Untuk sejenak, ia memejamkan kedua matanya menikmati semilir angin yang mengembuskan aroma musim gugur yang menenangkan dirinya. Sudah hampir setengah tahun, kehidupannya tenang tanpa harus melihat darah ataupun kekerasan di mansion ini. Meski peristiwa menegangkan di masa lalu masih segar di ingatannya.
"Signora,"
"Romeo belum datang juga?" tanyanya seraya membuka kedua mata perlahannya.
"Maafkan saya, signora." wanita itu menundukan kepalanya karena merasa bersalah, "Saya sudah meminta Andreas untuk menjemput Tuan Muda tetapi beliau menolak." tambahnya.
"Tidak apa. Biarkan saja dia, Elis." sahutnya lirih, "Dia membenci Sisilia dan saya menahaminya." lanjutnya pelan.
"Signora," gumam Elis memandang sendu nyonyanya yang terlihat sangat kecewa.
"Sisilia menyimpan kenangan buruk untuk Romeo." memutar kursi rodanya, wanita itu berbalik menatap asisten pribadinya dengan senyuman, "Ceritakan padaku bagaimana kabarnya dengan gadis Indonesia itu padaku, Elis." ujarnya antusias.
"Tentu, signora." Elis mengangguk pelan.
oOo
Dua bulan terlewati, Rania menjalani kehidupannya kembali seperti dulu tanpa ada Romeo dan gangguan lainnya meski dia sedikit merasa kesepian. Padahal dia mengenal sosok Romeo belum genap satu bulan waktu itu.
Rania keluar dari toko bunga karena sedikit merasa bosan. Sudah hampir masuk musim gugur, udara mulai terasa sejuk dan dedaunan akan terlihat menguning dan beberapa minggu lagi ia akan melihat dedaunan di pohon berguguran.
"Signorina,"
Rania tersentak kaget dan berbalik menatap seorang pria berpakaian serba hitam berdiri di sebelahnya. Ia mundur beberapa langkah, "Iya ada apa?" tanyanya sopan.
"Saya ingin membeli bunga."
"Oh silahkan masuk!" ujar Rania menyambut.
Rania bergegas mengikuti pria itu dan menjelaskan setiap bunga yang ada beserta dengan maknanya.
"Saya ambil ini dua tangkai." katanya melirik Rania.
"Ya? Oh," Rania mengangguk pelan mengambilkan bunga Lily putih dan membawanya ke meja kasir untuk di bungkus rapi.
"Anda mengenal Romeo Giovardo?"
Gerakan tangan Rania terhenti mendengar pertanyaan pria di hadapannya, "Iya." angguknya pelan.
"Dia pria yang baik, humoris dan juga lucu. Apa saya benar?"
"Anda mengenalnya juga?"
"Iya tentu saja." dia menjawab seraya memberikan senyuman terbaiknya.
Rania menyerahkan bunga seraya menyebutkan harga lalu pria itu membayar dengan kartu kreditnya.
"Saya sangat mengenalnya." lanjutnya lagi seraya tersenyum kepada Rania.
"Begitu."
"Dan ... Saya akan memberikan satu tangkai bunga ini untuknya."
"Untuk Romeo?"
"Ya."
Rania memilih untuk diam karena tidak mengerti dengan maksud pria itu ingin memberikan bunga Lily kepada Romeo. Bunga Lily putih adalah bunga berduka cita yang di berikan pelayat untuk orang yang sudah meninggal dunia.
"Romeo Giovardo ... Dia juga pria yang manis dan juga lucu. Bukankah begitu signorina?"
"Ah? Iya!" Rania mengangguk cepat meski sedikit bingung ingin menjawab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Flowers
RomanceRania, seorang gadis muslimah berasal dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Italia, tidak menyangka jika dia di khianati oleh temannya sendiri. Rania harus menggantikan posisi Sinta sebagai pelunas hutang dengan cara di jual kepad...