Berkenalan dengan Mira

29 9 1
                                    

Pagi itu agak mendung dengan suara gemuruh di langit, aku menaiki sepeda motorku dan aku bergegas menuju SMA ku setelah aku mengikuti ospek selama tiga hari di sekolah baruku itu. Tak disangka olehku di tengah perjalanan hujan lebat turun. Aku mengeluh saat itu dan mulai menepi sebentar.

"Ahhh.... Pake hujan sagala deui." ucapku sembari mengeluarkan jas hujan dari jok motorku.

Aku memakai jas hujan dengan cepat karena sudah agak terlambat masuk sekolah. Setelah memakai jas hujan aku langsung menancap gas untuk menuju ke sekolahku.

Untung saja aku bisa masuk ke sekolah dengan tidak terlambat. Aku menuju parkiran untuk menyimpan motorku. Aku melihat Anto yang sedang memarkirkan motornya juga.

"Hujan Le.... " ucap Anto sambil mencabut kunci motornya

"Emang hujan.... Makanya buru masuk kelas." ucapku sambil melipat dan memasukan jas hujan ke jok motorku.

Aku dan Anto langsung meninggalkan parkiran dan menuju ke kelas. Saat di perjalanan menuju kelas Anto berhenti sejenak dan seperti memperhatikan seseorang. Aku langsung menarik Anto untuk segera ke kelas.

"Buru To, bentar lagi masuk kelas." ucapku sembari menarik tas Anto
Setelah sampai di kelas pelajaran pun dimulai. Pak Deni memberi seluruh siswanya kertas yang berisi pilihan ekstrakulikuler di SMA tersebut.

"Ok barudak..... Ini ada selembaran kertas yang isinya pilihan ekstrakulikuler. Minimal kalian pilih satu. Jangan sampe kosong. Yang udah kumpulin ke bapak." ucap Pak Deni sambil membagikan kertas tersebut.
Aku bimbang saat itu. Aku pun bertanya pada Anto yang dengan santai memilih ekstrakulikuler nya.

"To rek asup naon (Terus mau masuk apa)?" ucapku.

"Angklung we lah bingung urang ge (Angklung saja lah, saya juga bingung)", ucap Anto sembari memilih pilihan ekstrakulikuler Angklung.

Aku pun mengisi lembaran ekstrakulikuler tersebut dengan pilihan Angklung. Setelah pembelajaran selesai Anto berbicara kepadaku bahwa ia melihat Mira bersekolah di sekolahku.

"Le tadi urang ningali Mira (Le tadi saya melihat Mira)." ucap Anto kepadaku.

"Dimana?" ucapku

"Di....." ucap Anto yang terpotong dengan pemberitahuan bahwa seluruh siswa yang mengikuti ekskul Angklung untuk kumpul di Ruang Seni. Aku dan Anto pun pergi ke ruang Seni untuk mengikuti perkumpulan itu.
Saat sampai di ruang seni tersebut Anto melihat Mira di perkumpulan itu. Dan berbisik kepadaku.

"Le eta aya Mira (Le itu ada Mira)." ucap Anto sembari berbisik kepadaku.

Aku tidak mendengar jelas perkataan Anto yang berbisik kepadaku karena aku sedang memperhatikan Kang Dedi selaku pelatih Angklung di sekolah tersebut. Setelah perkumpulan itu selesai, Anto berbicara padaku bahwa ada Mira disitu.

"Le itu Mira. Buru kenalan atuh." ucap Anto sambil menunjuk Mira.

Aku memberanikan diri mendekati Mira dan mencoba berkenalan dengannya.

"Hai..." ucapku sambil mendekati Mira.

"Hai..." ucap Mira membalas sapaanku.

"Ouh iyah kita belum kenalan. Padahal rumah kita deket. Nama aku Leo Valo." ucapku sambil memberikan tangan untuk bersalaman dengan Mira.

"Aku Mira. Mira Alfira." ucap Mira sambil bersalaman denganku.

"Kamu pulang sama siapa?" ucapku sambil melanjutkan jalan keluar sekolah.

"Aku naek angkot aja." ucap Mira kepadaku.

"Maaf yah gak bisa nganter. Meskipun searah tapi aku gak bawa helm. Takutnya kamu kenapa napa." ucapku kepada Mira.

"Iya ga papa, aku ngerti kok. Aku duluan yah." ucap Mira kepadaku sambil memberhentikan  angkot.

Aku dengan sangat senang hati berbicara kepada Mira "Ati ati yah...."

Setelah itu, aku ke parkiran sekolah untuk mengambil motorku. Saat di parkiran aku bertemu Anto dan bertanya padaku.

"Udah kenalan teh??" ucap Anto kepadaku sambil duduk di atas motornya.

"Udah atuh..." ucapku kepadanya sambil menyalakan motor.

Setelah itu aku menggas motorku dan pulang ke rumah ku. Saat tiba di rumah tetehku sedang membaca buku di teras dan bertanya padaku.

"Tumben pulangnya sore, ada apa?" ucap tetehku.

"Ada kumpulan Angklung." ucap ku sambil memarkirkan motor.

"Wiiihhh tumben amat ikut begituan." ucap tetehku.

"Iya atuh, kita tuh harus melestarikan budaya kita. Sebelum budaya kita diakui bangsa lain." ucapku sembari masuk ke dalam rumah.

"Bijak amat." kata tetehku sambil melanjutkan membaca bukunya.

Hari itu hari yang indah untukku, karena aku bisa berkenalan dan berbincang langsung dengan Mira. Tapi sayang, aku belum bisa mengantarnya pulang karena aku hanya membawa 1 helm dan itu hanya untukku.

Leo Valo "Sejak Kala Itu"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang