Stasiun Kereta Api

28 5 0
                                    

Belanda sedari VOC dulu sangat mementingkan ekspor rempah-rempah ke Netherland. Dampaknya banyak sekali dari mereka menggunakan transportasi baik jalur darat maupun laut, guna mengirim hasil kebunnya.

Kereta api atau dalam bahasa Belanda nya staatsspoorwegen  adalah salah satu perusahaan perkeretaapian terbesar di Indonesia pada jamannya. Tak terkecuali mereka juga membangun rel di kota kecil Rangkasbitung Lebak Banten.

Sedari jaman penjajahan sampai sekarang stasiun ini masih beroperasi, karena rumah ku sangat dekat dengan stasiun dan pabrik mexolie menjadikan dulu sangat suka bermain di tempat-tempat seperti itu bersama teman-teman.

Aku tidak akan membahas tentang sejarah tapi tentang mereka yang tidak bisa dilihat orang biasa. Semua stasiun pasti memiliki masa lalunya bahkan orang-orang yang telah merenggut nyawanya, entah di sengaja maupun tidak.

Setiap aku menaiki kereta di sisi rel kereta selalu ada kepala buntung terkadang juga ada organ tubuh yang tertinggal, mereka selalu meminta disempurnakan tapi aku menolaknya.

"Tolong berikan aku kesempurnaan"
"Beri tahu keluargaku di sana bahwa aku tidak tenang berada di sini"
"Hey! Kau bisa melihatku kan? Aku akan mengikuti kemanapun kau pergi"

Tapi aku selalu mengabaikannya dan pura-pura tidak melihat mereka. Oh ya, aku tidak terlalu jelas melihat keberadaan mereka hanya seperti transparan terkadang hanya asap atau cahaya.

Ada anak kecil di lipo kereta api, waktu itu aku baru pulang sekolah sendirian jaman masih duduk di bangku SMP. Lalu aku merasa ada seseorang sedang mengikuti ku, kupikir hanya kucing atau hewan lainnya.

Tapi saat aku lihat kebelakang dia sedang berjalan tanpa kaki dan sebelah tangannya hilang, sesosok anak kecil perempuan dengan gaun seperti tahun 90an. Aku pura-pura saja tak melihatnya sampai dia mengikuti ku sampai rumah.

Anak itu bukan Belanda, anak Indonesia tapi bajunya seperti anak-anak Belanda memakai gaun putih corak bunga biru. Dan dia juga memakai bondu di rambutnya, Cecil bilang gadis itu menyukaiku serta hendak menjadikan ku temannya.

Tentu saja aku tidak mau lantas menyuruhnya balik lagi ke asalnya. Dengan sendirinya gadis kecil itu kembali ke tempat tadi kami bertemu lewat bantuan Cecil dan nona Marry. Aku tidak mau berteman dengan hantu, dikira aku ini mengoleksi apa.


St Manggarai

Aku kebetulan kuliah antar kota dan satu-satunya kendaraan aku pergi ke sana adalah kereta commuter line, kebetulan saat itu aku diberi tugas oleh dosen untuk mencari bahan laporan bersama teman-teman ku. Kami berempat memutuskan pergi ke daerah Jakarta lebih tepatnya perpusnas.

Tapi aku tidak akan cerita perpustakaan nya melainkan stasiun yang menjadi sarana transit kami, yaitu stasiun Manggarai. Kalian pasti tahu film horror yang menceritakan tentang gerbong ghaib? Ternyata itu beneran ada di pojok rel sana aku melihatnya tengah berhenti dan mengangkut penumpang banyak bahkan hampir sesak.

Tidak perduli, aku hanya menunggu kereta selanjutnya kok bukan melihat mereka. Setelah itu aku melihat keadaan sekitar, dan 'Astaga'!!!

Seorang pria tanpa tangan memegang bahu kananku dan bilang

"Tolong saya. Bawa saya ke keluarga, aku ingin pulang. Anak istri pasti menunggu kedatangan saya di sana, hanya kau yang bisa melihatku"

Aku tidak peduli seakan bisu aku menutup mata dan mulutku hingga akhirnya kereta yang kami tunggu datang juga. Teman-teman ku sempat menanyakan apakah aku baik-baik saja? Aku hanya mengangguk, sebenarnya aku tidak.



St Solo Balapan

Musim mudik biasanya keluarga kecilku pergi ke rumah nenek atau mengunjungi papa disana. Papa dan kami telah terpisah, mungkin karena suatu alasan. Menempuh waktu sehari semalam di kereta sudah biasa bagiku, Jawa tengah tetap menjadi daerah kerajaan Keraton sejak zaman dahulu.

Selama berkali-kali aku menginjakan kaki di Solo Balapan, tak ada yang buruk maksudnya kan biasanya di stasiun itu bentuknya aneh-aneh tapi di sini berbeda.  

Mereka lebih sopan tampilannya tidak seperti arwah penasaran lainnya. Di sini lebih kental daerah Jawa memakai pakaian daerah dan bentuknya pun tidak terlalu seram.

Aku punya pengalaman sewaktu aku menunggu kereta dan kebetulan orangtuaku menitipkan barang padaku karena mereka hendak membeli makanan, tiba-tiba saja ada kakek tua memakai peci serta tongkat kayu. Dia menanyakan sesuatu padaku seingatku seperti ini.

"Ndo, kereta ke Semarang jalur mana?"

Karena aku tidak tahu jadi menggelengkan kepala sambil membalas ucapannya.

"Maaf kek, tapi saya tidak tahu. Kakek ke tempat informasi saja biar saya antar"

Tapi sebelum aku mengantarnya, tiba-tiba saja orangtuaku memanggilku. Aku menoleh ke arah sumber suara dan saat kembali ke tempat si kakek tadi dia sudah menghilang entah kemana.

"Dimana si kakek?!"

Aku bingung berusaha menelisik ke berbagai tempat tapi tak ada. Karena dia seperti manusia biasa jadi aku tidak mengira bahwa dia itu sebenarnya hantu.

St Kota  Jakarta

Nah, di tempat ini yang membuat teman-teman hantuku betah. Siapa lagi kalo bukan para tuan-tuan, Sinyo, dan Noni Belanda berseliweran.

Saat kami baru turun dari kereta saja si kecil Cecil dan Miller sudah hilang karna saking banyak teman sebayanya. Nona Marry juga langsung hilang dan kami bertemu kembali di kota tua.

"Nadia! Ada nona yang mengajakku bermain. Bolehkah aku ikut?"

Ucapan Cecil membuatku ragu, dia jarang sekali menerima tawaran orang lain. Tapi saat kami berada di kotu dia seperti terhipnotis oleh bujuk rayuan hantu Belanda lainnya. Daripada anak itu mengomel terus aku biarkan saja  dia ikut Nona toh mungkin dia baik.

Sedangkan Miller asyik berlari ke cafe kuno karena ada anak laki-laki sebayanya yang memiliki kuda-kudaan. Nona Marry setia disampingku karna baginya aku sudah seperti adik yang harus dijaga, so sweet sekali bukan.

Skip... Saat waktu telah habis kami ingin pulang tapi anak-anak kecil itu tidak mau ikut di betah berada di kotu, secara Batavia adalah kota kedua yang menyimpan kenangan tersendiri bagi Cecil dan Miller.

Jadi hanya Marry yang ikut aku pulang tapi berkali-kali juga nona bergosip ria bersama temannya dulu di stasiun kotu. Asal kalian tahu tidak semuanya kota tua itu ada hantu Belanda di dalamnya, mereka yang Belanda justru sembunyi dan yang lokal lebih berani.

Ini fakta pasalnya saat aku pergi ke suatu ruangan aku bertemu sosok tuan Belanda masih muda sekitar umur 17 tahun yang bilang bahwa dia tidak diperbolehkan Papa keluar ruangan ini karena alasan tertentu. Biasanya sih hantu itu memiliki garis patokannya untuk tiap-tiap wilayah, begitupun kaum Belanda dengan lokal.



Sudah lama ga update ya karena aku jarang keluar rumah dan jalan-jalan ketemeu hantu huhuT_T

Jagan lupa vote and comment ya keep healthy teman-teman!! Salam cinta dari Cecil, Miller dan nona Marry 💕

Stad Bloederig Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang