10. Keberuntungan

2K 210 5
                                    

Hari yang begitu cerah untuk berjalan-jalan dengan udara yang begitu sejuk, dedaunan mulai menguning dan mengering karena sudah mulai memasuki musim gugur. Hari ini Rania memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota, ia harus belajar yang giat agar bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta lulus dengan nilai memuaskan. Keluar dari kamarnya dengan langkah ringan tetapi perasaannya menjadi buruk saat melihat Romeo dengan mobil sportnya sudah terparkir di depan gedung apartemennya. Rania lantas berjalan pergi seolah tidak melihat keberadaan Romeo yang mengikutinya.

"Hari ini kau libur kerja dan kuliahkan, bagaimana jika kita berkeliling kota dengan mobilku?"

"Tidak! Ini milikmu." Rania memberikan kartu hitam di tangannya kepada Romeo.

"Ta-tapi Rania, mobilku mobil mewah."

"Saya tidak ingin berdua-duaan dengan anda di dalam mobil yang tertutup."

"Oh atapnya bisa di buka tenang saja, Rania."

"Kita tidak memiliki hubungan apapun, Romeo."

"Bukankah kita sedang proses ta'aruf?"

Rania lantas berhenti berjalan, berbalik menatap tajam sosok Romeo, "Sejak kapan kita ta'aruf, tuan Mafia?" tanyanya.

"Kau bilang ta'aruf berarti perkenalan, jadi kita sedang proses berkenalan." Romeo tersenyum lebar hingga gigi-giginya yang berjejer rapi putih bersih dan mengkilat terlihat.

Rania terus berpikir tentang apakah benar Romeo adalah ketua mafia? Kenapa tingkah lakunya tidak mencerminkan Mafia pada umumnya seperti di film-film bahkan menurutnya suami Aisyah jauh lebih cocok menjadi ketua Mafia dengan ekspresi datar dan dingin.

"Tidak!"

"Oke oke baby!"

Rania kembali melangkah pergi, ia tidak peduli jika saat ini sedang di ikuti oleh Romeo.

"Hei Rania!"

Rania menghela napas pendek, ia mencoba untuk tidak mendengar.

"Aku akan menceritakan kehidupanku sebagai seorang Mafia dan oh apa kau tahu, suami Aisyah itu sahabat baikku!"

"Hm!" balas Rania malas.

"Hahaha ... Kamu tahu, kami bertemu pertama kali ketika dia menyelamatkanku ketika kecelakaan."

"Hm."

"Kami berdua sama. Sama-sama seorang pembunuh." gumam Romeo pelan.

"Saya tidak percaya jika suami Aisyah adalah seorang pembunuh, tetapi jika kamu mengaku kamu pernah membunuh maka saya percaya."

Romeo hanya terkekeh pelan mendengarnya, "Yah karena aku seorang Mafia." timpalnya menatap langit cerah, "Tapi apa kamu tahu aku tidak akan bisa menjadi ketua Mafia karena aku ceroboh dan bodoh, Rania." Romeo menyeringai tipis, "Ayo kita pergi minum kopi atau kemanapun kau suka?" ajaknya dengan senyum lebar.

Rania mendengus mendengarnya, "Saya ingin ke perpustakaan kota, disana membosankan jadi jangan ikuti saya lagi!" protes Rania kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Romeo. Romeo tersenyum dan tetap mengikuti langkah Rania.

"Jadi apa maksudmu menceritakan hal ini?" tanya Rania pada akhirnya.

"Kita sedang ta'aruf kan? Jadi aku cerita tentang hidupku padamu."

Rania memutar kedua bola matanya malas, yang benarnya saja pikirnya.

"Hei, bagaimana dengan dirimu sendiri?" tanya Romeo pelan.

"Em, bagaimana anda membuat Sinta membayar hutangnya?" tanya Rania dan sempat berhenti berjalan untuk melirik Romeo singkat.

"Oh, aku mengancamnya sedikit. Aku akan menghancurkan perusahaan kedua orangnya termasuk dia tidak akan bisa kerja atau sekolah lagi, setiap dia akan membuat usaha maka akan aku hancurkan."

Mafia FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang