Museum Multatuli

41 7 0
                                    

Jika kalian pergi ke kota Rangkasbitung pasti banyak sekali orang-orang yang ingin ke museum yang satu ini, terkenal dengan kisah pahlawan Edward Douwes Dekker menjadikannya sebagai destinasi wisata sejarah khas dari kota kecilku.

Tak hanya dari wisatawan Indonesia bahkan luar negri sekalipun berkunjung kemari karena penasaran dengan bukti-bukti sejarahnya. Aku tidak akan menceritakan tentang wisatawan di sini, ada sesuatu yang membuatku penasaran.

Hari ini aku menginjakkan kakiku di museum Multatuli, banyak sekali orang-orang yang berkunjung kemari tapi saat aku berkeliling sambil melihat-lihat barang aku melihat anak-anak kecil Netherland berlarian tak hanya itu di situ juga ada prajurit dan petinggi Belanda.

"Kau bisa melihat kami?"

Aku mengangguk dalam diam.

"Bawa siapa di sana?"

"Temanku"

"Oh"

Pria Belanda itu berlalu tanpa memperdulikan diriku lagi, aku lanjut saja melihat-lihat koleksi masa lalu tempat tinggalku dulu.

Sampai akhirnya aku menemukan suatu barang seperti bola meriam tapi ada rantai nya dengan segenap kejahilan tanganku, aku memberanikan diri menyentuh tanpa memperdulikan aturan yang berlaku di museum ini (jangan dicontoh ya).

Aku kembali ke masa lalu seorang gadis Belanda yang di ikat kakinya dengan menggunakan bola meriam. Dia berbuat salah karena berselingkuh dengan pria Netherland lainnya, disiksa di hadapan orang-orang Eropa lainnya.

"Tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membuat seperti itu."

"Alasan!"

Cambukan demi cambukan yang bisa ia terima bahkan sesekali orang lain memberinya lemparan barang-barang, semacam binatang kotor yang layak di hina.

"Sayang maafkan aku"

"Enak sekali meminta maaf! Kau tidak tahu diri suaminya bekerja keras banting tulang dengan seenaknya kau berselingkuh bersama pria lain"

"Itu hanya kesalahan lagipula aku tidak memiliki hubungan spesial dengan nya"

"Bunuh wanita ini!!"

Tanpa ada rasa balas kasihan sang suami wanita itu terus-menerus di hakimi bangsa Netherland sendiri. Hingga akhirnya ia tak bernafas lagi, penuh luka dan hina. Itulah yang bisa kurasakan saat menyentuh bendanya.

"Lantas kemana perginya wanita itu sekarang? Aku tidak melihatnya"

Kataku berdiskusi dengan batin.

"Dia di usir jauh dan tidak ada orang Belanda yang menerimanya"

Pria itu berbicara di telingaku.

Baiklah aku akan melupakan yang tadi dan beralih melihat ke ruangan lain. Oh astaga, ada sebuah batu besar tapi tunggu siapa kakek tua yang mendudukinya?

"Assalamualaikum"

Batinku berbicara pada sosoknya dia menjawab salam ku yang tadi. Bisa dipastikan dia seorang muslim jika di deskripsikan ia memiliki jenggot sampai dada berwarna putih, berpakaian orang jaman kerajaan dulu, dan tentu saja memegang sebuah tongkat kayu.

"Walaikumsalam, pasti kau ingin tahu mengapa batu ini bisa berada di sini?"

Aku mengangguk karena memang benar itu faktanya.

"Anak muda jaman sekarang lebih tertarik dengan dunia luar tapi tidak suka belajar sejarah bangsanya sendiri. Bacalah buku mu kau akan tahu asal usulnya"

Pelit sekali. Jujur aku sangat malas membaca buku tapi jika ada waktu luang sih biasanya hanya bertahan selama beberapa menit saja jika membaca, itu pun jika mau.

"Memang dulunya ini sebagai apa?"

"Batu ini tempat majikan ku betapa, aku ditugaskan untuk menjaganya. Tentu saja aku kan pengikut nya"

"Bagaimana caranya bisa sampai disini ini kan berat?"

"Orang-orang memiliki trik nya khusus. Anak muda jaman sekarang mana tahu"

Aku mengangguk saja jika berbicara macam-macam yang ada marah nantinya. Langsung saja aku berpindah tempat mencari yang lain, di ujung sana aku melihat Noni Belanda sedang duduk tersenyum sambil menatap ke lukisan pemandangan khas suku Baduy dengan santainya.

Belum langkahku mendekatinya tapi dia langsung mencegahku.

"Jangan mendekat aku tidak suka orang pribumi"

Kenapa? Padahal aku sangat ingin mengetahui dirinya lebih dalam.

"Kalian semua penghianat!"

"Tapi kenapa kau memandangi suku Baduy sambil tersenyum, apa kau menyukainya?"

"Mereka berbeda ada aura baik tidak seperti kalian semua! Pergi dari sini atau aku akan panggil yang lain!!!"

Ya, wanita Belanda itu mengusirku wajah cantiknya berubah seketika menjadi terakhir kali dia meninggal dunia. Penuh dengan sayatan dan darah segar aku takut dan pergi menjauh darinya.

Ruangan terasa pengap bukan dari lubang udaranya melainkan dari atmosfer nya, aku menangis tanpa sebab seakan-akan energi di sini membawaku ke masa lalu. Bahkan sedari tadi aku mendengar suara orang meminta tolong dengan bahasa yang tidak ku mengerti dia terus mengajakku berbicara.

Namun ada sesuatu yang bilang kepadaku bahwa dirinya sangat ingin kembali ke Netherland.

"Douwes Dekker ik ingin menyusulnya"

Hanya satu hantu saja membuka suara dari museum ini.

"Siapa?"

"Aku kenal dengan dirinya. Bawa saja ke Batavia"

"Batavia itu luas bahkan aku tidak tahu harus ke sebelah mana"

"Nanti aku tuntun lagipula kau punya anak-anak kecil dan nona itu kan? Pasti mereka juga ingin pergi bersama"

"Benar juga sih asal kau harus menjagaku di sana"

Hanya anggukkan kepala yang ku terima, dia terus menerus bilang terimakasih.

"Aku ingin melanjutkan melihat-lihat sampai jumpa lagi"

"Hey! Bolehkah aku ikut ke rumah mu?"

"Tentu saja disana juga ada Sesdjik, Miller, dan Marry. Oh ya, siapa namamu?"

"Niet. Aku tidak akan memberitahu nya"

Begitulah hantu Belanda ada yang terbuka dan ada pula yang tertutup, tapi lain cerita jika itu seorang anak kecil biasanya lebih terbuka karena mungkin mereka masih polos. Nona dan Noni lebih tertutup bahkan tidak ingin orang lain tahu tentang masa lalunya apalagi jika membahas asal usul keluarganya.

Vote nya ya teman-teman :)

Stad Bloederig Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang