Bab 22

53 15 7
                                    

Ubah warna background WP-mu ke warna hitam

Happy Reading^^

______


Harus bagaimana? Bagaimana! Evelyn menghela napas, mengelus-elus kening yang sedikit terasa panas, dia tak bisa jika belum memenangkan pertempuran. Jika saja tak ada anak jangkung itu, Evelyn pasti sudah berjaya, berdiri di atas tubuh Nicole, lalu menancapkan bendera tepat di bagian lubang telinga.

Dibanding itu, Evelyn harus memikirkan cara mengoperasi boneka untuk mengambil apa yang ada di dalam. Hanya saja, kembali ke titik permasalahan, bagaimana caranya? Berkat Nicole, pandangan Ibu Pengasuh dan beberapa anak yang mungkin saja melihatnya sedikit tercoreng, bila memaksakan meminjam gunting atau pisau ke Ibu Pengasuh akan sulit, bisa saja Evelyn dicurigai akan merobek wajah anak lain. Kalaupun merayu Ibu Pengasuh, rasa-rasanya tidak akan berhasil, wanita itu bukan Bella yang murah hati. Evelyn tahu itu, sangat terlihat dari sorot mata Ibu Pengasuh yang aneh. Entahlah! Evelyn tidak suka wanita itu!

Sepertinya taktik gerilya tidak akan berhasil, bergerak sendirian di rumah sebesar ini akan sangat berisiko. Evelyn memekik, mungkin saja! Jika dia punya teman untuk melanjutkan permainan rasanya akan sedikit mudah! Mengangguk-angguk serius, Evelyn tak sadar menjadi tontonan anak-anak yang sekamar dengan dirinya.

Edward tak akan marah, Evelyn yakin. Teman yang dia maksud itu dikategorikannya sebagai bantuan, sama seperti sebuah alat bantu di permainan lain atau layaknya stik golf dalam olahraga golf. Bisa juga sarung tangan besar yang digunakan dua orang ketika saling memukul di dalam kurungan pagar besi seperti kandang burung. Jadi tak akan masalah.

Memilih rekan tak akan mudah, yang pasti ia harus pintar, kuat, dan yang paling penting tinggi ... itu untuk menyeimbangkan Evelyn yang pendek. Apa yang akan terjadi jika keduanya pendek? Kegagalan! Mungkin pula ritme Evelyn akan lambat.

"Sedang apa?"

Evelyn spontan menengok saat pundaknya ditepuk pelan. Mendapati seorang anak berwajah tirus dan berkulit cokelat dan yang paling membuat Evelyn terkejut adalah gigi anak itu hilang dua! Dalam hati Evelyn menjerit, kenapa bisa dua gigi depannya hilang? Jangan katakan itu karena makanan manis!

"Gigimu hilang!" teriak Evelyn, sudah tak acuh dengan tatapan kesal Nicole yang baru datang.

"Bukan! Giginya tanggal karena sudah waktunya, nanti tumbuh lagi," jelas anak itu, ia tersenyum gemas saat Evelyn memiringkan kepala menatap takjub ke mulutnya. "Kau pun akan mengalaminya." Ia kemudian tertawa keras melihat Evelyn berkaca-kaca lantas menutup mulut dengan kedua tangan.

Siapa pula yang ingin seperti itu! Evelyn tidak rela giginya yang imut dan putih harus hilang begitu saja dari tempatnya berada. "Jangan menakut-nakuti aku!"

Ibu Pengasuh tiba-tiba datang mencium pucuk kepala Evelyn saat anak itu menjerit. Menanyakan apa yang menyebabkan dua anak seumuran itu begitu seru, yang berbaju kuning sedang tertawa karena eskpresi Evelyn yang keterlaluan lucunya ketika merengek sembari menarik-narik rok Ibu Pengasuh, tidak mau giginya hilang seperti anak yang duduk di sampingnya.

"Tidak apa, Nak, nanti tumbuh dengan gigi yang lebih cantik, asalkan rajin gosok gigi, ya." Ibu Pengasuh menjelaskannya dengan bahasa sederhana sebelum Evelyn semakin histeris.

Evelyn termenung, mengusap matanya dengan punggung tangan. "Benar akan tumbuh lagi?"

Kali ini anak yang baru selesai tertawa mengiyakan. Ada-ada saja Evelyn itu, memang tidak ada yang memberitahukan hal tersebut kepadanya?

Denting bel berbunyi nyaring, anak-anak mulai bergegas turun ke bawa termasuk Evelyn diikuti Ibu Pengasuh di belakang. Dia baru tahu setelah bertanya, suara bel itu menandakan waktunya makan siang. Tak buruk juga dibandingkan harus memanggil ke setiap kamar, yang jelas Evelyn berharap ada sup apel dalam menu makan hari ini.

BloodLine (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang