Chaser

741 113 63
                                    

Sebuah truk berhenti tepat di depan sebuah rumah megah yang terletak di kawasan perumahan elit di daerah Gangnam. Dua pria turun dari truk dan bergegas menurunkan barang- barang yang terbungkus apik di dalam kardus. Si empu barang keluar dari rumah. Menitahkan si pengirim barang untuk memindahkan barang-barang miliknya ke dalam rumah.

Di lingkungan perumahan elit itu, ada beberapa tetangga yang mengintip penasaran. Pasalnya orang yang menempati rumah megah itu baru saja pindah hari itu. Para tetangga saling mendelik mendapati rumah itu ternyata laku terjual. Apalagi pernah terjadi pembunuhan di rumah itu. Tragedi pembunuhan itu masih menjadi misteri sebab pelakunya masih belum tertangkap.

Alasan itu yang mendasari Hwang Sinbi untuk pindah ke rumah tersebut. Pekerjaannya sebagai detektif di kantor polisi mengharuskannya menyelidiki lebih dalam mengenai kasus ini. Terlebih, tragedi pembunuhan ini menjadi kasus yang harus dipecahkan oleh timnya-di mana Sinbi menjadi ketuanya.

"Tolong letakkan vas bunga di sana." titah Sinbi seraya menunjuk ke sudut ruangan.

Selagi Sinbi mengatur tata letak ruang tamu, tak hentinya Jeon Jungkook mengeluh atas kelakuan istrinya. "Haruskah kau melakukannya sampai sejauh ini? Aku tahu itu menyangkut pekerjaanmu. Tapi bukankah ini sudah keterlaluan?"

"Kalau kau tidak mau tinggal di sini, kau bisa pindah." Ujar Sinbi tak acuh sembari menyemprot bunga-bunga yang ada di vas. "Atau kau bisa tinggal di hotel untuk sementara waktu." Celetuk Sinbi lagi.

"Sinbi-ya... Kau benar-benar tidak mengerti maksudku! Kau benar-benar keras kepala!" gerutu Jungkook tak mau kalah.

Sinbi meletakkan semprotan bunganya ke atas meja dengan sekali hentakkan. Menolehkan wajah pada Jungkook, Sinbi menyunggingkan senyumnya semanis mungkin. "Ya, aku keras kepala. Dan kau mencintaiku yang keras kepala ini." Satu tangan Sinbi mulai merayap di dada Jungkook.

Menghembuskan napas kasar, Jungkook menyingkirkan pelan tangan Sinbi dari dadanya. "Tapi kau lebih mencintai pekerjaanmu."

"Tentu saja!" jawab Sinbi tanpa ragu. "Aku bisa menghasilkan uang lebih banyak dari pekerjaanku."

"Kau menyindirku?" tuding Jungkook.

Terkekeh ringan, Sinbi mengibaskan tangannya. "Mana mungkin aku menyindirmu."

Pendapatan Jungkook memang tidak sebesar Sinbi sebab dia hanyalah pegawai biasa di sebuah perusahaan swasta. Oleh sebab itu, Jungkook merasa sedikit tersinggung atas ucapan Sinbi barusan. Padahal Sinbi tidak bermaksud demikian. Ia hanya terlalu bersemangat untuk segera memecahkan kasus pembunuhan ini.

"Kau... Marah?" cicit Sinbi kala dwinetra Jungkook masih memicing sempurna.

Jungkook menggeleng kecil sebagai jawaban. Namun rautnya masih menunjukkan bila lelaki itu masih gusar.

Satu tangan Sinbi terangkat menyentuh wajah Jungkook. "Lupakan ucapanku itu. Sebenarnya aku tidak enak hati menyeretmu ke dalam urusan pekerjaanku seperti ini. Tapi aku berjanji untuk segera menangkap pelaku pembunuhan itu dan kita bisa hidup berdua dengan tenang."

"Setelah kau menangkap pelakunya, apa yang akan kau lakukan?" tanya Jungkook dengan ekspresi datar.

"Hmm...," Sinbi tampak berpikir. Kemudian tercetus ide gila di benaknya. "Perlukah kita berlibur ke Slovenia?"

"Lagi?" Jungkook mencubit gemas pipi Sinbi. "Sepertinya kau tidak pernah bosan berlibur ke sana."

Mengulum senyumnya, Sinbi menyahut seraya menerawang. "Slovenia itu negara kesukaanku. Kalau bisa, aku ingin tinggal di sana."

Tak ayal Jungkook mendekap tubuh istrinya itu dari belakang. Ia sandarkan kepalanya di pundak Sinbi. "Aku juga berharap bisa tinggal di Slovenia berdua denganmu. Melupakan semua yang terjadi di sini dan menghabiskan sisa waktuku hanya bersamamu."

BKLM ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang