[ 13 ] Kamu Yang Gak Masuk, Aku Yang Panik | DIPTA

6 0 0
                                    

"Tapi satu hal yang aku yakini.
Keadaan akan berubah suatu hari nanti.
Karena itu aku terus bertekun dalam doa dan pengharapan hati."

* * *

Pagi ini berjalan seperti biasa.

Sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa gue akan sial kayak waktu itu lagi.

Jangan sampe lah!

Cukup sekali aja gue sialnya, jangan berulang kali.

Gue berjalan santai memasuki kelas.

Kayaknya gue dateng kepagian nih, kelas masih lumayan sepi.

Eh, bukan sepi sih.

Sebenernya udah cukup ramai, tapi karena bebeb tercinta gue, si Kimmy belum datang, jadi gue bilang sepi.

Hehehe...

Jangan komplain.

Kalian tidak merasakan perjuangan tiga tahun gue menjadi bucin kelas akut.

"Tess, gebetan gue belum datang?" Tanya gue pada Tessa, yang sedang bermain handphone.

"Dipta, lo kan bisa lihat kalau kursi disebelah lo kosong. Ya berarti Kimmy belum datang. Telat kali dia." Sewot Tessa.

Perasaan yang biasanya selalu sensi sama gue cuma Kimmy doang deh, kenapa sekarang sensiannya merembet ke Tessa?

Ah, gue tau!

Urusan cewek-cewek nih pasti.

Palingan juga lagi PMS, makanya bawaannya sensian mulu.

"Oke, deh." Gue beranjak meninggalkan kelas.

Karena Kimmy belum datang, lebih baik gue samperin Rio dan Ghandi.

Biasa kalau gak nongkrong di kelas Rio, berarti di kelas Ghandi.

Gue coba ke kelasnya Rio aja deh, lebih dekat.

"Brian, ada si Rio gak?" Tanya gue pada Brian yang sedang bersandar di depan kelas XII IPS A.

"Kayaknya sih ke kelasnya Ghandi."

"Oh, Oke. Thanks." Gue segera berjalan menuju kelas Ghandi.

Tuh kan bener, Rio sama Ghandi pasti lagi ngobrol.

"Tumben lo kesini, biasa datang cuma kalau butuh." Ledek Rio.

"Sialan lo! Gue bukan tipe-tipe friend in need ya." Elak gue.

Rio tertawa kecil.

"So, ada apa dengan bidadari lo itu?" Tanya Ghandi.

"Belum datang." Jawab gue pendek.

"Yah... kacian, bang Dipta ditinggal pergi sama neng Kimmy," Rio sengaja mengimut-imutkan suaranya.

"Jijik, Yo!" Gue bergidik jijik.

"Udah... ditungguin aja neng Kimmy-nya, paling juga terlambat." Ghandi ikut-ikutan meledek gue.

Analogi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang