10. Serangkaian Kode

82 18 165
                                    

Alena berjalan menunduk menuju rumahnya. Tangan kanan gadis itu memegang uang dari Juna. Sebenarnya Alena tidak mau menerima uang itu, tetapi Juna langsung memasukkan  uangnya ke dalam tas Alena dan pergi begitu saja, tidak memedulikan Alena yang meneriakinya. Besok, dia akan mengembalikan itu pada pemiliknya.

“Pulang bareng siapa tadi?” Suara keras yang berasal dari ibunya membuat Alena tersentak.

“Bareng temen, Ma,” balasnya tanpa berani menatap mata ibunya.

Pandangan ibu Alena menyelidiki. “Kok pake motor? Kemaren 'kan pake mobil. Siapa?”

Alena membuang napas gusar. “Iya, emang beda yang anterin, Ma. Dua-duanya temen aku, kok.”

“Kamu boleh pacaran sama temen kamu yang pake mobil.”

Mendengar itu Alena berdecak pelan. Pikirannya menebak apa yang ibunya mau. “Aku nggak mau pacaran, Ma,” balas Alena.

“Kenapa? Dia pasti kaya, kamu minta apa aja pasti dikasih. Kita lagi kekurangan uang, semuanya dipakai bayar biaya sekolah kamu! Jadi kamu manfaatin aja dia!" tegas Aluna, ibunya Alena.

“Ma, aku-“ Perkataan Alena langsung terhenti saat Aluna meraih tangan kanannya. Aluna mengambil semua uang di tangan Alena secara paksa.

“Ma, kembaliin uangnya. Itu bukan punya aku,” pinta Alena.

“Bohong! Jelas-jelas uang ini dari cowok tadi, 'kan?” Suara Aluna naik beberapa oktaf. Alena hanya diam sempari menatap ibunya penuh harap.

“Uang ini buat Mama. Uang Mama udah habis dipake beli baju, jadi nggak ada uang buat urusin kamu.”

“Ma, kembaliin!” rengek Alena yang direspons gelengan oleh ibunya. “Itu bukan punya aku, Ma.”

“Kamu boleh pacaran sama orang yang anterin kamu. Dua-duanya.” Setelah mengatakan itu, Aluna pergi meninggalkan Alena yang menampakkan wajah kesal.

Karena tak ingin berdebat dengan sang mama, Alena lebih memilih menuju kamarnya. Alena bertekad dalam hati, jika dia bisa menghasilkan uang dari _event_ yang akan dia ikuti, uang itu akan digunakan untuk mengembalikan uang Juna.

Setelah berganti baju, Alena meraih ponselnya. Sebenarnya, dia bukan kehabisan paket, tetapi dia memblokir nomor Juna karena lelaki itu sangat mengganggu menurutnya. Alena membuka blokiran Juna  tak lama setelah itu, Juna mengirimkannya sebuah pesan langsung. Gadis itu tak membalasnya, dia hanya membaca sekilas lalu mematikan koneksi data.

***

“Gue cariin lo ke seluruh penjuru sekolah, ternyata lo ada di sini.” Juna melangkah mendekati Alena yang tengah duduk di kursi rooftop.

Alena tak menyadari kehadiran Juna karena pikirannya diisi oleh perkataan sang mama agar Alena menjadikan Juna dan Adara sebagai pacarnya. Hanya saja dia tak ingin berpacaran sebelum membuat orang tuanya bangga.

Gadis berkulit putih itu tersentak saat Juna melambai-lambaikan tangan tepat di hadapannya. Alena melirik Juna tajam. Makhluk pengusik hidupnya baru saja menemukan keberadaannya di sini.

Alena kira, rooftop adalah tempat yang tidak akan Juna jangkau, ternyata prediksinya salah besar.

“Masalah ada buat diselesaiin, bukan dipikirin. Salah satu problem solver, itu deketin Dia yang ciptain masalah. Bukan dipikirin  terus, yang adanmalah tambah stres. Jangan lupain masalah juga, kalo lo nggak mau dibilang pengecut.” Pandangan Juna yang tak beralih dari wajah Alena, seketika mendapati gadis itu menatapnya sekilas.

Sebuah senyuman tercetak di wajah Juna. “Lo ada masalah apa, hm? Cerita sama gue. Tenang aja, gue nggak ember kok!” Alena hanya diam.

Teringat sebuah alasan kenapa dia menemui Alena, Juna kembali bersuara. “Lo nggak ke kantin?” Alena menggeleng pelan.

Storia d'Amore [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang