Ciuman

106 19 1
                                    

Saat aku pergi dari rumah fifi sepertinya ada dua kelompok yang lagi tawuran, salah satu dari kelompok mereka dipimpin sama seorang yang ku kenal, butuh waktu lama untuk memustukan untuk membantunya atau tidak sampai dia melihatku dan bibirnya bergerak seakan berbicara tolong akhirnya aku turun dan membantu kelompoknya, kali ini aku serius agar lebih cepat selesai, satu tiga lima tujuh entah berapa yang telahku kalahkan yang pasti sudah lebih dari lima.   Sebentar lagi akan selesai, sampai aku melihat satu orang yang sepertinya ketua dari kelompok lain yang berhadapan melawan kenalanku, akhirnya ku memutuskan untuk menggantikan posisinya

"Ganti posisi, bantu temen temen lu sana"ucapku saat sudah berada disamping kenalanku yang sudah menampakkan wajah letih dan banyak luka diwajahnya

"Oke"ucap nya sambil menepuk bahuku dan berlari mundur untuk membantu yang lain

"Anggota baru atau budak barunya Deren"ucap orang didepanku yang kelihatan sangat angkuh seperti sangat percaya diri dengan kemampuan bertarungnya

"Cuma orang bayarannya dia doang, kalau nggk dibayar sih nggk mau juga gua disini"ucapku untuk menutupi identitasku yang sebenarnya

"Ohh cuma orang bayaran, berarti besok besok gua juga boleh dong bayar lo buat ngabisin deren"ucapnya terpancing dengan perkataanku, untuk sekarang identitasku aman

"Selama bayarannya cocok boleh, bagaimana kalau kita akhiri sekarang bolehkan"ucapku untuk meyakinkan dia bahwa aku benar benar orang bayaran dan memancing dia agar mulai pertarungan ini

"Oke, gua juga mau lihat kemampuan lu, sebelum gua mau nyewalu"ucapnya sambil mengepalkan tangannya

Tanpa aba aba dia langsung menyerang untuk sekarang aku hanya defense karena ingin tau sekuat apa dia, tak dikira sudah cukup lama akhirnya aku mulai untuk serius, sudah banyak pukulanku yang sudah mendarat didadanya sampai akhirnya aku berniat menghentikan ini dengan tendangan terakhir, tendangan yang mengenai tepat dipipi sebelah kirinya sampai dia tersungkur dan berteriak mundur, tanda bahwa dia sudah mengaku kalah dipertarungan ini, aku membiarkannya pergi setelah mereka pergi ku pikir sudah saatnya aku juga pergi itu yang gua pikirkan sebelum Deren mengajakku nongkrong ditongkrongannya dia dan teman satu genknya ini, saat ditongkrongannya tidak ada yang kukenali selain Deren, mereka berterimakasih sama aku karena telah menolong mereka, dan mereka bilang kalau butuh bantuan tinggal hubungi saja salah satu dari mereka, mereka bakal langsung dateng saat itu juga, setelah mendapat penawaran itu akhirnya gua terima dan mendapatkan kontak Deren dan Renzi yang menjadi menjabat Ketua dan Wakil ketua di Genk ini, akhirnya aku berpamitan pulang, menyalami mereka satu persatu dan sesampainya didalam mobil langsung aja membawa mobil itu dengan kecepatan tinggi agar sampai dirumah atau lebih tepatnya Rumah milik keluarga Alexander, setelah masuk kedalam garasi dan menuju ruang tamu aku melihat Ratu serta Vallen sedang melihat tv sambil memakan cemilan mereka yang tadi sempat kita beli sebelum kerumah fifi

"Darimana?"ucap Ratu yang menyadari kedatanganku

"Habis cari makan"ucapku mungkin alesan ini nggak bakal mempan buat Ratu dan Vallen karena mereka tau kalau dirumah ini masih ada lauk yang sangat enak

"Dirumah masih banyak lauk, jangan alesan, trus itu yang lu pakai mobilnya siapa?"tanya Vallen yang sepertinya sudah tau kalau tadi hanya alibi

"Siapa juga yang alesan tadi tuh gua beli makan, soal mobil itu milik temen gua katanya ada bagian mesinnya yang rusak gua disuruh bawa kebengkel besok"ucapku panjang lebar sambil memikirkan alasan lagi agar nanti kalau mereka nanya lagi tidak perlu pusing

"Temen apa demen?"sindir Vallen dengan suara ketusnya

"Udah ah jangan dibahas, gua boleh tanya nggak"ucapku sambil duduk disalah satu sofa jaraknya tidak terlalu jauh dari sofa yang mereka duduki

"Apa?"ucap Ratu sambil melihat kearahku

"Nyokap bokap lu kapan balik"ucapku menanyakan kapan kembalinya kedua orang mereka

"Bulan depan, kalau nggk salah habis kita piknik sekolah lusanya mereka sampai diindonesia, emang kenapa?"jelas Vallen tetang kapan kepulangan kedua orang tua mereka dan menanyakan alasanku

"Sebenarnya tadi ibu fifi nawarin gua pekerjaan jadi bodyguard keluarganya setelah kontrak gua selesai dikeluarga ini"ucapku menjelaskan kejadian tadi tentang Tante Riana yang menawarkan pekerjaan

"Trus gimana jawaban lu"ucap Ratu yang seperti sangat tenang mendengar perkataanku tadi berbeda dengan Vallen yang tadi sontak tangannya meremas bantal yang ada dipangkuannya

"Gua sih masih mikir mikir,"ucapku menjelaskan pendapatku tentang pekerjaan itu

"Enggak, elu nggak boleh pergi, setelah habis kontrak lu sama bokap gua, gua bakal jadiin pengawal pribadi gua lu nggk boleh pergi kekeluarga dia"ucap Vallen yang sepertinya sangat tidak mau aku pergi meninggalkannya

"Ahh sudahlah, gua kekamar dulu mau ganti pakaian terus jaga jaga didepan rumah, kalian tidur kalau ada apa apa teriak aja gua bakal dateng"ucapku sambil berdiri dan berjalan kearah kamar sesampainya dikamar akupun mengganti pakaian ku dengan baju hitam polos dan keluar dari rumah lalu berjaga didepan pintu rumah ini, banyak bodyguard yang masih berjaga dirumah ini, karena besok aku masih diskors jadi malam ini kuhabiskan untuk berjaga tanpa takut telat berangkat sekolah, saat matahari sudah terbit kuputuskan untuk membangunkan Vallen dan Ratu, sesampainya dikamar Vallen dia masih tertidur diatas kasurnya, seketika keinginan usilku tumbuh

"Bangun oii"teriakku sambil melemparkan bantal sontak dia membuka matanya

"Apaan sih ngaget ngagetin aja, masih pagi juga"ucapnya sambil menutup matanya dan memeluk gulingnya

"Udah jam 6 siap siap gih"ucapku sambil menarik guling yang ada dipelukannya

"Nunggu jam setengah tuju"ucapnya sambil memperkuat pelukannya

"Bangun apa gua cium"ucapku mengancam supaya dia bangun tapi dia masih diposisi yang sama

"Cium aja kalau berani"ucapnya menantangku, dikiranya aku nggak berani

Cupp

Satu buah ciuman tepat mendarat dikeningnya, sontak dia langsung membuka matanya lebar lebar, mungkin dia kanget dan sepertinya keusillan gua udah diluar bates

"Fin, lu seriusan nyium gua"ucapnya sambil mengubah posisi tidurnya menjadi duduk

"Bukannya elu yang nantangin"ucapku

"Ihh gua tadi cuma bercanda, masa lu cium beneran"ucapnya sambil menyentuh keningnya

"Ahh gua kira nantangin maaf deh kalau gitu gua keluar dulu ya"ucapku sambil berbalik badan dan berniat beranjak keluar tapi ada tangan yang menarik

Tanpa bisa mengelak sebuah cium tepat dibibirku, mungkin aku terlalu capek berjaga semalam jadi tidak mengelak ciuman ini, dengan cepat bibir Vallen mendarat dibibir ku, bibir kami saling bersentuhan dan langsung aku menjauhkan kepalaku

"Kalau lu doang nggak adil"ucapnya sambil berdiri tegak dihadapanku dengan tersenyum

"Gua mau mandi, lu keluar sana"ucapnya sambil berjalan kearah pintu kamar mandi yang ada didalam kamarnya ini

Vallen Pov

Hari yang paling ku tunggu akhirnya hari ini aku dapat ciuman dan bisa mencium Alfin, hari yang spesial sampai sampai disekolah pun aku tersenyum, sudah banyak yang menanya kenapa aku tersenyum terus tapi aku tidak menjawabnya soal ciuman ini biar aku dan Alfin yang tau

"Seandainya mencintaimu adalah
RUTINITAS,
mungkin akulah orang,
yang paling
SIBUK
didunia ini"

RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang