2 Minggu telah berlalu. Semenjak Mira berpacaran dengan Rama, aku tak pernah mengantarkan Mira berangkat dan pulang sekolah. Karena sudah ada Rama yang selalu mengantarkan Mira. Aku tidak pernah mengantarkan Mira selama mereka berpacaran karena aku menjaga perasaan mereka berdua. Setiap pagi aku pergi sekolah sendiri tanpa adanya Mira lagi.
Pagi itu seperti biasa, aku pergi ke sekolah menggunakan motorku. Di perjalanan, aku melewati rumah Mira dan melihat ada Rama dengan mobilnya menjemput Mira. Aku teruskan saja perjalanan ku tanpa memikirkan mereka berdua. Sesampainya di sekolah, aku memarkirkan motorku dan langsung menuju kelas. Di kelas sudah ada Anto dan Tasya. Mereka berdua menanyakan bagaimana aku dengan Mira.
"Le, gimana sama Mira?" ucap Anto padaku
"Gitu aja lah, dia udah pacaran sama Rama. Mau gimana lagi." ucapku.
"Tuh kan, kata aku juga apa. Kalau kamu dari dulu ngomong ke Mira, mungkin dia gak akan pacaran sama Rama." ucap Tasya padaku.
"Ya udah lah gimana lagi." ucapku.
Tak lama setelah pembicaraan itu terdengar suara bel mulai pembelajaran. Aku mengikuti pembelajaran kelas itu hingga selesai. Setelah pembelajaran selesai aku langsung pulang karena hari itu tidak ada ekskul Angklung. Aku menuju parkiran dan mengambil motorku.
Di tengah perjalanan, aku hampir saja menabrak seorang bapak-bapak yang langsung belok kanan tanpa menyalakan lampu sen. Untuk aku tidak dalam kecepatan tinggi dan langsung mengerem sehingga aku tidak menabrak bapak itu dan tidak terjatuh. Aku langsung berbicara pada bapak itu.
"Pak kalau mau belok nyalain lampu sennya, bahaya kalau belok langsung bisa celaka." ucapku kepada bapak itu.
"Gandeng lah, budak SMA geus wawanian, mamatahan kolot." (Berisik lah, anak SMA sudah berani memberitahu orang tua.) ucapnya dengan nada marah.
"Bukan begitu pak, kalau bapak seperti itu membahayakan pengendara lain." ucapku dengan sopan.
"Gandeng sia rek gelut jeung aing....???" (Berisik kamu mau berkelahi dengan saya?) ucapnya sembari marah marah.
Aku hanya heran saja ada orang seperti itu. Aku langsung menggas motorku lagi dan tidak mempedulikan bapak bapak tadi. Aku melihat spion dan aku melihat bapak bapak tadi mengikutiku. Aku terus menggas motorku. Perjalanan sudah cukup jauh, bapak bapak itu masih mengikutiku. Setelah itu, motorku seperti ditendang hingga aku kehilangan keseimbangan dan aku terjatuh.
Saat posisi terjatuh kakiku tertimpa oleh motorku. Tak lama, banyak orang yang menolongku. Aku langsung dilarikan ke rumah sakit daerah Bandung Timur. Saat tiba di rumah sakit aku langsung masuk ruang UGD dan langsung mendapat penanganan oleh dokter. Tak lama setelah itu, Mamahku datang beserta Tetehku yang sepertinya dihubungi oleh pihak rumah sakit.
Setelah dokter melakukan penanganan ternyata tulangku ada sedikit yang bergeser. Setelah mengetahui hal itu aku sedikit shock karena memerlukan waktu yang sedikit lama untuk bisa berjalan seperti semula. Setelah di selesai di cek oleh dokter, Mamahku dan Tetehku masuk ke dalam ruangan itu dan menanyakan keadaanku.
"Kenapa atuh Le kamu teh bisa gini??" ucap Mamahku sambil menangis.
Aku ceritakan semua yang terjadi di jalan itu.
"Tadi pas di jalan, ada bapak bapak langsung belok gak pake sen. Langsung di tegur lah sama aku, kayanya gak terima bapak bapaknya, dia ngejar, terus kayanya nendang motor, jadi weh jatoh." ucapku.
"Gila tuh bapak bapak, hafal plat nomernya gak Le? Urang kejar." ucap Tetehku dengan nada emosi.
"Ga hafal." ucapku.
Setelah melakukan sedikit pembicaraan, Anto datang bersama Tasya. Setelah Anto datang, Mamah dan Tetehku pulang sebentar ke rumah untuk mengambil pakaianku. Anto menanyakan bagaimana keadaanku. Aku ceritakan semua yang kualami.
"Kunaon Le bisa kieu?" (Kenapa Le bisa begini)? ucap Anto kepadaku.
"Kan aku teh bilang ke bapak bapak kalau belok pake sen, kayanya mah dia ga terima, dia ngejar terus nendang motor, jadi weh jatoh." ucapku pada Anto dan Tasya.
"Ehhh gelo bapak bapak teh." ucap Anto.
"Tunggu yah Le telefone Mira dulu suruh dia kesini." ucap Tasya kepadaku.
"Gak usah, ngapain dia kan udah ada si Rama." ucapku.
Tasya tetap menelofone Mira. Tak lama setelah Tasya menelofone Mira, Mira datang ke ruanganku tanpa didampingi Rama. Mira langsung menghampiriku dan menanyakan keadaanku.
"Kenapa kamu teh Le?" ucap Mira yang langsung memelukku.
"Ga papa cuman jatoh dari motor aja." ucapku.
"Jatoh dari motor mah bukan ga papa atuh....." ucap Mira sambil menitihkan air matanya.
Mira terlihat sangat khawatir dengan keadaanku. Setelah aku ceritakan semua kejadiannya aku pun memutuskan untuk istirahat dan tertidur. Saat aku bangun pagi hari, Mira berada di sampingku dengan keadaan masih tertidur. Sepertinya malam itu Mira menungguku di rumah sakit dan ketiduran di samping kasurku.
Aku duduk dan melakukan sedikit pergerakan. Mungkin pergerakanku terasa olehnya sehingga membuatnya terbangun. Saat ia terbangun aku langsung menanyakan kenapa ia disini.
"Mir, kenapa kamu disini? Gak pulang aja?" ucapku padanya.
"Ga papa. Sebenernya tadi malam tuh mamah kamu yang mau jaga kamu, tapi aku pikir biar aku aja yang jaga, karena mamah kamu juga butuh istirahat, jadi aku semalem disini." ucapnya padaku.
"Makasih yah." ucapku padanya.
Setelah seminggu di rumah sakit, aku diizinkan keluar dan melakukan rawat jalan.
Selama sebulan rawat jalan, aku diizinkan berlatih jalan oleh dokter. Mira selalu mendampingiku selama aku berlatih jalan. Aku sebenarnya bingung, kenapa ia begitu perhatian padaku. Aku menanyakan hubungannya dengan Rama."Mir... Kemana Rama? Kok kamu gak pernah jalan sama Rama lagi." ucapku.
"Aku sama Rama udah putus." ucapnya.
"Loh..... Kenapa???" ucapku.
"Rama itu orangnya kasar, gak kaya yang aku bayangin, akhirnya aku putus deh." ucapnya padaku.
2 bulan sudah aku berlatih jalan. Mira selalu menemaniku selama aku berlatih jalan. Ia seperti selalu khawatir padaku. Yang aku lihat, Mira sangat tulus padaku dan merelakan waktunya untukku. Tapi selama dua bulan itu aku belum menyatakan perasaanku padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo Valo "Sejak Kala Itu"
Teen FictionMenceritakan tentang seorang remaja bernama Leo Valo. Ia sangat mencintai Mira, warga baru di daerah rumahnya. Ia juga hobi bermain Angklung, alat musik dari Jawa Barat.