Bab 23

47 14 18
                                    

Ubah warna background WP-mu ke warna hitam


Happy Reading^^

______


Evelyn mengalami kebuntuan! Malam semakin larut dan dia belum berhasil mencari cara untuk mendapatkan alat pemotong. Awalnya dia berusaha mencuri pisau ketika selesai makan siang, tetapi sulit untuk dilakukan. Terlalu ramai, terlalu banyak mata yang terbuka di mana-mana, belum lagi Ibu Pengasuh selalu memperhatikan setiap gerak-gerik anak asuhnya.

Menegakkan tubuh dari posisi berbaring, memeluk boneka apel seraya menggantung kaki di pinggir ranjang. Evelyn mengawasi sekitar, suasana sudah sepi, sekarang waktunya bergerak. Pelan-pelan dia turun berusaha tidak menimbulkan suara gaduh, Evelyn meringis ketika ranjang berdecit, beruntung suaranya tidak terlalu keras.

"Mau ke mana?"

Ketahuan! Evelyn berdiri diam merasakan peluh menetes melewati pelipis lalu meluncur ke dagu. "Ke kamar mandi."

Anak yang tidur di ranjang atas kembali memejamkan mata, memiringkan badan menghadap arah lain. Sesaat Evelyn merasa jantungnya berhenti, baru kali ini dia terkejut sampai tidak bisa bergerak. Mengangkat kedua tangan sambil menghirup oksigen sebanyak mungkin, mengeluarkannya perlahan bersamaan tangan yang diturunkan. Kali ini Evelyn harus sangat berhati-hati, banyak kepala berarti banyak pula mata dan juga pendengaran yang berjaga-jaga.

Berjalan cepat, tidak lupa berjinjit untuk mengurangi suara langkah kaki. Evelyn mengintip sejenak ke arah ruang tengah, tidak ada siapa pun, kemudian beralih ke arah dua pintu berdampingan, Evelyn menempelkan telinga ke permukaan pintu secara bergantian. Aman! Ibu Pengasuh dan Paman sepertinya sudah terlelap dalam mimpi. Tujuan kali ini adalah pergi ke dapur, benda tajam paling banyak terdapat di dapur, berharap akan ada mukjizat gunting yang jatuh dari langit-langit, tetapi rasanya agak mustahil.

Satu pintu menarik perhatian Evelyn, sejak tadi siang, pintu itu tidak terbuka satu kali pun. Penasaran, dia lantas mendekatkan penglihatannya pada lubang kunci. Evelyn menemukan sebuah tangga ke bawah---apa mungkin ini jalan ke basement? Untuk apa ruang bawah tanah di panti asuhan? Menyimpan barang-barang? Bukannya bisa saja menjadikan salah satu kamar sebagai gudang, tak perlu susah-susah membangun basement? Evelyn pikir ketimbang uangnya dipakai untuk itu, lebih baik digunakan membeli alat-alat permainan seperti jungkat-jungkit atau semacamnya, itu lebih cocok untuk panti asuhan.

Penasaran dengan apa yang ada di sana, Evelyn memutar knop pelan-pelan, dia menggeleng menyayangkan begitu tahu pintu tak bisa dibuka, padahal dia sangat ingin masuk dan menjelajah. Ya sudahlah, daripada berdiam diri menatap pintu bodoh yang terkunci, lebih baik Evelyn kembali dalam pencariannya.

Dapurnya lumayan besar, dengan meja makan panjang di tengah-tengah, ditambah beberapa lampu gantung yang bersinar kebiruan. Dua kompor tanam, beberapa lemari piring, serta kitchen set berbentuk huruf U.

Evelyn menaiki kursi guna melihat rak terbuka bagian atas. Di mana pisaunya? Kemudian berganti membuka satu-satunya lemari kabinet besar, tidak cukup hanya dengan kursi sebagai pijakan, Evelyn memanjat ke atas dengan menapaki setiap tangga lemari yang berisi piring, gelas, beberapa wadah sendok, dan juga dua kotak yang entah apa isinya. Dia yakin tidak akan jatuh lantaran lemari yang ia panjat terbuat dari kayu, setidaknya bisa menahan bobot badan Evelyn dibandingkan lemari dari bahan serbuk kayu pabrikan atau lemari plastik yang rentan patah.

"Tidak ada," bisik Evelyn, melompat dari atas dan mendarat sempurna dengan kedua kaki di atas lantai laminasi yang mirip sambungan kayu berbeda-beda bentuk.

BloodLine (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang