Ubah warna background WP-mu ke warna hitam
Happy Reading^^
______
Yang pertama kali terlihat Joe ialah wajah yang begitu damai. Bibirnya mengukir senyum walau samar, mata sebiru laut itu tenang memperhatikan tetesan cairan infus yang terhubung dengan lengan kiri Joe. Rambut pirang wanita berpakaian putih itu disanggul, tertutupi topi khas para pekerja kesehatan. Tak yakin, apa benar Joe berada di rumah sakit bukan berada area wanita-wanita elegan yang menuntut pendidikan sarjana? Baru pertama kali ia melihat wanita anggun dan begitu menarik di mata Joe.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
Joe tersentak, menggeleng cepat tatkala si perawat manis itu mendekat. Ah! Seumur hidup lelaki itu baru berkesempatan melihat gigi gingsul secantik milik suster ... Mina, nama yang terjahit di pakaiannya.
Pintu terbuka, seorang laki-laki lain masuk, menenteng kantong kertas dan dua botol kopi siap minum. Menempatkan diri di sofa samping ranjang Joe, sesekali ia tersenyum menggoda ke arah pasien yang malu-malu di depan seorang suster.
Serius! Joe berdeham. "Bolehkah infusnya dilepas, saya sudah tak memerlukannya lagi."
Mina menggeleng, membuka lembaran kertas yang dari tadi ia bawa, kemudian mengatakan bahwa perlu persetujuan dokter untuk melepaskannya. Lagi pula kondisi Joe masih belum pada kondisi yang stabil, bisa saja sesak napas Joe kembali begitu sudah jauh dari rumah sakit. Bibir bengkak dan ruam-ruam merah sudah berangsur hilang, tetapi Mina mengkhawatirkan kondisi saluran pernapasan Joe. Agaknya masih memerlukan istirahat satu atau dua hari lagi untuk memastikan bengkak di saluran pernapasan sudah mengempis.
Memang pada dasarnya pria yang keras kepala, Joe meminta dipanggilkan dokter supaya lekas pergi dari sini, ia harus segera menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.
Mau tak mau Mina menuruti permintaan pasien yang tengah memohon, lalu keluar, meninggalkan Joe dengan polisi muda yang tengah memakan santai roti kacang merah.
Barusan ingatannya kala berkunjung ke kediaman Jeffere kembali, Joe sedikit tidak percaya dengan apa yang menimpanya. Makan pai tidak pernah membuat alergi Joe kambuh, mau di mana pun pai yang ia dapat. Bahan untuk membuat makanan manis itu sangat jarang menggunakan sirup jagung, lalu pai apel itu? Baru-baru ini yang mengetahui penyakitnya hanya ... duh! Evelyn yang terakhir mengetahui itu! Kenapa pula ia malah tak sadar tengah menjadi target bocah itu! Joe menyesali menganggap Evelyn lucu ... eh! Atau anak itu memberitahukan ibunya, lantas Bella yang sengaja meracik pai apel dengan sirup jagung?
"Pak, Anda kenapa?" Keheranan mendapati Joe tiba-tiba meninju ranjang sambil menggerak-gerakkan bibir cepat seolah mengutuk seseorang.
Lengannya bergerak mengelus dada singkat, menatap si pemuda dengan wajah siap menerkam siapa pun yang menggangu Joe. Memorinya berputar di kasus mayat anak lelaki yang tewas di kolam taman lalu. Meski bukan Joe yang memegang kasus, setidaknya ia tahu. Kalau tidak salah ditemukan sebuah apel bersamaan ketika pengangkatan jenazah dari kolam. Joe menggosok kedua tangannya, jika diurutkan berdasarkan bukti sebuah apel yang terlihat belum berada di air dalam jangka waktu yang lama, bisa saja.
"Hei, bagaimana perkembangan kasus terbunuhnya Max Steve?" tanya Joe, menggeser tubuhnya hingga duduk berhadapan dengan polisi muda itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/214095981-288-k670024.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BloodLine (SUDAH TERBIT)
Mystery / Thriller(Sudah Terbit+Tidak Lengkap) 16+ untuk kekerasan dan darah Berawal dari mayat yang ditemukan di bawah tanaman mawar, menyeret sang ayah masuk ke dalam jeruji besi. Beberapa hari semenjak kejadian menggemparkan di perumahan Chapel Hill, ibu yang sela...