Shinta

13 3 0
                                    

Dia hidup di jaman 90an, bukan hantu Belanda anak kecil yang ku punya. Shinta melainkan berdarah Indonesia asli yang tinggal di rumah salah satu saudaraku, dan aku akan menceritakan tentang kisah nyata kehidupannya semasa hidupnya dulu.

Singkat cerita ada anak yang tinggal di pedesaan namun masih sedikit dekat dengan kota, gadis kecil berusia 12 tahun dari keluarga berkecukupan. Anak satu-satunya paling di sayang orang tua bahkan sesekali dia selalu dibelikan apapun yang dimau.

"Shinta ayo pulang sudah magrib!"

Kata itu sudah familiar di pendengaran Shinta. Ibunya sangat perhatian dan penuh kasih sayang, hingga perasaan itu memudar seiring berjalannya waktu.

Ada sebuah mitos jaman dulu yang bilang bahwa barangsiapa anak yang hendak memiliki adik maka dia akan terus terjatuh atau sakit-sakitan. Begitupula dengan Shinta, dia sakit demam dan muntah-muntah saat itu. Dikira ibunya hanya sakit biasa sampai berhari-hari tidak dibawa ke rumah sakit.

Ibunya hanya memanggil tabib sakti (alternatif) saat itu di pelosok Indonesia sangat sulit untuk pergi ke rumah sakit, selain jarak mereka jauh orang-orang kampung lebih baik merawat yang sakit dengan pengobatan alternatif turun temurun dari nenek moyangnya.

Pagi itu tabib datang ke rumah sederhana Shinta, guna memeriksanya.

"Wah Bu, saya sarankan pergi ke rumah sakit. Dia sudah parah"

"Masa sih? Bukannya ini pengaruh bayi yang saya kandung sekarang?"

"Tidak ada kaitannya Bu. Anak ibu sakit demam parah"

Setelah mendengar ucapan tabib, ibu langsung membawa Shinta ke rumah sakit kota dengan menaiki delman. Karena saat itu tak ada mobil atau sepeda motor, lagipula Shinta juga bukan orang yang kaya raya seperti orang-orang Belanda.

"Ayo pak! Cepat!!"

Ya, bapak Shinta berprofesi sebagai kusir delman dan petani. Ibunya hanya ibu rumah tangga seperti biasannya, namun karena mereka berdua pekerja keras jadi hidup Shinta bisa dibilang lumayan tercukupi tidak kekurangan dan kelebihan.

Beberapa jam kemudian Shinta sampai di rumah sakit. Lalu dokter langsung memeriksa nya, mereka sangat takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Setelah diperiksa dan diobati akhirnya dokter bilang penyakit Shinta tidak berbahaya hanya demam biasa, jadi orangtuanya membawa Shinta kembali ke rumah karena jika dirawat di rumah sakit tentu tidak sedikit biaya yang dikeluarkan olehnya.

"Shinta dokter memberimu obat untuk sembuh"

"Aku ga mau minum obat mah"

"Shinta!! Jika kau tidak mau minum obat yang ada sakit mu akan bertambah parah. Mama dan Abah sibuk cari uang buat kamu jangan bikin pusing lagi deh"

Mau tidak mau Shinta minum obatnya, anak itu berumur sekitar sebelas tahun dan dia harus dituntut jadi dewasa. Lalu dia meminum obat kapsulnya perlu diketahui bahwa Shinta tidak bisa menelan obat seperti itu, karena dipaksa Mama mau tidak mau dia harus minum. Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya?

Shinta tersedak obat kapsul di tenggorokannya, dia berusaha batuk-batuk dan muntah namun tidak berhasil keluar sudah mencoba minum air lagi obat itu sama sekali tidak tercerna. Hingga beberapa detik kemudian Shinta pingsan dengan penuh muntahan makanan saat mencoba mengeluarkan obat yang tersedak di tenggorokannya.

"Shinta! Shintaaa... Bangun kau baik-baik saja kan? Astaga, Shinta kan Mama bilang sebelum minum obat minum air dahulu agar tenggorokan mu basah"

Tak ada sahutan dari Shinta, dia terlelap pingsan.

"Ntaaa.... Shinta!"

Sang Mama mengecek denyut nadinya, namun nihil tak ada denyutan yang terjadi di tubuhnya. Baru saat itu Mama menyadari bahwa Shinta sudah tidak ada dan menangis sesenggukan meminta Shinta kembali ke tubuhnya yang sedang demam itu.

"Aku juga tidak tahu waktu itu aku merasa tertidur pulas dan bangun-bangun aku melihat Mama menangisi tubuhku. Aku kaget ketakutan apa aku sudah meninggal? Ternyata benar saat aku menyentuh Mama dia tidak merasakannya lagi"

Shinta tidak akan pernah meninggalkan tempat tinggalnya dulu dan itu terbukti saat aku bertanya mengapa sering sekali dia mendatangi ku ketika sedang berkunjung kemari.

"Dulu Mama ku pernah berkata 'Shinta jika kau sudah besar dan memiliki anak Mama harap kau mengisi rumah ini, jangan ditinggalkan karena ini untukmu' jadi dari situ aku tidak mau pergi dan juga aku meninggal di rumah ku walaupun sekarang tempat ini bukan milikku lagi tapi setidaknya aku menyimpan banyak kenangan di sini"

Gadis kecil ini memakai baju seperti orang-orang Belanda tapi dia bukan keturunan atau bangsa Eropa, ternyata ini fashion anak jaman dulu setelah merdeka. Mungkin jika Shinta masih hidup sekarang sudah menjadi ibu dengan anak dewasa yang hendak punya cucu, ya dia lahir di tahun 1967 an namun umurnya berhenti tumbuh dan menjadi awet muda.

Dia tidak menganggu saudaraku, Shinta hanya berlarian naik dan turun tangga seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Maklum saat dia hidup di rumahnya tidak ada tangga yang menuju lantai atas, jadi dia hanya bisa merasakannya saat sudah tidak bernafas lagi. Aku pernah bertanya kemana orangtuanya ketika dia sudah meninggal?

Shinta hanya menghela nafas dan menjawab

"Mama dan Abah kabur karena dulu mereka dituduh warga telah membunuh anaknya sendiri. Kau lihat sendiri kan tubuhku penuh dengan muntahan makanan dan ternyata obat yang ku minum tersedak di rongga paru-paru, jadi aku tidak bisa bernafas lagi sampai tidak bisa dilihat orang lain seperti sekarang"

Ya memang sih Shinta terlihat menyedihkan, tapi sekarang dia sudah merasa dianggap ada saat bertemu denganku. Pihak saudaraku juga menganggap adanya Shinta bahkan membelikannya boneka.

Dia sudah bahagia sekarang, terkadang dia suka sekali ke rumahku. Tentu saja bermain bersama Sesdjik dan Miller, namun jika nona Marry datang anak itu akan pergi kembali ke rumah saudaraku. Shinta takut terhadap Marry walaupun nona suka sekali dengan anak kecil akan tetapi tidak pada orang-orang Indonesia. Nona Marry suka anak kecil yang memiliki satu ras dengannya yaitu Eropa.

Namun Shinta bisa berubah menjadi jahat dengan baju hitam nya jika sedang marah/bad mood. Dan yang pasti sifatnya akan menjadi parasit seperti hantu-hantu lainnya.


Voment ya! 🌼

Stad Bloederig Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang