Izin

87 18 2
                                    

Karena sudah larut malam aku pun pulang dianter Alfin. Saat gerbang sedang dibuka kulihat ada mobil Alfia, Rani, dan Raja yang terparkir digarasi

Setelah gerbang terbuka lebar Alfin mendekat kemobilku lalu mengetuk kaca mobilku "aku pulang dulu"ucapnya sambil melambaikan tangannya

Aku pun ikut melambaikan tanganku "hati hati"ucapku sambil melihat kepergiannya menaiki sepedanya

Aku pun masuk kedalam diluar rumah ada banyak bodyguard yang sedang berkeliling dan menjaga disetiap sudut sudut rumah, saat sudah memarkirkan mobil digarasi aku bergegas masuk kedalam rumah kulihat mereka sedang kumpul diruang tamu sambil memakan snack

Aku pun berjalan kearah mereka. Setelah sampai aku duduk disamping Rani yang sedang menscrooll instagramnya "kenapa kalian disini"ucapku sambil melihat kearah Raja dan teman temannya

Mereka pun menjelaskan bahwa para anggota OSIS sementara besok disuruh kesekolah untuk menghadiri rapat untuk membuat pesta untuk melepas kakak kelas yang sudah lulus, saat mendengarkan itu ada suara mobil dari arah bagasi dan kulihat ada ayah yang baru saja pulang tapi yang anehnya ada Alfin dibelakangnya

Ayah langsung naik kelantai dua dan diikuti oleh Alfin dari belakang mereka menuju keruang kerja milik ayah lalu kulihat ada Irena yang membawa dua cangkir teh dan Pak Herman yang membawa papan catur lalu naik kelantai dua.

Kami pun heran kenapa Alfin bisa sama ayah "tadi beneran Alfin?"tanya Alfia sambil mengucek matanya

Aku hanya berdehem. Raja dan teman temannya langsung pulang karena ayah sudah ada dirumah, sedangkan Rani dan Alfia menginap disini. Rani tidur dikamarku sedangkan Alfia tidur dikamar Vallen

Aku pun langsung kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Dari dalam kulihat ada yang bersandar dipintu kamar mandi

"Kenapa?"tanyaku

"gua denger lu habis jadian"?

"Iya"

"Kapan lu mau ceritain ini ke Alfia sama Vallen?"

"Mungkin besok disekolah"

"Ohh, kalau gitu gua tidur dulu"

Sudah tak ada suara lagi dari luar, pasti dia sudah menyumpal telinganya dengan earphone miliknya lalu tidur. Tapi benar katanya tadi aku harus secepatnya memberitau Alfia dan Vallen tentang kabar bahagia ini

"Aku bukanlah impian
Aku adalah kenyataan
Kenyataan yang tak mampu
Menyatakan mimpi"

---------------------------

Alfin PoV

Saat ini aku sedang bermain catur dengan ayahnya Ratu. Sesekali kami menyeduh teh kami masing masing sudah banyak bidak yang sudah kalah. Sebentar lagi permainan selesai

"Kenapa anda memanggil saya kesini?"tanyaku memulai pembicaraan sambil menggerakan pion ku

Dia tidak menjawab, kulihat dia menggerakkan tangannya untuk mengambil bidak kuda yang berada disamping bidak Raja lalu memakan bidak Pionku yang baru saja kupindahkan sebelumnya

tapi dia lupa kalau ada pionku yang tinggal satu langkah sudah sampai diujung papan alias garis paling awal dari kubu musuh "transformasi Ratu"ucapku sambil memajukan pionku kegaris paling awal kubunya

setelah transformasi Ratu, bidak Raja miliknya sudah tidak bisa bergerak karena sudah dikepung oleh bidak gajah, kuda, dan beberapa pionku yang juga sudah mengepung "Checkmate"ucapku mengakhiri pertandingan ini

Dia hanya melihat kearah papan catur seakan tak percaya kalau permainan sudah berakhir "Maaf tadi pertanyaan saya belum dijawab"ulangku sambil melihat kearahnya

Setelah mendengar ucapanku tadi dia langsung melihat kearahku "Ini soal organisasi yang mengincar Ratu dan Vallen, menurutmu gimana?" Tanyanya

Nggk aku sangka kalau seorang Alexander meminta pendapat dariku, aku pun memikirkan jawaban dari pertanyaannya tadi dengan matang "Sepertinya mereka diutus dari sebuah perusahaan yang ingin mengkudeta kekuasaan anda, lalu ada beberapa penghianat dikaryawan anda"ucapku menjelaskan pendapatku tentang organisasi itu

Dia hanya mengangguk setelah mendengarkan pendapatku itu "Untuk sementara kamu jaga Ratu sama Vallen, soal gaji seperti kemarin tapi soal penjagaan ini cuma kamu sama saya yang tau"ucapnya sambil berdiri dari posisi duduknya

Mungkin ini saatnya untuk memberitahunya tentang hubunganku dengan Ratu "Nggk usah digaji, saya sama Ratu pacaran jadi sudah tugas saya untuk menjaga dia"ucapku sambil ikut berdiri lalu menatap kearahnya

Kupikir ini juga saatnya untuk meminta izin berpacaran dengan Ratu "Saya juga ingin minta izin untuk diperbolehkan berpacaran dengan Ratu"lanjutku

Dia hanya menatapku, seketika aura diruangan ini berubah lebih mencekam dari sebelumnya jadi seperti ini aura saat meminta izin untuk berpacaran

"Sepertinya kamu nggk ada keraguan sedikit pun bilang itu kesaya"ucapnya sambil memandangku dengan sangan intens

Aku berusaha untuk tenang agar tidak gelagapan saat berbicara "Selama itu buat hubungan saya dengan Ratu. saya tidak ragu sedikit pun"ucapku

Pandangan mulai berubah, sudah tidak setajam tadi sekarang dia tersenyum "Kalau gitu, tolong jaga Ratu"ucapnya

Dari kata yang kudengar tadi dia hanya memintaku menjaga Ratu bukan mengizinkannya "Selamat datang dikeluarga Alexander"ucapnya sambil mengulurkan tangannya

Setelah mendengarkan kalimat itu aku sangat senang, sekarang hubunganku dan Ratu sudah diizinin oleh ayahnya "terimakasih"ucapku sambil menjabat tangannya

Setelah itu aku pamit pulang karena sudah malam, sebenernya pak Alexander sudah meminta salah satu bodyguardnya untuk mengantarku pulang pakai mobilnya tapi kutolak

Saat sudah berada didepan kos kulihat pintu kos lalu ada sepasang sendal berwarna pink tertata rapi di terbuka sedikit padahal sebelum berangkat kepantai tadi kukunci. Aku pun langsung masuk untuk melihat siapa yang ada didalam, kulihat ada seorang wanita paru baya yang sedang memasak didapur

Aku pun mendekat mencoba mengingatnya saat sudah dekat kulihat wanita yang sangat ini kurindukan tapi tak bisa kuungkapkan "sebaiknya anda pulang, udah malam"ucapku sambil memangsang earphone agar tidak bisa mendengar satu katapun dari wanita itu

Dalam soal mengacuhkan aku pandai, tapi kalau berhadapan dengan wanita ini aku sangat bodoh makannya itu aku memilih untuk memejamkan mata agar tidak melihatnya. Bukannya aku tidak sopan aku hanya tidak ingin melihat dia bersedih dan tidak mau luka itu terulang untuk kedua kalinya

"Katamu, bahagia adalah urusan masing masing.
Lantas kenapa kesedihanmu
Menjadi urusanku yang paling penting"

RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang