Italia. Siapa yang tidak mengenal negara cantik itu? Sebuah negara yang terletak di Semenanjung Apenina, Eropa Selatan. Negara yang juga pernah memiliki pengaruh yang cukup besar pada masa Kekaisaran Romawi. Bangunan-bangunan cantik dan unik pun menghiasi sebagian kota Roma. Sangat memanjakan mata untuk terus memandang dengan takjub.
Romeo Giovardo seorang pria keturunan Italia-Inggris yang kini berusia 30 tahun. Cukup matang dan menggoda dengan tinggi 195 cm, sepasang manik hijau emerald terukir indah di wajah tampannya dengan hidung mancung, warna kulit putih yang normal. Serta senyuman menggodanya mampu memikat siapapun yang menatapnya.
Hari yang begitu cerah bagi Romeo untuk berjalan-jalan dengan mobil yang terbuka mengelilingi kota Roma. Ia tersenyum tipis memperhatikan orang-orang yang juga sedang menikmati hari mereka. Romeo menghentikan mobilnya di sebuah toko bunga untuk membeli setangkai bunga mawar merah. Sungguh hari ini sangat indah sekali baginya dan melihat sebuah toko bunga yang buka hari ini membuatnya teringat akan sesuatu hingga memutuskan untuk mampir.
Seorang gadis mengenakan rok tutu bewarna cream dan kaus lengan panjang berwarna putih sedang berjongkok di depan bunga-bunga yang bermekaran. Selain itu, ia juga mengenakan kerudung yang senada dengan pakaiannya.
"Signorina?" sapanya dan gadis itu segera bangun dan berbalik menatap Romeo. Romeo sedikit terkejut karena gadis itu mengenakan cadar berwarna hitam, "Satu tangkai bunga mawar merah, please?" katanya dengan senyum lebar.
Gadis itu mengangguk pelan, "Tunggu sebentar." suaranya terdengar lembut dan halus. Gadis itu melangkah ke arah pot bunga mawar merah dan mengambil setangkai. Tak lupa ia bungkus dan di beri pita cantik. Romeo mendekat dan segera membayarnya.
"Grazie mille."
"Sama-sama." gadis itu menundukan kepalanya dengan sopan dan Romeo baru menyadari bahwa gadis itu tidak membalas tatapan matanya. Mungkin dia malu, pikir Romeo cuek dan segera pergi dari toko bunga.
"Kehidupan yang begitu damai sesuai dengan keinginanku." Romeo menarik napas panjang kemudian ia hembuskan perlahan menatap langit yang begitu cerah lalu beralih menatap setangkai mawar merah di tangannya, "Kamu pasti juga merasa bahagia, bukan?" gumam Romeo dengan perasaan sedih yang tiba-tiba muncul ketika memandangi setangkai mawar merah di tangannya.
.
.
.
Rania pulang ketika matahari telah beranjak turun di telan cakrawala. Ia berjalan sejauh satu kilometer menuju gedung apartemen tempat dia tinggal bersama teman baiknya, mereka sama-sama gadis keturunan Indonesia yang berkuliah di Italia. Jika Rania mendapatkan beasiswa maka berbeda dengan temannya yang kuliah biaya dari kedua orang tuanya.
Rania baru saja hendak mengetuk pintu saat pintu apartemen terbuka secara mendadak, "Sinta, apa kamu mau pulang ke Indonesia?" tanya Rania memperhatikan temannya sedang mengeluarkan dua koper ukuran besar.
"Iya gue mau pulang, Ra. Kangen sama ortu." jawabnya dengan gugup.
"Mendadak banget. Kita kan belum libur kuliah, apa kamu ada masalah?" tanya Rania bingung.
"Nggak, Ra. Gue mau pulang karena kangen ortu terus nenek gue sakit, gue takut banget!" jawabnya cepat.
"Innalilahi, lalu bagaimana keadaan nenekmu sekarang?"
"Masih baik sih."
"Baik?" gumam Rania pelan.
Sinta kembali masuk untuk mengambil tas gendongnya. Sinta mengenakan topi kupluk berwarna coklat dan masker serta kaca mata hitam, "Gue pulang yak?" ucapnya sambil mencium pipi Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Flowers
RomanceRania, seorang gadis muslimah berasal dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Italia, tidak menyangka jika dia di khianati oleh temannya sendiri. Rania harus menggantikan posisi Sinta sebagai pelunas hutang dengan cara di jual kepad...