09 Problem

252 9 0
                                    

"Baiklah Tuan Lee. Saya akan menyelesaikan semua berkas-berkasnya" Seulgi keluar dengan membawa cukup banyak kertas yang harus dikerjakannya. Taeyong menyesap kopi yang tinggal setengahnya itu. Dia memandangi lamat-lamat foto kekasihnya.
"Han Eun Joon. Kamu benar-benar mirip dengan mantan kekasihku" Taeyong meghela napas. Dan masuklah seorang laki-laki. Dengan surai pirang dan juga setelan jas hitam-hitam.

"Selamat pagi tuan Lee. Apa kabar?" laki-laki itu mengembangkan senyumannya pada Taeyong. Taeyong langsung merangkul laki-laki itu.
"Wahh... Tumben anda kesini tuan Huang. Saya baik. Gimana kabar anda?" Laki-laki yang berasal dari China yang sering dipanggil dengan nama Renjun itu tersebut mengangguk.
"Eh.. Iya, katanya tuan Lee Jeno pernah kesini? Ngapain dia kesini lagi?" tukas Renjun yang menampakkan wajah seriusnya sembari memandangi ornamen dan hiasan di ruang Taeyong tersebut.
"Jeno benar-benar belum kapok. Apa mungkin ia ingin masalah lagi? Ah.." Renjun mengusap wajahnya frustasi. Taeyong yang sedari tadi diam dan hanya mengangguk.

"Ah.. Jeno memohon pada saya supaya dia bisa bekerja sama dengan perusahaan ini. Tapi saya tidak bisa wahai tuan Huang" Renjun hanya mengangguk. Renjun mendadak berdiri.
"Saya pikir, Jeno jangan dikasih kesempatan lagi. Dia benar-benar sudah mengecewakan kita. Saya tidak mau masalah seperti dulu akan terulang. Biarkan saja dia. Saya tidak peduli dengan tuan Lee Jeno" sarkas Renjun. Taeyong hanya mengangguk.
"Anda ingat bukan, dengan saham perusahaan ini pernah turun drastis dan hampir saja perusahaan ini gulung tikar?" Taeyong mencoba mengingat semua masa lalu.
Kemudia, Taeyong mengangguk.
"Ah.. Saya ingat betul. Itu adalah ulah dari tuan Lee Jeno. Saya masih bingung, maksud dia apa coba, bisa-bisanya dia main-main dengan saham? Arghhhh" Taeyong sungguh frustrasi mengingat kejadian itu. Lalu, Renjun mengajak Taeyong pergi ke cafe untuk bersantai.
"Ayo kita ke cafe, kita santai dulu. Refreshingkan pikiran anda. Saya akan membayar untuk anda" Taeyong mengembangkan senyumananya.

•°°°•

"Eun Joon-ah, lu dicariin pak Taeil noh" ucap Haera. Aku bingung. Kenapa tiba-tiba, pak Taeil nyariin. Kan aku udah gak ngebuat masalah.
"Dimana?" Haera menunjuk ruang bk. Set dah.. Ruang BK. Ya udah, aku pun pergi.

Ku membuka pintu ruangan itu. Pak Taeil dengan surai berwarna merah itu sedang repot dengan menulis. Aku gak tau pak Taeil sedang menuliskan apa. Pak Taeil terlihat serius.
"Permisi pak" Pak Taeil hanya berdeham. Aku langsung mendekatinya.
"Kenapa saya dipanggil? Apa saya melakukan kesalahan lagi?" Pak Taeil berhenti menulis. Dan beberapa detik, masuklah laki-laki dengan surai berwarna silver. Aku terkejut, bahwa yang datang adalah pengelola keuangan sekolah. Aku sungguh takut.
"Han Eun Joon" aku mengangguk.

"Kamu tau kenapa pak Taeil memanggilmu kesini?" aku menggeleng. Lalu, pak Taeil menyodorkan kertas berisikan tunggakan pembayaran selama 2 bulan. Itu tidak sedikit.
"Baiklah, biarkan pak Suho yang akan menjelaskan padamu" tukas pak Taeil. Aku melihat total tunggakan ku selama 2 bulan ini. Pak Kim Joon Myeon atau biasa di sapa akrab dengan pak Suho Kim adalah pengelola keuangan sekolah.

"Kapan kamu melunasi ini semua? Sekolah akan mengadakan ujian bukan? Bukankah kamu tahu akan hal itu? " aku hanya mengangguk. Aku masih memandangi kertas itu. Tidak bisa ngomong lagi.
"I.. Iya pak, saya akan melunasi semuanya. Beri saya waktu pak. 2 minggu lagi saya akan melunasi semua. Saya janji" pak Suho mengangguk.
"Baiklah. Saya akan menunggu itu" kemudian aku keluar keluar dengan membawa surat itu. Aku bingung harus cari uang kemana, apa aku bilang pada Taeyong agar uang tunggakan ku dilunasi. Ah-tidak... Aku harus bekerja. Ya meskipun part time. Wajahku lesu sekali memikirkan hal itu. Aku mengacak rambutku.

"Jiyeon-ah. Lu tau gak tempat kerja part time? Gue lagi butuh" Jiyeon dengan cepat merespon.
"Aku tahu. Nanti pulang sekolah gue anter. Ada di cafe seberang jalan situ. Pemiliknya baik kok. Gue kenal deket sama dia" aku langsung antusias.

*****

Aku dan Jiyeon langsung menuju cafe itu. Aku tidak memberitahu Taeyong. Aku takut, jika ia curiga. Tempatnya ya bisa dibilang cukup ramai. Designnya yang astetik juga. Terlihatlah seorang perempuan ya... Tidak terlalu tua juga. Mungkin perempuan itu pemilik cafe ini. Jiyeon melambaikan pada perempuan itu. Jiyeon dan aku menghampirinya.

"Ini siapa? Teman kamu?" Aku mengangguk. Perempuan itu cantik,baik. Aku yakin, jika aku bisa diterima disini, aku akan senang.
"Imo,  ini adalah Han Eun Joon. Dia mencari pekerjaan part time. Apa kah dia bisa bantu-bantu disini?" ku lihat diwajah perempuan itu terukir senyuman indah. Yang bahkan sangat indah. Dengan sedikit guratan kerutan-kerutan kecil di sisi bibirnya.
"Tentu saja. Imo sedang membutuhkan seseorang" Jiyeon menatap ke arahku. Aku senang akan hal itu. Aku mengucapkan terimakasih pada perempuan itu.

"Ah.. Iya nama imo ini Im Yoona. Panggil saja Yoona imo" aku tersenyum dan mengangguk tanda mengerti.
"Kamu bisa mulai, besok. Besok langsung datang saja kesini" ucap Yoona dengan senyuman indahnya. Aku dan Jiyeon pamit pulang. Karena hampir malam.
"Hati-hati kalian" Kami meninggalkan cafe itu.

.
.
.
.
.
.
.

Aku pulang sedikit telat. Kulihat, dihalaman sudah ada mobil Taeyong.
"Dia pulang lebih cepat?" aku langsung masuk ke rumah. Taeyong sudah menunggu ku di ruang makan. Taeyong sudah menyiapkan makan malam.
"Dari mana saja kamu? Kok telat? Tumben?"ucapnya dengan nada yang dingin dan membuat langkah ku terhenti.
"Maaf.. Aku tidak mengabarimu seharian ini. Aku benar-benar minta maaf" Taeyong mendekati ku. Aku gemetar, takut ia marah karena tidak memberikan kabar seharian.
"Aku minta maaf.." suaraku yang menjadi parau saat itu. Mataku sudah berkaca-kaca. Kemudian dia memelukku. Sungguh. Taeyong benar-benar membuat ku ingin menangis dan teriak saat ini juga. Dan tak lama, Taeyong melepaskan pelukannya.

"Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu tidak memberitahu kabar seharian? Aku khawatir denganmu" aku kaku saat itu juga. Aku hanya menundukkan kepalaku. Taeyong mengelus pucuk kepalaku.
"Ya sudah, cepat kamu bersihkan tubuhmu aku tunggu 15 menit dan kita makan" aku pun meninggalkan Taeyong sendirian. Saat dikamar, aku berniat menyimpan surat tadi. Aku tidak mau jika Taeyong tahu akan hal ini. Aku simpan ditempat yang menurut ku aman. Yaitu, di bawah tumpukan baju. Aku yakin, Taeyong tidak bisa menemukannya. Aku pun membersihkan tubuhku dan bersiap makan malam denganya.

"Hari ini aku memasak ini. Aku harap kamu suka" aku yang bingung dengan masakan Taeyong hari ini. Aku tidak tahu namanya apa. Aku menyendokkan nasi ke piringku dan piring Taeyong.
"Ah.. Ini adalah resep baruku. Aku pikir ini enak. Jadi aku mencobanya. namanya adalah nasi goreng kimchi" aku hanya ber O saja. Baiklah menu kita hari ini adalah Nasi goreng kimchi.
"Ini lumayan pedas. Tapi tidak apa-apa. Lagian aku suka pedas" Taeyong tersenyum. Saat sudah semua. Aku dan Taeyong melihat acara Tv.

Pikiranku masih kacau. Tapi, kututupi dengan senyuman. Aku tidak mau jika orang yang kusayang khawatir denganku. Tiba-tiba....
"Sayang.. Aku boleh tanya. Eumm.. Maaf jika aku lancang dengan pribadi mu" Taeyong menoleh dengan cepat.
"Iya kamu tanya tentang apa? Akan kujawab" Aku menghela napas.
"Tapi, kamu janji ya.. Jangan marah dan tolong jawab jujur" Taeyong mengiyakan. Kusuruh Taeyong membenarkan posisinya.
"Sebenarnya kamu itu siapa? Kenapa kamu membantu ku? Bahkan kamu banyak membantu ku, seperti materi maupun non-materi. Aku bingung. Sebenarnya, pertanyaan ini sudah ingin ku tanyakan dari dulu.. Tapi---" Tiba-tiba, Taeyong membungkam mulutku dengan kecupan manis. Akupun terdiam.

"Baiklah.. Aku akan berkata jujur padamu. Selama ini aku siapa, Asalku dari mana.. Akan ku jelaskan. Kamu dengarkan saja. Aku ini sebenarnya....." Taeyong terhenti disitu.

To be continued

I'm U, U're Mine ✔️(FF Taeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang