban Tasya terdengar tenang.

Tasya memang yang paling dewasa diantara mereka. Yang paling pengertian dan yang paling waras.

Tidak masalah jika nanti Ricky memilih Nazia. Bagi Tasya yang penting dia sudah mengungkapkan isi hatinya pada Ricky.

Meski nantinya akan sakit hati Tasya tidak ambil pusing, dia tidak boleh egois. Dia juga tidak mau kalau Ricky menerimanya atas dasar kasihan.

Tasya tetap akan menerima Nazia sebagai sahabatnya, dan menerima Ricky sebagai pacar dari sahabatnya.

"Tapi, gue gak suka sama Ricky Ca. Lo bisa dapetin dia." Nazia tidak bisa seperti ini. Kesannya persahabatan mereka sedang dipermainkan oleh cinta.

"Zi,  dengerin gue baik-baik. Bisa aja lo gak suka dia sekarang, tapi nanti hati lo pasti bakal berubah. Ricky bukan tipe orang yang gampang nyerah, dia bakalan ngejar seseorang yang dia mau. Lo gak bakal tau kedepannya gimana, apa hati lo tersentuh atau engga." Tasya tersenyum, menggenggam tangan Nazia.

Nazia mengangguk.

"Tapi, gue udah suka seseorang." perkataan Nazia membuat Tasya dan Nanda menoleh.
"Devan," lanjut Nazia, menatap Tasya dan Nanda bergantian.

Sebenarnya Nazia tidak ingin memberitahu tentang Devan, hanya saja sekarang situasinya berbeda. Dengan terpaksa Nazia mengakui sedang menyukai Devan.

"Beri hati lo waktu buat nentuin siapa yang berhak," jawab Tasya.

Dia tidak bermaksud untuk menantang Nazia soal perasaannya. Tapi Tasya juga ingin Nazia mendapatkan pasangan yang baik untuknya.

"Dikejar atau mengejar." ucap Nanda tiba-tiba yang sedari tadi diam saja.

Nazia dan Tasya menoleh. Menatap Nanda yang menaikturunkan alisnya. Kemudian mereka tertawa bersama.

-----

Cuacanya sangat panas. Hari ini ada pelajaran olahraga. Sungguh, pelajaran yang paling di benci Nazia. Karena dia tidak bisa bermain dalam olahraga apapun.

Nilai olahraganya selalu kecil, Nazia bahkan sudah berusaha keras untuk mendapatkan nilai bagus. Tapi sayang, tubuhnya selalu tidak bisa diajak kompromi.

Bukan karena dia sakit, bukan karena dia alergi cahaya matahari. Tapi dia memang payah dalam berolahraga.

Satu yang pasti, Nazia hanya bisa sedikit dalam bermain badminton, itupun setelahnya akan merasakan sakit di semua sendi tubuhnya.

"Kalau boleh milih antara olahraga dan ngerjain 50 soal matematika, gue lebih milih ngerjain soal matematika." ujar Nazia. Saat ini dia sudah menggenakan baju olahraga. Menunggu Tasya yang masih berganti baju.

Nanda, Nazia dan Tasya sedang berada ditoilet perempuan. Secara bergantian masuk kamar mandi untuk berganti seragam.

"Ya lo enak pinter matematikanya. Kalau gue sih mending tetep olahraga." jawab Nanda.

"Lo enak bisa olahraga gue tetep matematika," ucap Nazia tidak santai.

"Olahraga bikin sehat, matematika udah suntuk, bosenin, bikin otak jadi gila pula," jawab Nanda memutarkan kedua bola matanya.

"Matematika tuh jelas masa depannya, emangnya nanti interview kerja ditanya bagaimana cara memasukan bola kedalam ring?" Nazia kesal menyenderkan tubuhnya pada tembok.

"Olahraga juga penting, kerja bukan cuma diliat dari nilai tapi tinggi badan juga," jawab Nanda melirik pada Nazia, berbicara pelan seakan tidak ingin terdengar oleh Nazia.

Tapi sayang, Nazia mendengarnya dia berdiri tegap menatap sengit Nanda.
Tasya yang keluar dari toilet menatap kedua sahabatnya bergantian.

Sudah dipastikan mereka beradu mulut.

Nanda seakan tidak ingin kalah, membalas tatapan Nazia dan melipatkan kedua tangannya.

"Percuma tinggi tapi blo'on." ucap Nazia memberi penekanan pada setiap katanya.

"Percuma pinter tapi pendek." Nanda menyempitkan kedua matanya.

Tasya yang mendengar itu menatap keduanya datar.

"Mau gue siram?" suaranya terdengar sangat dingin. Nazia dan Nanda yang mendengar itu saling menatap.

Mereka nyengir menatap Tasya yang masih memasang wajah datar.

"Kita baikan, ya kan Zi?" ucap Nanda  tersenyum kaku, menyambar tangan Nazia untuk bersalaman.

Nazia ikut tersenyum "I-iyaa Ca kita baikan," ujarnya mengehentakkan tangannya yang bersalaman dengan Nanda.

Tasya diam lalu berjalan melewati Nanda dan Nazia yang sesekali saling menyalahkan.

"Lo sih!"

"Lo!"

"Lo kampret!"

"Lo kutu beras!"

"Lo kaleng sarden!"

"DIAM!"

Dengan segera Nanda dan Nazia terdiam. Berjalan mensejajarkan dengan langkah Tasya. Nanda disebelah kiri dan Nazia diseblah kanan Tasya, seolah mengerti mereka tidak boleh berdekatan.

------
Happy reading
Typo dimanamana. Belum revisi jadi di maklum yaa

Torek= budeg.

Itu bahasa daerahku. No komen wkwk

Nazia's Story (Incorrect Relationship)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang