Bab 13

123 14 14
                                    

Ubah warna background WP-mu ke warna hitam

Happy Reading^^

______

Meski harus sedikit beradu argumen dengan Bella, Evelyn akhirnya bisa membaca buku bersampul putih yang disarankan Edward. Hanya saja, kenapa ibunya itu begitu menghalangi dia membaca? Membaca itu kegiatan yang bagus, bukan? Evelyn menatap sampul dengan tulisan latin yang beberapa katanya tidak dia mengerti, yang jelas beberapa kata pertama judul buku tersebut berbunyi 'Kumpulan Nama Penyakit Medis'.

Di sini Evelyn harus mencari apa itu alergi? Ya, sepertinya begitu, terlebih buku putih yang Edward maksud hanya ada satu, ada pula buku putih lain, tetapi warnanya putih susu bukan putih bersih seperti buku di pangkuan Evelyn saat ini.

"Bau aneh ini lagi." Hidung Evelyn mengendus sekali ke udara. Aroma serupa embun yang pernah Evelyn cium di daun mawar, juga seperti wangi tanah yang enak saat sebelum dan sesudah hujan. Evelyn penasaran, bagaimana tanah yang kotor serta air yang turun dari langit bisa berbau enak seperti itu? Evelyn tidak mengerti, kemudian menggeleng singkat. "Ayah suka saat bau ini tercium."

Pikirannya kembali fokus ke buku, sekarang dia harus mencari arti dari kata alergi di dalam buku yang tebalnya bukan main. Evelyn menggembungkan pipi, ini butuh waktu lama jika dicari perlembar, Evelyn pun belum lancar membaca bila terburu-buru. Keberuntungan sedang memusuhi Evelyn.

Daripada kesal, lebih baik Evelyn segera memulai agar cepat selesai. Tangannya lincah membalik sampul, seketika kening Evelyn berkerut, apa maksud kata-kata dan angka-angka yang disusun tidak benar ini? Dia mendekatkan buku, agak kesulitan karena bobot buku yang lumayan, tetapi tidak masalah, Evelyn terlahir dengan energi yang banyak.

Oke, Evelyn memahami bahwa kata-kata itu di susun secara vertikal dengan urutan abjad dari A sampai Z, lalu ke samping disambung titik-titik dengan angka sebagai akhirnya. Di bagian bawah tengah lembar buku ada angka yang sama seperti angka di urutan kedua, bernomor tiga. Saat Evelyn mengikuti alur titik-titik itu, sampailah di tulisan 'Daftar Isi' dan sepertinya nomor-nomor itu menunjukkan letak tulisan di sisi kiri dari Evelyn. Ah! Gadis itu memekik senang, Evelyn akhirnya mengerti cara mencari alergi dengan cepat!

Baiklah waktunya mencari alergi! Begitu teriak Evelyn hingga Bella yang berada di lantai dua mengeluarkan kepalanya sambil bertanya ada apa. Evelyn betul-betul memiliki suara bak pengeras di taman bermain kota Blackwood, sangat nyaring dan cempreng.

"Ketemu! Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda tertentu yang tidak menimbulkan reaksi di tubuh orang lain." Evelyn berhenti sejenak, tidak ada yang dipahaminya dari kalimat barusan yang dia baca. "Reaksi tersebut dapat muncul dalam bentuk pilek atau flu, ruam merah di kulit, gatal-gatal, dan sesak napas."

Jadi, kalau Panglima Aneh itu makan apa saja asal dicampur dengan sirup jagung, ia akan mengalami seperti yang disebutkan buku? Edward keren sekali bisa menemukan buku yang bisa memprediksi layaknya peramal! Ah, tetapi peramal terkadang menipu, apa buku ini juga menipu Evelyn? Dia harus membuktikannya sendiri. Belum mencoba belum tahu, Evelyn yang sering Edward puji pintar, harus bisa mencari sendiri jawabannya, ya ... meskipun sebelumnya dia meminta petunjuk, tetapi meminta petunjuk berbeda dengan meminta jawaban! Evelyn masih bisa disebut pintar. "Yap, begitu!" seru Evelyn cepat.

Otaknya kembali berproses, semua orang bisa mengalami alergi atau tidak? Bisakah gadis itu mengalami alergi? Seingatnya tidak ada yang membuat dia seperti yang dikatakan buku, oh, kecuali saat Evelyn makan kuaci, tenggorokannya menjadi gatal.

Evelyn mengusap kening, kendati dia memahami inti dari penjelasan di buku, tetap saja itu membuat kepalanya berdenyut dan terasa hangat.

Menyudahi acara baca-bacanya, Evelyn akan tanya Bella saja nanti, tidak baik memaksa tubuh bekerja berlebihan, selalu kalimat itu terucap dari mulut Edward saat putrinya terlalu banyak bergerak atau berpikir.

Dia berdiri menepuk-nepuk rok lalu meletakkan buku itu di teras belakang dekat pintu, kemudian duduk kembali di atas rumput memandang petak-petak bunga mawar Edward.

Andaikan Edward tidak dibawa pergi, pasti sekarang ia tengah bergelut dengan bunga-bunga Semerah darah itu. Menyiramnya menggunakan air dari selang panjang di sana atau sekedar menaburkan tanah berbau kotoran dari karung yang tergeletak di sudut dekat pintu, ataupun berjalan-jalan santai sambil menceritakan sesuatu.

Evelyn mencabut rumput kasar, kenapa ayahnya dibawa seperti itu? Padahal Edward bukan orang jahat seperti di film-film atau ilmuan setengah botak yang mencoba menghancurkan dunia. Ayahnya adalah seorang pria biasa yang menyenangi bunga dan mencium kepala Evelyn, seorang yang tidak malu berlumuran tanah kotor atau tepung.

Ada apa pula dengan matanya saat ini, panas dan berair! Dada Evelyn juga seperti terbakar, pedih, dan seolah kosong---sepi layaknya dia dikurung, padahal kenyataannya Evelyn ada di luar.

Berbarengan dengan hujan turun, runtuh buka air di pelupuk mata. Jeritan bersaing dengan gemuruh di langit, Evelyn mengeluarkan semuanya.

Berteriak seolah pita suaranya tidak akan rusak, menangis sembari mengais-ngais tanah tidak peduli tangannya terluka akibat tergores akar rumput. Saat ini yang diinginkan anak itu hanya satu.

"Ayah!"

Bella yang terkejut mendengar suara Evelyn, langsung melesat menembus hujan deras. Dipeluknya sang anak erat. "Tidak apa-apa, Sayang, tidak apa ...."

Evelyn menarik kuat kuciran rambutnya sampai beberapa helai rambut lepas, tangan lain yang bebas pun tak luput mencakar lengan Bella yang berusaha menahan agar Evelyn tidak melukai dirinya sendiri.

"Sayang, jangan!" Tahan Bella sebelum gigi-gigi susu milik Evelyn mengoyak tangan anak itu. "Ayah pasti pulang ... Evelyn jangan seperti ini, nanti Ayah sedih, ya ...."

Sedikit berhasil, Evelyn sudah tidak lagi berusaha merusak pita suaranya sendiri, luapan emosi yang semula hampir membuat dia melukai tubuhnya mulai mereda, meskipun masih dengan tangisan.

Bella sedikit bernapas lega, telat ia menghampiri Evelyn, mungkin saja anaknya itu telah terbaring dengan mulut berdarah dan urat nadi putus. Salahnya, ia tak boleh meninggalkan Evelyn bermain sendirian atau di luar pengawasan, terlebih dengan Edward tidak ada.

Bella sepenuhnya sadar Evelyn adalah anak yang cerdas, sedikit hiperaktif, dan seorang penyuka apel garis keras. Walaupun begitu, dia tetap anak kecil yang belum mampu mengontrol dirinya sendiri. Sekalipun Evelyn anak yang terbilang kuat untuk ukurannya, dia masihlah anak yang membutuhkan orang tua.

Anak tanpa seorang ayah, ibarat mawar yang kehilangan duri. Rapuh.

Selamat malam dan selamat beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat malam dan selamat beristirahat.

Untuk part ini tidak ada pemecahan teka-teki seperti biasa atau adegan Gore seperti yang dijanjikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, belakangan update mulai mengendur. Evelyn, Edward, Bella, beserta tokoh-tokoh lain, dan saya sendiri tengah berduka atas suatu kejadian yang di luar prediksi kami.

Kondisi terakhir Evelyn sama seperti adegan penutup di atas. Kondisi di mana ledakan emosi di luar kendali disertai tangisan, jeritan, bahkan kekerasan yang dilancarkan pada penderita ataupun orang di sekitar, biasa disebut TANTRUM.

Sering dialami anak-anak bahkan saya sendiri yang notabenenya sudah cukup usia masih mengalami tantrum. Jadi, bila ada yang mendapati kondisi seperti ini harap tidak dibalas dengan kekerasan, baik berupa fisik ataupun lisan, terdengar biasa, tetapi mungkin beberapa tidak sadar luka yang diterima lebih menyakitkan dari tantrum itu sendiri. Terima kasih.

Selamat menikmati!

Papay!

BloodLine (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang