Namaku Leo Valo, biasa dipanggil Leo. Aku saat ini duduk di kelas 3 SMP. Aku lahir di sebuah kota yang selalu disebut Paris Van Java. Aku tinggal di daerah Timur kota itu. Aku mempunyai kakak perempuan cantik bernama Alma. Aku biasa memanggil kakakku dengan sebutan Teteh. Dalam bahasa Sunda Teteh adalah kakak atau saudara perempuan. Umurku dan Tetehku tidak jauh berbeda, hanya beda 2 tahun saja. Papahku bekerja di Jakarta dan pulang biasanya hanya sebulan sekali.
Pagi itu cuaca sangat cerah. Cahaya matahari menyorot ke kamarku dengan tajam.
"Le.. Leo bangun.. udah siang." Aku mendengar suara orang berbisik bisik di telingaku.
Aku bangun dari tidurku dan langsung melihat jam dengan mataku yang masih agak buram.
"Ehhh.... Jam tujuh..." ucapku yang langsung meninggalkan kasur.
Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas ke toilet. Aku mandi dan berganti seragam dengan cepat karena aku pikir aku sudah telat ke sekolah.
"Mau kemana kamu?" Ucap mamahku.
"Ke sekolah atuh mah udah telat nih." ucapku sambil memakai sepatu dan membawa tas.
"Hari ini hari Libur Nasional, SMP mana yang buka hari libur gini." ucap mamahku yang sedang memasak di dapur.
"Ahhhhh.... terus tadi ngapain aku rusuh rusuh. Terus tadi siapa yang bangunin?" ucapku. Ucapku sambil meluapkan emosi.
"Aku, emang kenapa kalau dibangunin pagi?" ucap tetehku yang keluar dari kamarnya.
"Jangan dibangunin pagi atuh ini kan hari libur." ucapku yang langsung membuka seragam dan menyimpan sepatu di rak.
Mamah langsung menghampiriku setelah selesai memasak di dapur. Lalu berkata padaku.
"Leo, orang sukses itu, orang yang mau bangun lebih pagi dari orang lain dan membereskan kasurnya setelah dipakai. Tuh liat kasur kamu berantakan gitu.""Tuh denger kata mamah." ucap Tetehku.
Aku langsung menuju kamar dan merapikan kembali kasur yang sudah dipakai. Setelah merapikan kamar tidur, aku melanjutkan sarapan yang sudah dibuatkan mamah. Tak lama kemudian selesai aku makan terdengar suara yang memanggilku dari luar.
"Leooo... Leo.. hayu main." ucapnya.
Aku langsung menuju keluar. Di depan teras rumahku sudah ada tiga temanku, yaitu, Anto, Rafi, dan Fahri yang sambil memegang
bola dan mengajakku untuk bermain."Hayu maen bola, mumpung libur." ucap Anto kepadaku.
"Tunggu nya, bilang mamah dulu." ucapku.
Aku bergegas menghampiri mamahku yang sedang menonton TV dan pamit ke mamah."Mah, Leo main dulu ya sama temen temen." ucapku
"Iya, ati ati ya." ucap mamahku
Aku menuju keluar dan menghampiri teman temanku.
"Hayu." ucapku sambil memakai sendal.
Rafi dan Fahri langsung berlari menuju lapang sambil menendang-nendang bola. Sementara aku dan Anto berjalan santai. Di perjalanan menuju lapang, aku melihat warga yang baru pindah.
Mereka menurunkan barang barang dari mobil. Di teras rumah itu ada satu perempuan cantik berambut panjang dan sepertinya seumuran denganku. Aku langsung bertanya pada Anto.
"To, to siapa itu? Meni geulis.." ucapku sambil terus memperhatikannya.
"Gak tau. Kunaon nanya? Resep nya...???" ucap Anto yang langsung berlari mengejar Fahri dan Rafi. Aku yang tertinggal sendiri langsung berlari mengejar mereka.
Setelah selesai bermain bola aku dan teman temanku pulang dari lapang. Rafi dan Fahri berpisah denganku karena rumahnya berbeda arah denganku. Sementara aku pulang bersama Anto yang rumah searah denganku.
"Duluan yah Le, To" ucap Rafi dan Fahri sambil meninggalkan aku dan Anto.
"Ok ok." ucapku.
Aku dan Anto adalah sahabat dari kecil, Mamahku dan Mamah Anto juga saling bersahabat sedari mereka kecil. Aku dan Anto berjalan menuju rumah sambil bercanda dan membahas tentang warga baru yang aku lihat tadi siang.Di tengah perjalanan aku bertemu Abah Heru yang menjabat menjadi seorang RT.
"Bah, bade kamana?" ucap Anto
"Gak kemana mana Abah mah lagi jalan
santai weh." ucap Abah sambil menggerak gerakan kakinya."Bisa ngobrol Bah?" ucapku.
"Nya bisa atuh, kan ieu Abah punya mulut." ucap Pak RT.
"Bukan gitu bah maksudnya. Maksud Leo teh ngobrol santai." ucapku
"Ohh... Mangga atuh, hayu ka bumi Abah weh." Ucap Abah.
Abah yang kini menjadi seorang RT mengajak kami ke rumahnya. Setelah sampai ke rumahnya aku dan Anto bertanya-tanya soal warga baru tersebut.
"Sok bade ngobrol naon?" kata Abah sambil menyodorkan kaleng biskuit Khong Guan.
"Hatur Nuhun Bah." ucap Anto dan langsung membukanya.
"Ah bah dikirain biskuit Khong Guan, ternyata Ranginang." ucap Anto dengan raut muka kesal.
Abah hanya tertawa dan berkata "Ranginang juga makanan, syukuri meskipun itu cuma Ranginang. Apa bedanya Ranginang sama biskuit. Sama-sama makanan kan?"
"Iya bah." ucap Anto sambil menyantap Ranginang.
"Mau ngobrol apa?" ucap Abah kepadaku.
Aku langsung bertanya kepada Abah seputar warga baru yang aku lihat tadi pagi."Jadi gini bah, disini teh ada warga baru?" ucapku kepada Abah.
"Iyah, ada warga baru. Rumahnya gak terlalu jauh dari rumah kamu. Namanya pak Iwan. Beliau pindahan dari Bogor. Pak Iwan juga bawa keluarga nya kesini." ucap Abah sambil menyantap Ranginang.
"Pak Iwan punya anak bah?" ucapku
"Pak Iwan punya satu anak perempuan kayanya seumuran sama kamu." ucap Abah
"Namanya siapa bah?" ucap Anto
"Euhh loba tatanya wae. Namana teh Mira dia juga lanjutin sekolah disini, kayanya bakal lama juga tinggal disini." ucap Abah kepadaku.
"Ouhhh Mira bah. Ya udah atuh kita pulang dulu. Hatur nuhun bah." ucapku sambil mengajak Anto pulang.
"Dikirain mau ngobrol apa. Dasar budak(anak-anak)." ucap Abah yang langsung masuk ke rumahnya.
Aku dan Anto langsung pulang dari rumah Abah. Di perjalanan pulang aku melihat Mira sedang berbelanja di warung Ceu Mimin. Aku memperhatikannya dan menatap wajahnya. Ia pun menatapku dan tersenyum padaku. Anto langsung menarikku karena jalan ku yang lama.
"Cepet atuh." ucap Anto sambil menarik bajuku.
Aku dan Anto berpisah di persimpangan gang. Di sepanjang jalan menuju rumah aku senyum-senyum sendiri. Setelah sampai di rumah teteh bertanya padaku.
"Kenapa senyum senyum sendiri. Liat teteh geulis nya???" ucap tetehku sambil mengibaskan rambutnya.
"Ihh geleuh..." ucapku yang langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku.
Setelah mandi, aku makan dan langsung
menuju kamarku untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Valo "Sejak Kala Itu"
Novela JuvenilMenceritakan tentang seorang remaja bernama Leo Valo. Ia sangat mencintai Mira, warga baru di daerah rumahnya. Ia juga hobi bermain Angklung, alat musik dari Jawa Barat.